1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tembakau Kunyah Akan Menghilang di India

Shaikh Azizur Rahman 31 Januari 2013

Larangan terhadap Gutkha, tembakau kunyah populer yang diduga bertanggung jawab atas tingginya kasus kanker mulut, terus meluas di India. Banyak pengadilan kini mendukung gerakan anti Gutkha.

https://p.dw.com/p/17Ur4
A man is taking gutkha from a sachet. Fotograph ist DW-Korrespondent in Neu Delhi, Shaikh Azizur Rahman
Indien Verbrauch von Gutkha in KalkuttaFoto: DW/Shaikh Azizur Rahman

Sejak berabad-abad lamanya tembakau dikunyah di India dan dalam beberapa dekade terakhir, Gutkha telah menjadi tembakau kunyah terpopuler.

Dikemas dalam kantong kecil, Gutkha merupakan produk komersil, campuran dari pinang, tembakau, kapur, parafiin dan bahan “rahasia” lainnya. Beberapa merek Guthka juga mengandung bahan beracun atau logam berat timbal, arsenik, krom, nikel dan kadmium.

Karena rasanya yang manis atau rasa coklat serta harganya yang sangat murah, Gutkha bahkan populer di kalangan anak-anak, mereka juga mengunyahnya bahkan memakannya.

Lebih Banyak Mengunyah dibanding Merokok

Lima juta anak India telah kecanduan Gutkha, dan angka kecanduan di kalangan anak-anak meningkat rata-rata 5.000 anak setiap harinya. Demikian menurut laporan Departemen Kesehatan India. Banyak dari mereka yang sudah mencoba mengkonsumsi Gutkha pada usia lima tahun.

Di India, lebih banyak tembakau yang dikunyah daripada dihisap. Tahun 2012 lalu, sebuah lembaga peneliti Global AdultTobacco Survey GATS melaporkan bahwa 26 persen warga dewasa di India mengunyah tembakau, sementara jumlah perokok hanya 14 persen. Sepertiga pria dan seperlima perempuan India menderita ketergantungan terhadap tembakau kunyah, kebanyak mereka merupakan pecandu Gutkha, demikian menurut laporan studi.

Untuk menjadikan Gutkha lebih awet, beberapa produsen menambahakan magnesium karbonat, yang digunakan sebagai racun api dalam alat pemadam kebakaran dan juga diketahui sebagai unsur karsinogen.

Diantara lebih dari 3.000 komponen kimia yang ditemukan dalam produk tembakau, termasuk dalam Gutkha, setidaknya 28 dari komponen tersebut terbukti mengandung zat yang menyebabkan penyakit kanker. Demikian dikatakan onkolog Sharadwat Mukherjee.

Penyebab Kanker Mulut

“Setiap tahun, dilaporkan terjadi lebih dari 80.000 kasus kanker mulut di India. Dan meningkatnya penggunaan Gutkha merupakan alasan utama di balik lonjakan penyakit itu,“ dikatakan Mukherjee kepada DW.

Lebih dari 90 persen dari kasus kanker mulut berhubungan langsung dengan konsumsi tembakau. Dan secara global India memiliki prevalensi tertinggi kanker mulut. Bahkan anak berusia 12 sampai 13 tahun mengalami pertumbuhan pra-kanker di mulut mereka setelah dua atau tiga tahun mengunyah tembakau.

Mukherjee menambahkan bahwa Gutkha juga merupakan pemicu sejumlah penyakit jantung, saluran pencernaan dan bahkan penyakit psikologis.

Saat diperkenalkan pada pasar India di tahun 1990an, para produsen mengatakan bahwa tembakau kunyah merupakan pembersih langit-langit mulut dan penyegar nafas. Produk ini juga digolongkan sebagai bahan makanan.

Pada bulan Agustus 2011, otoritas keamanan pangan India mengeluarkan peraturan yang melarang nikotin atau tembakau dalam bahan makanan, termasuk Gutkha.

Beberapa pakar kesehatan dan organisasi non-pemerintah telah melancarkan kampanye untuk mendesak pelarangan pada produksi dan penjualan Gutkha di seluruh India.

Larangan Nasional

Pada bulan April 2011, Madhya Pradesh menjadi negara bagian pertama yang melarang Gutkha. Dengan bergabungnya Andhra Pradesh dan Odisha dalam mengeluarkan larangan Gutkha pada awal bulan Januari 2012, produksi dan penjualan tembakau kunyah kini telah dilarang di 17 dari 28 negara bagian India dan di tiga dari tujuh wilayah persatuan India, termasuk di wilayah Ibukota nasional New Delhi.

Dokter Gigi Debjit Ray, salah seorang aktivis anti-Gutkha, mengatakan kepada DW, walau dilarang di negara bagian Bihar, Jharkhand dan Odisha, namun produk tembakau tersebut masih diperjualbelikan secara ilegal di tiga negara bagian ini. Debjit Ray mengatakan bahwa produk tembakau ini diseludupkan dari Benggala Barat di mana produk ini masih legal.

“Pelarangan di hanya sebagaian wilayah sama sekali tidak membantu. Negara bagian dan wilayah persatuan yang masih belum melarang seharusnya bekerjasama dan segera mengeluarkan larangan,“ dikatakan Debjit Ray, yang berkantor di Kolkata, ibukota Benggala barat. “Pengunyah Gutkha meludah di sembarang tempat dan menyebarkan banyak penyakit menular. Noda Gutkha membuat tempat-tempat umum tampak sangat jelek.“

Aktivis anti-Gutkha di Benggala Barat telah lama menuntut larangan mengunyah tembakau. Tetapi pemerintah negara bagian belum melakukan tindakan apapun. Awal bulan Januari 2013, mereka membawa tuntutannya ke pangadilan tinggi di Kolkata, yang pekan lalu mengkritik pemerintah Benggala Barat karena tidak melarang produk ini.

Uang Berbicara

Negara bagian, menurut pengadilan, lebih tertarik untuk mendapatkan penghasilan dari penjualan Gutkha daripada mengakhiri risiko kesehatan yang dihadapi ribuan orang. “Kami berharap, pada sidang bulan depan, pengadilan akan memerintahkan pemerintah untuk segera melarang Gutkha,“ dikatakan Debjit Ray.

Walaupun di atas kemasan tercantum peringatan bahwa Gutkaha dapat menyebabkan kanker, kebanyak orang mengabaikan risiko kesehatan, demikian menurut Debjit Ray. “Kecuali Gutkha dilarang dan benar-benar tidak tersedia di pasar di seluruh negeri,“ dikatakan Ray, “Kita tidak dapat menghentikan orang untuk mengunyahnya.“