1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rumah Imajiner

Hendra Pasuhuk, Andy Budiman17 Agustus 2015

Dalam peringatan kemerdekaan ke-70 ini, Deutsche Welle mencatat warna-warni dan pegulatan Indonesia dalam mengejar kemajuan. Bingkisan kecil kami di hari kemerdekaan.

https://p.dw.com/p/19QTW
Foto: Fotolia/PinkShot

Indonesia adalah konsep imajiner yang mengikat lebih dari 240 juta orang. Meminjam Profesor Ben Anderson dalam bukunya yang terkenal Imagined Community, kesadaran tentang sebuah bangsa bernama Indonesia bukan datang karena kita berasal dari ras atau agama yang sama.

Keindonesiaan dibentuk oleh suatu ikatan abstrak: rasa persaudaraan diantara manusia yang tidak saling kenal satu sama lain, tapi mempunyai imajinasi yang sama bahwa mereka adalah bagian dari sebuah proyek bernama Indonesia.

Ironisnya, 70 tahun setelah “hidup bersama” dalam rumah imajiner, justru memberi kesadaran bahwa ada begitu banyak perbedaan diantara kita.

Dalam edisi peringatan kemerdekaan dua tahun lalu, Deutsche Welle mencatat tentang warna-warni dan pergulatan Indonesia dalam mengelola perbedaan, sekaligus mencoba menampilkan sejumlah kisah yang mungkin bisa menjadi pengingat bahwa kita adalah bagian dari sebuah republik bernama Indonesia.

Nasionalisme kita hari ini berdiri di tengah gelombang pasang besar bernama kebangkitan agama. Masa ketika orang lebih suka mengedepankan identitas agama ketimbang kewarganegaraannya. Masa ketika banyak orang dan pejabat pemerintah, mengesampingkan konstitusi dan memilih kitab suci sebagai pedoman dalam mengelola kehidupan sosial.

Kontestasi Iman

Mengenai Iman, kami mencatat fenomena yang oleh peneliti Islam terkenal Oliver Roy disebut sebagai Globalized Islam: tentang bagaimana Islam Indonesia yang dulu dikenal toleran, terekspos oleh gagasan Wahabisme dari Timur Tengah.

Pakistan Protest Christen Unschuld der Muslime Mohammed Film Video Schmähvideo Makassar Sulawesi Indonesien
Islam Indonesia terekspos oleh Wahabisme dari Arab SaudiFoto: dapd

Gerakan Wahabi dibangun Muhammad ibn Abdul Wahab dan berpusat di Arab Saudi. Terkenal sebagai sekte garis keras yang ingin memurnikan ajaran Islam dengan menafsirkan kitab suci secara literal dan menganggap kelompok lain yang berbeda pandangan sebagai bid'ah.

Tapi Indonesia tak hanya menjadi persemaian ide ekstrim, tanah ini juga menampung bentuk Islam yang ramah. Negeri ini adalah surga bagi kaum Sufi atau yang oleh sarjana barat disebut Mistikus Islam.

Sufisme dalam tradisi Islam dikenal sebagai aliran yang mengedepankan batin dalam mendekati Tuhan. Mereka lebih memilih percakapan tentang cinta kasih, sambil mencari titik-titik temu antar beragam keyakinan. Sufisme tidak menuding orang lain bid'ah.

Tentang Politik

Dalam edisi kemerdekaan sebelumnya, kami menampilkan profil Franz Magnis-Suseno, filsuf kelahiran Jerman yang berjasa mendidik dan menyiapkan generasi intelektuil dan “pemberontak“.

“Sebagai guru di sekolah filsafat terbaik di Indonesia, Franz Magnis menyiapkan para pemikir yang serius, yang penting bagi dunia intelektuil,” kata kolumnis Goenawan Mohamad tentang sosok Magnis.

Franz Magnis-Suseno Sozialphilosoph in Indonesien
Franz Magnis-Suseno berjasa menyiapkan generasi intelektuil yang penting bagi IndonesiaFoto: gemeinfrei

Founding fathers kita adalah generasi yang tercerahkan oleh gagasan Kiri. Soekarno, Hatta, hingga Sjahrir, dikenal sebagai orang yang berpikir dalam terang Marx.

Bagaimana generasi Kiri kontemporer bergulat dengan Sosialisme? Anda bisa menyimak pergulatan tokoh Sosialis Demokrat Rahman Tolleng dan ragam jalan yang ditempuh anak-anak eks Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Kemajuan dan Pencarian Kebebasan

Emerging Market adalah istilah yang disematkan media asing ketika menyebut Indonesia. Sebuah negeri yang selalu dikutip dengan sikap hormat sebagai kekuatan ekonomi terbesar Asia Tenggara. Anda bisa menyimak catatan DW dua tahun lalu tentang menguatnya ekonomi Indonesia.

Majalah The Economist ketika itu metafora untuk ekonomi negeri kita: komodo. Binatang melata yang sering menjadi simbol Indonesia ini dikenal sebagai kadal besar berbisa yang bentuknya tidak begitu menarik, tapi tangkas. Binatang purba ini punya kecepatan lari yang mengejutkan.

Demikianlah, kebangkitan ekonomi Indonesia saat itu sering membuat orang terkejut. Dunia terkaget-kaget misalnya, ketika sebuah maskapai penerbangan asal Indonesia, berturut-turut mencatatkan rekor pemesanan pesawat terbesar dalam sejarah industri penerbangan dunia. Anda bisa menyimak sosok Rusdi Kirana, pendiri Lion Air.

Fluggesellschaft Lion Air Indonesien
Rusdi Kirana dua kali memecahkan rekor pembelian pesawat yang terbesar sepanjang sejarah dunia penerbanganFoto: Reuters

Wawancara dengan Jim Geovedi, hacker Indonesia dengan reputasi dunia kembali kami angkat karena ia kami anggap penting untuk memberi contoh bahwa kesuksesan tak melulu harus datang dari pendidikan formal.

Dalam bidang sastra, dulu kami pernah menampilkan penulis perempuan Laksmi Pamuntjak dan Leila S. Chudori. Ada pula pandangan penulis Dorothea Rosa Herliany, tentang dunia kesusastraan Indonesia. Lalu sebuah tulisan Ayu Utami yang menawarkan pentingnya mempeluas batas kesusatraan untuk memperkenalkan konsep kebangsaan.

Untuk edisi tahun ini, 70 Tahun Indonesia Merdeka, DW Indonesia kembali akan menurunkan tulisan-tulisan refleksi, berupa kolom yang ditulis oleh para penulis dari berbagai bidang: Politik, Agama, Sastra, Lingkungan, Media, Pendidikan, Hukum, Sejarah dan lain sebagainya. Tulisannya akan mulai kami rilis satu persatu mulai 17 Agustus 2015.