1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

241011 Tunesien Wahl

24 Oktober 2011

Rakyat Tunisia merayakan pemilu bebas pertama, Minggu (23/10). Lebih dari 90% pemilih terdaftar memberikan suara. Hasil resmi diperkirakan baru dapat diketahui Senin malam atau bahkan Selasa.

https://p.dw.com/p/12xci
Dua pemuda di Tunis menunjukkan cap tinta di telunjuk, seusai memberi suara dalam pemilu, Minggu (23/10).Foto: DW

Minggu malam (23/10) di sekolah dasar Rue de Marseille di ibukota Tunis. Suasana perayaan masih menguasai ruang kelas. Sekitar 800 orang datang ke sini untuk memberikan suara. Tempat Pemberian Suara (TPS) sudah ditutup dan seorang petugas perempuan membuka kotak suara. 800 surat suara berserakan di atas meja. Lembar demi lembar harus diperiksa dan dihitung.

Ini pengalaman pertama bagi Simbark, seorang mahasiswi. Ia mengatakan, "Pengalaman yang luar biasa. Kami menunggu sangat lama sampai hari ini tiba. Kami hampir kehilangan harapan. Saya tak bisa bicara bicara-apa, mata saya sudah basah."

Mata berair dan telunjuk berwarna biru. Yang terakhir itu bukti bahwa Simbark sudah memberikan suaranya. Setiap pemilih harus menekankan jari ke bantalan tinta, untuk menghindari kecurangan dalam pemilu.

Tunesien Wahlen
Warga di Tunis menunggu giliran masuk TPS, Minggu (23/10).Foto: DW

Usir pergi

Bagi Raouf, pemuda 25 tahun, ini juga pengalaman pertama ikut pemilu. Januari lalu ia senantiasa mendatangi Avenue Bourguiba, sebuah jalan berjarak beberapa meter dari sini, untuk berdemonstrasi menentang diktator Ben Ali.

"Saya sudah lama menantikan datangnya hari ini. Buat saya hampir sama pentingnya dengan hari raya kurban. Bulan Januari saya ikut demonstrasi, ikut meneriakkan "degage", "pergi". Hari ini saya merasa seperti mengusir pergi sisa-sisa terakhir diktator, dari benak saya", kata Raouf.

Pemilu yang bebas dan demokratis berlangsung, sembilan bulan setelah jatuhnya rejim Zine el Abidine Ben Ali yang memerintah Tunisia dengan tangan besi. Sebuah hari yang patut dirayakan, juga bagi Ahmed.

"Seluruh dunia bergembira, seluruh rakyat Tunisia gembira. Selama ini, 53 tahun, pemilu cuma sandiwara. Orang sudah tahu siapa yang menang. Karena itu saya tak pernah mau datang. Sekarang beda, saya gembira memberikan suara. Akhirnya kami bebas mengeluarkan pendapat, sesuatu yang dulu tidak mungkin!", kata Ahmed.

Kotak abu mayat

Seperti pemuda itu, jutaan warga Tunisia membanjiri TPS hari Minggu (23/10). Menurut komisi pemilihan umum independen, 90% dari 4,1 juta pemilih terdaftar memberikan suara. Secara umum, pemilu berjalan lancar.

Tunesien Wahlen
Rashed Gannouchi, Ketua Ennahda, usai memberi suara di Tunis, Minggu (23/10).Foto: DW

Begitu pula di TPS di sekolah dasar Rue de Marseille. Penghitungan suara berjalan tanpa hambatan. Petugas hati-hati membuka surat suara, mencermati partai apa yang diberi tanda silang oleh pemilih. Sebuah nama disebut berulang-ulang.

Partai "Ennahda“, nomor 74, gerakan Islam terbesar di Tunisia. Partai favorit pemilu kali ini. Hasil resmi penghitungan suara akan diketahui Senin malam atau Selasa. Sampai saat itu tiba, suasana tegang dan bergairah menyelimuti Tunisia. Tetapi, sebagaimana terlihat saat pemilu berlangsung, era Ben Ali tenggelam untuk selamanya akhir pekan ini.

Mourad Ben Cheikh, pembuat film dokumenter Tunisia, yakin akan hal itu. "Kotak itu bagi saya bukan sekedar kotak suara, tapi juga kotak penyimpan abu mayat rejim yang lama", tandasnya.

Marc Dugge/ Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk