1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Hasil Sementara Pemilu Afghanistan

27 Agustus 2009

Karzai sejauh ini memperoleh 41 persen suara, sementara Abdullah membuntut dengan perolehan 39 persen. Hasil tersebut baru berdasarkan pada penghitungan 10 persen suara, perubahan dan kejutan masih bisa terjadi.

https://p.dw.com/p/JJMA
Said Musa Samimy

Pesan politik yang dapat ditangkap dari persaingan ketat antara Hamid Karzai dengan Abdullah Abdullah sangat jelas: Bekas Menteri Luar Negeri Abdullah berhasil menggagalkan perolehan suara mayoritas oleh Karzai. Itu merupakan isyarat baik bagi kelanjutan proses perdamaian ke arah demokrasi di Hindukush dan memperkuat keyakinan masyarakat, bahwa pergantian kekuasaan di pucuk pemerintahan melalui pemilihan umum dapat berlangsung dengan damai

Hasil pengitungan suara sementara pemilu juga menciptakan polarisasi politik di Afghanistan. Dengan Karsai dan Abdullah, rakyat Afghanistan memiliki dua kandidat yang sangat berbeda satu sama lain, baik dalam karir poltik maupun dalam visi masa depan yang diembannya.

Abdullah yang berusia 50 tahun memulai karir politiknya sebagai seorang dokter yang merasa berkewajiban untuk memperbaiki kualitas hidup pasien-pasiennya. Ia melihat tugasnya di pemerintahan sebagai bagian dari perjuangan melawan invasi Uni Sovyet. Selain itu ia juga bertanggungjawab menyusun haluan politk luar negeri Afghanistan di masa-masa sulit pendudukan oleh Amerika Serikat.

Sebaliknya Karzai yang merupakan anak emas klan Popalsai menempuh studi politik di India. Bersama saudara laki-lakinya ia kemudian berbisnis di Amerika Serikat. Baru kemudian Karzai menjadi figur sampingan di lingkaran politik pelarian Afghanistan.

Dalam urusan politik, Karzai bersikeras melanjutkan sistem presidensial yang sangat sentralistik. Di masa jabatannya ia menggunakan wewenangnya sebagai presiden untuk memperluas basis kekuasaan pribadi. Misalnya membuka aliansi dengan penguasa-penguasa lokal dan membuat konsensi dengan kelompok Islam di Afghanistan.

Untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan semacam itu, Abdullah mengusulkan struktur federal, di mana para penduduk di provinsi dapat ikut serta dalam pengambilalihan keputusan melalui pemilu. Selain itu Abdullah juga menyusun program kebijakan ekonomi yang relatif kongkrit ketimbang pesaingnya. Untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, Abdullah misalnya berencana memprioritaskan pembangunan di bidang pertanian dan mengembangkan industri manufaktur.

Berbeda dengan Karzai, Abdullah selama menjabat menlu aktif mengembangkan dan menjaga hubungan baik dengan negara-negara tetangga. Abdullah kerap disebut sebagai kandidat favorit Amerika Serikat. Meski di awal terlihat ragu-ragu, ia kemudian mengembangkan insting kekuasaan dan kelincahan taktis dalam sebuah proses pematangan yang luar biasa.

Dunia Barat telah bersikap bijaksana untuk tidak memberikan dukungan terbukan bagi salah satu kandidat. Pasalnya proses yang bebas dan adil dalam pemilu kali ini harus mendapat prioritas tertinggi. Meski muncul berbagai kejanggalan, penduduk Hindukush akan menentukan masa depan negaranya dengan suara sendiri. Sementara bagi demokrasi sangat penting bahwa rakyat Afghanitsan selalu memiliki pilihan alternatif.

Said Musa Samimy/Rizki Nugraha

Editor: Asril Ridwan