1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Suriah Khawatirkan Intervensi Barat

11 Oktober 2011

Negara barat belum mengakui dewan nasional Suriah. Tapi rezim di Damaskus sudah merasa khawatir. Selain itu, semakin banyak tentara dari militer pemerintah yang memilih untuk membelot.

https://p.dw.com/p/12q9C
Anggota Dewan Nasional SuriahFoto: picture alliance/dpa

Konflik antara rezim dan pemberontak di Suriah semakin meningkat di kedua belah pihak. Pihak oposisi memang memperingatkan untuk tetap melakukan demonstrasi dengan cara damai melawan pemerintah. Namun, semakin banyak korban jatuh karena bentrokan bersenjata. Gejala awal sebuah perang saudara. Pengikut setia Assad juga memperkuat diri.

Mufti ternama Suriah, Hassoun, memperingatkan : "Jika negara asing menyerang Suriah, maka warga Libanon dan Suriah akan menjalankan serangan bunuh diri di Eropa, Israel dan Amerika. Para martir telah berada diantara kalian dan kami mempersiapkan mereka, jika kalian membom Suriah atau Libanon. Kalian yang memulainya, kami berhak melakukannya."

Di bidang politik nada yang terdengar juga semakin radikal. Menteri luar negeri Suriah menuntut dari negara barat untuk menaati kesepakatan Wina, yang mewajibkan untuk melindungi diplomat negara tamu. Jika Eropa tidak mengikutinya, maka duta besar Eropa di Suriah juga akan diperlakukan dengan cara yang sama. Menteri luar negeri Muallim merujuk pada serangan terhadap perwakilan diplomatis di Berlin, Hamburg, Wina, dan Jenewa usai pembunuhan serangan pimpinan oposisi Kurdi. Muallim juga mengancam negara barat dengan sikap keras yang tidak dijabarkan secara rinci, jika mengakui dewan nasional Suriah, perhimpunan sebagian besar kelompok oposisi yang dibentuk awal Oktober ini.

Setiap harinya, sekitar 20 orang tewas di Suriah akibat aksi kekerasan yang telah berlangsung selama tujuh bulan ini. PBB menyebut jumlah korban tewas telah hampir mencapai 3000 nyawa. Semakin sering korban tidak hanya lagi warga sipil. Hari Minggu lalu (9/10) saja, dari 31 korban tewas, 17 diantaranya adalah tentara. Para pembelot yang dikenal sebagai "tentara Suriah bebas" menyerang mereka. Rezim membantah keberadaan tentara pembelot. Mereka menyebutnya sebagai kelompok kriminal bersenjata.

Riyad al Asaad, yang menyatakan dirinya sebagai komandan kesatuan "tentara Suriah bebas" ingin menyingkirkan Assad dengan jalan militer. "Kami menyerukan kepada semua tentara di militer untuk membelot. Jangan menembak rakyat sendiri. Bersatulah dengan militer nasional yang melindungi revolusi dan pendukungnya di seluruh negeri."

Revolusi harus tetap berjalan dengan damai. Ini tuntutan aktivis HAM Razan Zaitouna dari gerakan bawah tanah Suriah. Rezim berusaha sejak awal mendesak aksi protes ke arah kekerasan dan perang agama. Tentara yang membelot adalah bukti nyata, bahwa rezim mulai runtuh. Tetapi, menurut Zaitouna, para tentara tidak perlu menggunakan senjata mereka. Sebuah tuntutan yang sepertinya diabaikan oleh banyak pihak.

Ulrich Leidholdt / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Dyan Kostermans