1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suriah Pentingkan Bantuan Pangan Daripada Reformasi

9 Februari 2011

Presiden Suriah yakin akan kestabilan negaranya. Padahal jutaan warga Suriah hidup di bawah garis kemiskinan.

https://p.dw.com/p/10CpI
Presiden Suriah Bashar al AssadFoto: AP

Berkaitan dengan Tunisia dan Mesir, Presiden Suriah Bashar al Assad mengatakan kepada harian "Wall Street Journal", Suriah stabil dan tidak akan mengalami kerusuhan. Bahkan, pemerintah di Damaskus saat ini mempersiapkan serangkaian sarana bantuan. Penasihat keuangan Samir Seifan menganggap ini perlu dilakukan oleh negaranya. "30 persen warga kami bertahan hidup hanya dengan dua Dolar per hari. Ini membahayakan stabilitas. Suriah harus berhati-hati. Kami ingin membuka perekonomian kami, supaya keadaan rakyat membaik. Kami harus meningkatkan produksi, lebih banyak melakukan ekspor dan mewujudkan lebih banyak pekerjaan dengan gaji yang besar."

Untuk pertama kalinya, pemerintah membagikan bantuan kepada keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Penyebabnya, masih tidak mampunya perekonomian negara itu untuk bersaing, dan juga musim kering di timur laut Suriah. Menurut keterangan PBB, masalah ini menggiring 3 juta warga Suriah ke lubang kemiskinan. Pemerintah Suriah menyediakan anggaran sebesar 200 juta Euro untuk bahan pangan, sementara dua juta pegawai negeri mendapat uang tambahan untuk membayar biaya pemanas ruangan. Tanpa adanya reformasi politik yang ekonomis, tidak ada dampak yang berkesinambungan. Kembali pakar Suriah Samir Seifan : "Karena itu saya cenderung menginginkan adanya ekonomi pasar sosial seperti yang dilakukan Jerman. Kata sosial lah yang menentukan disini."

Baru minggu lalu, menteri transportasi Jerman Peter Ramsauer berada di Damaskus dan menuntut adanya lebih banyak keterlibatan Jerman di Suriah. Masalah HAM tidak ia singgung. Padahal, cukup banyak yang bisa diungkit mengenainya. Sejak setengah abad, ada situasi darurat yang berlaku di Suriah. Dinasti satu partai dari ayah dan anak Assad telah berkuasa selama 40 tahun. Pihak oposisi menghilang dengan cepat dan seringnya tanpa proses di penjara. Samir Seifan, yang sering bepergian ke negara barat juga mengomentari hal tersebut : "Suriah lebih mengandalkan perubahan perekonomian daripada politik. Kalau ada tekanan dari luar, negara mencoba mengendalikan masyarakat lebih keras lagi. Di Suriah banyak didiskusikan tentang politik dan HAM. Tetapi dalam urusan luar negeri kita lebih fleksibel dari pada di dalam negeri."

Di Suriah juga ada seruan melalui Facebook untuk melakukan aksi 'Hari Kebangkitan Kemarahan', tetapi tidak ada sambutannya. Bashar al Assad menampilkan diri sebagai presiden yang bisa menguasai keadaan. Ia mengumumkan reformasi dalam pemilihan daerah, peraturan media baru akan dikeluarkan, dan LSM akan mendapat lebih banyak ruang gerak. Ia tahu, bahwa warga Suriah mengikuti secara seksama apa yang terjadi di negara tetangga. Namun, harian Palestina "Al Quds al Arabi" yakin, bahwa Assad hanya akan mengijinkan reformasi yang tidak membahayakan rezimnya.

Ulrich Leidholdt / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Hendra Pasuhuk