1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Taiwan Tarik Diplomat Dari Filipina

15 Mei 2013

Ketegangan antara Taiwan dan Filipina meningkat setelah seorang nelayan Taiwan tertembak mati oleh penjaga pantai Filipina. Taiwan menuntut penyelidikan tuntas.

https://p.dw.com/p/18Xrw
Taiwan's President Ma Ying-jeou gives a speech to the coast guard while visiting Pengchia Islet in the East China Sea, Friday, Sept. 7, 2012.(Foto:Wally Santana/AP/dapd)
Presiden Taiwan Ma Ying-jeouFoto: dapd

Pemerintah Taiwan menarik perwakilan diplomatiknya dari Filipina sehubungan dengan terbunuhnya seorang nelayan Taiwan. Taiwan menolak permintaan maaf dari Filipina dan menyatakan, pemerintah Filipina tidak mengajukan permintaan maaf secara formal kepada pemerintah Taiwan.

Filipina hari Selasa (14/05) sudah menyampaikan permintaan maaf secara umum kepada rakyat Taiwan. Tapi menurut pemerintah Taiwan, Filipina hanya menyampaikan ”penyesalan mendalam dan permohonan maaf kepada rakyat Taiwan atas insiden naas itu”.

Penjaga pantai Filipina minggu yang lalu menembak kapal nelayan asal Taiwan di perairan selat Bashi di utara Filipina. Seorang nelayan berusia 65 tahun tewas dalam insiden itu. Filipina menyatakan kapal nelayan itu memasuki wilayahnya. Penjaga pantai Filipina melepaskan tembakan dalam upaya membela diri, karena kapal nelayan itu mencoba menabrak kapal mereka.

Perdana Menteri Taiwan Jiang Yi Huah tidak puas dengan permohonan maaf yang disampaikan perwakilan diplomatik Filipina di Taipei. Ia menuduh pemerintah Filipina tidak mau bertanggung jawab penuh atas insiden itu.

Taiwan Ancam Konsekuensi Selanjutnya

”Penembakan itu dilakukan oleh seorang pegawai pemerintahan, jadi pemerintah Filipina tidak bisa menghapus tanggung jawabnya”, kata PM Taiwan Jiang Yi Huah. Ia menambahkan, Taiwan juga ingin tahu apakah pelaku yang bertanggung jawab akan diadili, ditahan atau dipecat.

Presiden Taiwan Ma Ying Jeou tidak secara langsung menanggapi insiden itu, tapi seorang jurubicara kepresidenan menerangkan, permintaan maaf dari Filipina ”tidak serius, penuh dengan bahasa yang tidak jelas, dan tidak jujur”.

Taiwan menuntut agar Filipina secara resmi meminta maaf, mengadili pelaku penembakan dan membayar ganti rugi kepada keluarga korban. Karena tuntutan itu tidak dipenuhi, Taiwan sudah mengancam akan melakukan langkah balasan. Yaitu menghentikan pengiriman tenaga kerja dari Filipina, menarik perwakilan diplomatiknya dari Manila dan meminta perwakilan diplomatik Filipina agar meninggalkan Taiwan.

Filipina, seperti juga banyak negara lain, tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, tapi kedua negara punya perwakilan diplomatik. Perdana Menteri Taiwan Jiang Yi Huah mengancam akan memberlakukan sanksi lain, jika tuntutannya tidak dipenuhi.

Cina Ikut Bereaksi

Sekitar 87.000 warga Filipina bekerja di Taiwan. Industri Taiwan yang berorientasi ekspor memang punya kebutuhan pekerja asing yang cukup tinggi. Saat ini ada sekitar 400.000 pekerja asing dalam berbagai sektor. Taiwan dikenal sebagai produsen perangkat teknologi tinggi.

Cina, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari teritorialnya, juga ikut bereaksi. Kantor Urusan Taiwan di Beijing ikut mengecam cara Filipina menangani kematian seorang nelayan Taiwan.

”Adalah tanggung jawab bersama kami, baik di daratan Cina maupun di Taiwan untuk melindungi kepentingan seluruh warga”, demikian disampaikan jurubicara Cina, Yang Yi di Beijing. Ia menambahkan, Cina sudah mendesak pemerintah Filipina untuk melakukan investigasi atas insiden itu, mengadili pelakunya dan memberi penjelasan yang lengkap kepada keluarga korban.

HP/AB (rtr, afp)