1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk - Harga Minyak Terlalu Murah Juga Tak Baik

19 Desember 2008

Harga tetap rendah, meski OPEC pangkas produksi. Apakah ini menguntungkan? Komentar Rolf Wenkel:

https://p.dw.com/p/GJFQ
Foto: picture-alliance/ dpa

Bayangkan ini, OPEC sudah mengurangi produksi minyak bumi, namun harga minyak di pasaran internasional terus jatuh. Bagi pengendara mobil, maskapai penerbangan, sektor industri, dan bagi mereka yang menggunakan minyak untuk pemanasan rumah di musim dingin, yah... pendeknya seluruh ekonomi dunia, ini tampaknya adalah berita baik. Atau.. bukan?

Perlu diingat, jatuhnya harga minyak bumi ini akibat menurunnya permintaan, dan hal inipun merupakan dampak dari resesi global. Biasanya, dalam situasi normal, maka pasar pun akan bereaksi normal. Turunnya harga minyak bumi bisa berfungsi sebagai stabilisator otomatis yang melunakan gejolak resesi. Lebih jauh lagi: harga minyak yang rendah memungkinkan bank-bank sentral untuk mengatasi krisis keuangan dengan menurunkan suku bunga dan membatasi laju inflasi.

Di pihak lain, harga minyak bumi yang terlalu rendah juga berbahaya. OPEC memiliki alasan kuat untuk menilai bahwa, harga minyak bumi yang tepat seharusnya berada antara 75 dan 80 dolar per barel. Harga 40 dolar per barel saat ini, jauh di bawah perkiraan itu. Nyatanya, pemasukan negara-negara penghasil minyak berkurang drastis. Padahal dana ini dibutuhkan untuk pembangunan. Lebih parah lagi: harga yang terlampau rendah itu bisa jadi benih lonjakan harga minyak di masa mendatang.

Setiap tahunnya sekitar 6% sumber minyak di dunia mengering. Jadi, seharusnya setiap tahun tersedia ratusan juta dolar yang disisihkan untuk mengeksplorasi sumber-sumber minyak baru, untuk membangun infrastruktur pendukung produksi minyak dan transportasinya. Sayangnya saat ini, dana untuk investasi ini tidak ada, karena pemasukan dari produksi minyak bumi tidak mencukupi.

Tampaknya jelas sekali apa yang akan terjadi nanti, apabila ekonomi global berhasil keluar dari resesi ini. Cadangan minyak bumi yang tersedia tidak akan mencukupi kebutuhan pasar. Harga minyak bumi akan kembali melejit. Tentunya, situasi ini juga akan mengundang spekulasi. Dan akan terulang kembali pengalaman tahun 2007 ketika harga minyak bumi mencapai 147$ per barel .

Harga minyak bumi yang terlalu rendah itu bagaikan racun yang manis. Daya tarik energi yang terbarukan bisa pudar menghadapi penggunaan bahan bakar minyak dan gas yang jauh lebih murah. Akibatnya, kepentingan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak fosil ini bisa menjadi kabur, meskipun disadari bahwa dampaknya pada bumi jauh lebih merusak. Jadi kondisi ini bertolak belakang dengan kebijakan yang ramah lingkungan.

Mungkin memang benar, bahwa harga minyak bumi seharusnya berada antara 70$-80$ per barel. Yang pasti, perubahan-perubahan yang ekstrim perlu dihindari. Selebihnya, ingatkah Anda bahwa setahun yang lalu harga minyak bumi melejit melampaui batas 100 dolar. Tidak perlu khawatir, masa-masa seperti ini akan kembali. Dan inipun bukan hal buruk, bahkan amat penting, bila kita tetap ingin menghambat terjadinya bencana pemanasan iklim global. (ek)