1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hu Jintao Washington

21 Januari 2011

Kunjungan Presiden Cina Hu Jintao di Washington dianggap menjadi awal dari babak baru hubungan Amerika Serikat-Cina. Dan ini merupakan awal yang baik.

https://p.dw.com/p/100h8
Presiden Barack Obama bersama Presiden Cina Hu JintaoFoto: AP

Cina untuk pertama kalinya tidak lagi dianggap mitra yunior oleh Washington. Karena itulah pertemuan puncak kali ini samasekali baru dan berbeda dengan empat kunjungan sebelumnya kepala negara Cina ke Amerika Serikat. Pemerintah di Beijing, bersamaan dengan kunjungan presidennya, juga mengumuman laju pertumbuhan domestik bruttonya pada tahun lalu mencapai 10,3 persen. Laju pertumbuhan yang lebih cepat dari prakiraan pakar ekonomi. Sekaligus juga dua kali lebih cepat dari laju pertumbuhan ekonomi di AS.

Dengan begitu, Cina kini dapat melewati posisi Jepang sebagai negara ekonomi ke-dua terbesar di dunia. Lima tahun lalu, ketika Hu Jintao juga berkunjung ke AS, posisi Cina masih berada di peringkat lima negara adidaya ekonomi. Lewat perkembangan yang amat pesat ini saja, pertemuan Hu dengan Obama menandai sebuah babak baru. Sebab, Hu kini mengunjungi sebuah negara, di mana mayoritas rakyatnya meyakini, bahwa dalam persaingan global, mungkin saja AS akan berada di belakang Cina.

Jadi, arti penting sebenarnya dari pertemuan antara Hu dan Obama lebih banyak terletak pada manajemen psikologis dari hubungan yang sulit. Kedua kepala negara melontarkan sinyal kekuatannya kepada publik di negara masing-masing. Dan dalam waktu bersamaan, berusaha meredam ketakutan di masing-masing negara. Menjelang pertemuan, kedua pihak masih melontarkan suara keras, saling mengritik sikap menyangkut politik mata uang dan hak asasi manusia. Sekarang, Hu dan Obama dalam pertemuan di Washington, kelihatannya berusaha untuk terutama menjalin konsensus.

Obama menenangkan Cina, bahwa AS tidak memiliki niat memblokir Cina dan tidak akan mencegah bangkitnya negara itu. Dalam waktu bersamaan, secara demonstratif Obama mengusung tema hak asasi manusia ke latar depan. Di sini Obama secara mengejutkan meraih sukses. Untuk pertama kalinya, seorang presiden Cina mengakui, bahwa hak asasi manusia berlaku universal. Hu mengatakan, dalam tema ini Cina masih harus menuntaskan pekerjaan rumahnya.

Juga bagi Hu Jintao lawatannya ke Washington memiliki arti simbolis penting. Dengan itu, ia berhasil untuk sementara membungkam kalangan yang tidak puas di dalam negerinya. Meningkatnya pengaruh serta tampilan militan Cina dalam politik luar negeri, memicu kemarahan di kawasan dan dalam hubungan antara Cina dengan AS. Di depan publik AS, Hu juga menahan diri, untuk tidak melontarkan kritik terhadap politik keuangan AS, yang di mata Cina dipandang sebagai tidak bertanggung jawab.

Diplomasi sebanyak itu, menunjukkan perubahan sikap di kedua belah pihak. Tentu saja dalam tema sengketa yang rumit, seperti politik mata uang, dengan cepat akan terlihat, apakah semua itu hanyalah retorika belaka. Akan tetapi, pesan psikologis dari pertemuan puncak ini adalah, mereka ingin berjalan seiring.

Kompromi diantara kedua belah pihak itu akan membantu membungkam sementara biang keributan di Beijing dan di Washington. Kedua negara adidaya harus segera kembali ke meja perundingan. Karena kedua kepala negara tidak lagi memiliki cukup banyak waktu. Tahun 2012 mendatang di masing-masing negara akan dimulai pertempuran untuk memilih presiden baru.

Hanya jika Cina dan AS secara konstruktif berjalan seiring, ketidak seimbangan global seperti terlalu rendahnya nilai mata uang Cina dan perubahan iklim dapat dibahas tuntas. AS dan Cina bukan musuh dan bukan pula sahabat. Akan tetapi dipandang dari tatanan global, kedua negara terikat hubungan bilateral amat penting.

Adrienne Woltersdorf

Editor: Agus Setiawan