1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abrüstung Atomwaffen

9 April 2010

Setelah perundingan panjang, Amerika Serikat dan Rusia akhirnya menandatangani perjanjian non proliferasi senjata nuklir yang kedua, START-II. Kesepakatan ini menandai awal baru dalam hubungan AS-Rusia.

https://p.dw.com/p/MsCo
Jabat tangan kedua pemimpin negara adidaya setelah penandatanganan perjanjian START-IIFoto: AP

Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk pertama kalinya melakukan tindakan konkret setelah retorika pengurangan senjata nuklir. Tahun 2009 lalu dalam pidatonya di Praha, ia pertama kali menyebutkan sebuah dunia yang bebas senjata nuklir sebagai visi jangka panjangnya. Di kota yang sama, perjanjian START yang baru antara Amerika Serikat dan Rusia ditandatangani. Kedua negara sepakat untuk mengurangi senjata nuklir sampai sepertiganya. Ini adalah langkah konkret pengurangan senjata dan sebuah isyarat yang jelas.

Mungkin ada yang menganggap, pengawasan jumlah senjata nuklir adalah politik yang sudah usang. Perang dingin sudah berakhir 20 tahun lalu, lalu untuk apa ada perjanjian START yang baru antara Moskow dan Washington? Ancaman masa kini adalah ancaman terorisme. Para teroris bisa saja mendapat senjata berbahaya tanpa tergantung pada sepak terjang kedua negara adidaya. Ini adalah analisa yang dulu dianut pemerintahan George W Bush. Tapi ini analisa yang terlalu sempit.

Di satu pihak, jumlah senjata nuklir Amerika Serikat dan Rusia masih sangat banyak. Daya musnahnya sangat besar dan bisa menghancur leburkan kawasan luas dunia. Di pihak lain, Amerika Serikat dan Rusia adalah dua negara yang menjadi acuan. Hanya jika kedua negara itu bisa saling percaya dan mengurangi jumlah senjata nuklirnya, barulah proses global pengurangan senjata nuklir bisa dimulai. Hanya dengan langkah itu, negara-negara lain yang sampai sekarang masih menolak pengawasan program nuklirnya bisa terdorong untuk mengubah haluannya.

Sehubungan dengan konferensi penting tentang larangan penyebaran senjata nuklir yang akan digelar di Washington bulan Mei mendatang, perjanjian yang ditandatangani di Praha punya peran sebagai model acuan. Itulah nilai sebenarnya dari perjanjian ini. Rusia dan Amerika Serikat memberi sinyal yang berani melawan kecenderungan makin banyaknya negara yang ingin memiliki senjata nuklir. Ini juga sinyal penting bagi sistem pengawasan internasional dan transparansi dalam penggunaan atom dan teknologi nuklir.

Dengan langkah ini, Obama juga mengoreksi haluan politik pendahulunya George W Bush yang skeptis terhadap Rusia. Gantinya membangun sistem pertahanan rudal yang baru, ia lebih mengandalkan rasa saling percaya. Hanya diatas fundamen inilah, ancaman yang muncul dari penyebaran senjata atom yang tak terkendali bisa diredam. Itu adalah pesan yang perlu dipahami oleh Iran dan negara lain yang punya ambisi memiliki senjata atom.

Dilihat secara keseluruhan, pengurangan jumlah senjata nuklir Amerika Serikat dan Rusia bisa menghemat biaya di kedua negara. Uang ini bisa digunakan untuk berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir. Semoga saja, perjanjian START II yang sudah ditandatangani ini bisa mendapat mayoritas yang dibutuhkan di Senat Amerika Serikat agar dapat diratifikasi. Ini memang belum pasti. Sebab untuk ratifikasi, Obama perlu suara dari kubu Republik. Dan suara ini jauh lebih sulit didapatkan daripada penghargaan dari Komite Nobel atau simpati dari parlemen Norwegia.

Daniel Scheschkewitz
Daniel Scheschkewitz

Daniel Scheschkewitz

Editor: Hendra Pasuhuk