1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sukses Ekstrim Kanan Swedia Indikator Bagi Eropa

21 September 2010

Hasil pemilu di Swedia itu adalah indikator untuk Eropa. Sebuah demokrasi yang sehat harus mampu menahan laju kelompok ekstrimis.

https://p.dw.com/p/PIGp
Warga menggelar aksi protes di ibukota Swedia, Stockholm mengecam partai populis kanan Demokrat Swedia.Foto: AP


Hasil pemilu parlemen di Swedia dengan keberhasilan kelompok ekstrim kanan meraih suara melewati batasan kuota dan masuk ke parlemen, menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian liberal Italia La Stampa yang terbit di Turin dalam tajuknya berkomentar : Hasil pemilu parlemen di Swedia, menjadi indikator bagi terjadinya perubahan mendasar dalam panorama politik di kawasan Eropa Utara. Citra sebelumnya bahwa kawasan Utara Eropa kebal terhadap badai, kecemasan dan ketakutan yang melanda kawasan Selatan Eropa, kini terguncang. Makna dari hasil pemilu ini bergaung melewati perbatasan Swedia. Jejaring toleransi dan cinta kasih sesama manusia berbasis Protestanisme dan Demokrasi Sosial yang mengakar amat dalam dan kokoh di utara Eropa, tiba-tiba mengalami korsleting dan memberikan tempat bagi rasa takut. Eropa menjadi semakin sempit, lewat apa yang kita jabarkan dalam retorika sederhana sebagai kebencian terhadap warga asing. Kini saatnya untuk mengkaji pertanyaan, mengapa terjadi perubahan semacam itu di Eropa.

Harian Austria Salzburger Nachrichten yang terbit di Salzburg menulis komentar senada. Nama partai ekstrim kanan itu di berbagai negara Eropa berbeda-beda. Tapi ada satu hal yang membuatnya sama. Partai-partai ini berkembang dalam maraknya iklim ketakutan terhadap warga asing. Mereka menimpakan semua kesalahan bagi kegagalan di sektor ekonomi dan kemasyarakatan secara pukul rata kepada warga asing. Dengan demikian juga dapat memanen suara pemilih serta kursi di parlemen. Partai populis kanan dan ekstrim kanan Eropa menjual dirinya dengan merk palsu seolah-olah berkualitas tinggi. Di Swedia partai ekstrim kanan dengan memakai merk palsu “Demokrat Swedia“ mampu meraih 5,7 persen suara dan lolos ke parlemen. Hal itu membangkitkan kepanikan di seluruh negeri, yang mencemaskan terus majunya gerakan semacam itu. Tapi banyak orang melupakan, bahwa di berbagai negara Eropa terdapat persentase tertentu dari pengikut kelompok ekstrimis. Sebuah demokrasi yang sehat harus mampu menahan tekanannya.

Harian Inggris Financial Times yang terbit di London berkomentar : Para pemilih menunjukkan, bahwa Swedia tidak seistimewa seperti yang dibayangkan banyak orang. Ketika sebuah partai populis kanan meraih perolehan suara cukup bagus, setara dengan perolehan kelompok ekstrim kanan Perancis atau Inggris, negara itu mengalami shock berat. Padahal Swedia sedang mengalami trend yang saat ini melanda seluruh Eropa, di mana partai-partai berhaluan kanan memanfaatkan suasana anti imigran di saat ekonomi melemah. Sebuah suasana yang tidak boleh diabaikan oleh partai-partai yang sudah mapan. Tapi harus diingat, ini juga bukan untuk pertama kalinya kelompok bajingan mampu menerobos dunia politik Swedia yang sopan namun tidak menonjol itu.

Terakhir harian kiri Hungaria Nepszava yang terbit di Budapest berkomentar : Baik kelompok kiri maupun kanan tidak bersedia menjalin koalisi dengan partai “Demokrat Swedia”. Dengan isolasi ini mereka berupaya menunjukan kepada kelompok populis kanan itu, bahwa dalam politik dalam negeri tidak ada keuntungan yang dapat mereka petik. Walaupun arah angin politik berubah, partai-partai besar Swedia menyepakati, akan berusaha sekuat tenaga untuk membatasi arus ekstrimisme.

AS/DK/dpa