1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teknologi Ala Hiu Hemat Energi

Marc von Lüpke26 Maret 2013

Insinyur belajar dari alam. Pakar perkapalan di Hamburg mengujicoba teknologi baru untuk menghemat energi, berupa lambung kapal dengan struktur mirip kulit ikan hiu.

https://p.dw.com/p/184FV
Foto: eye of science/Oliver Meckes

Ikan hiu bisa berenang dengan cepat karena memiliki struktur sisik khusus yang mengurangi drastis tahanan gesek.

"Jadi, dengan energi yang sama, hiu bisa berenang lebih cepat atau lebih lama ", jelas Christian Johannsen dari laboratorium percobaan pembangunan kapal (HSVA) di Hamburg.

Meminimalisasi Tahanan Gesek

Formulanya mudah: Semakin sedikit resistensi, semakin sedikit bahan bakar dan daya penggerak yang dibutuhkan kapal untuk berlayar. Ini berarti penurunan kadar emisi dan berarti lebih ramah lingkungan.

Kulit hiu tidak licin, melainkan memiliki alur. Para pakar menyebut struktur alur kulit hiu sebagai "riblet" berupa sisik yang bisa bergerak mulai dari kepala hingga ekor, paralel dengan arah berenang.

"Riblet" mencegah meningkatnya arus melintang yang menghabiskan energi pada lapisan perbatasan atau zona transisi antara kulit hiu atau dalam ujicoba lapisan lambung kapal dan arus.

Tapi apakah efek kulit hiu juga berfungsi pada kapal-kapal raksasa seperti kapal pengangkut kontainer belum pernah diuji secara tuntas. Sebuah proyek di institut Fraunhofer untuk Matrial Terapan (IFAM) kini menguji coba penggunaan lapisan "riblet" pada kapal besar.

Percobaan di Hamburg

Obyek uji coba sepanjang delapan meter yang bentuknya mirip torpedo dilapisi dengan "lembaran riblet" oleh para peneliti di institut Fraunhofer. Obyek kemudian dialiri arus dengan kecepatan 36 kilometer per jam.

Hasilnya, jika kecepatan semakin bertambah, "riblet" semakin memberikan kontribusinya dalam pengurangan tahanan gesek. Artinya, saat kapal berlayar dengan kecepatan tinggi, "lapisan riblet" memungkinan penggunaan energi yang lebih sedikit.

Pengurangan resistensi gesekan mencapai lima persen. Pada kapal kontainer, hitungan matematisnya, penghematan bahan bakar bisa mencapai 300.000 Dollar per tahun.

Namun, percobaan belum tuntas. Para peneliti kemudian mengampelas bagian yang dilapisi "lembaran riblet" untuk menguji sampai kapan "efek riblet" bisa bertahan. "Kami memastikan saat struktur aus hingga 50 persen, efeknya hampir tidak ada lagi", ujar Johannsen.

"Riblet" yang tadinya setinggi 25 mikrometer kemudian "diampelas" dalam beberapa tahapan. Pada ketinggian "riblet" 13 mikrometer tidak ada lagi keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknologi ala kulit ikan hiu ini.

Jörg Rembielewski, pimpinan proyek dari institut Fraunhofer, menarik kesimpulan: "Percobaan ini membuktikan, bahwa penggunaan geometri riblet yang disesuaikan dengan kecepatan kapal modern bisa membantu penghematan bahan bakar dalam jumlah cukup besar."