1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pesawat Sriwijaya Air Tergelincir di Manokwari

31 Mei 2017

Pesawat Sriwijaya Air yang datang dari Sorong tergelincir di bandara Rendani, Manokwari, Papua Barat. Semua 146 penumpang dilaporkan selamat.

https://p.dw.com/p/2dsbY
Indonesien Sriwijaya Air
Foto: ADEK BERRY/AFP/Getty Images

Pesawat penumpang Sriwijaya Air yang membawa 146 penumpang tergelincir ke luar dari landasan pacu saat mendarat di bandar udara Rendani, Manokwari, pada Rabu (31/5) pagi waktu setempat. Seluruh penumpang, di antaranya 4 anak dan 3 bayi, dilaporkan selamat dan tidak mengalami cidera.

Juru bicara Kementerian Perhubungan Julius Adravida Barata mengatakan, pesawat Sriwijaya Air jenis Boeing 737-300 itu tergelincir karena kondisi landasan pacu yang basah dan licin akibat hujan lebat. Bandara Rendani akan ditutup beberapa jam sehingga pesawat bisa dievakuai, tambahnya.

Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air Agus Soedjono kepada Tempo Online membenarkan adanya insiden itu.

"Pesawat berhasil mendarat dengan baik. Namun memang saat itu hujan, sehingga pesawat tergelincir atau overrun," katanya sebagaimana dikutip Tempo.

Agus menambahkan, pihaknya akan memfasilitasi pengembalian uang 100 persen atau fasilitas reschedule bagi calon penumpang dengan jadwal penerbangan Sriwijaya Air dari Manokwari. "Pokoknya kami (berikan) fasilitas penuh, " katanya.

Insiden ini menambah lagi catatan kecelakaan di sektor transportasi udara di Indonesia. Bulan Februari lalu, sebuah pesawat Sriwijaya Air yang membawa 192 orang dari Cina ke Bali terpaksa kembali setelah awak kapal menyadari salah satu pintunya tidak ditutup dengan benar.

Pada bulan yang sama, sebuah pesawat penumpang yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia tergelincir dari landasan pacu saat mendarat di bandara Adisutjipto, Yogyakarta.

Sektor penerbangan di Indonesia beberapa tahun terakhir ini mengalami perkembangan pesat karena daya beli masyarakat meningkat dan perjalanan dengan pesawat terbang menjadi hal biasa. Namun para kritikus mengatakan bahwa standar keamanan di Indonesia tidak mengimbangi ekspansi itu.

hp/yf (afp, dpa, tempointeraktif)