1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Skandal Sumbangan Sarkozy: Puncak Gunung Es?

8 Juli 2010

Skandal Presiden Perancis yang dituduh mendapatkan sumbangan ilegal dalam politknya menjadi sorotan berbagai harian internasional.

https://p.dw.com/p/OECw
Presiden Sarkozy dituduh, bersama partainya menerima dana kampanye ilegal.Foto: picture alliance / dpa

Harian liberal kanan Italia “Corriere della Sera“, yang terbit di Milano menulis dalam tajuknya:

“Nicolas Sarkozy menutup diri dan mencari kesatuan untuk melawan badai. Ia tetap orang yang menetapkan agenda, demikian perintah sang presiden Perancis kepada menteri-menterinya. Tetapi timbul kesan, bahwa kasus sumbangan ini sekarang sudah lepas kendali. Kasus Bettencourt ini seperti sebuah sungai yang mengakibatkan banjir. Kejadian ini merupakan sebuah rangkaian pembeberan hal-hal yang membebani, yang bobotnya menjadi semakin besar, yang menjadi semakin menohok langsung. Sarkozy sekarang menahan diri untuk membantah semuanya. Xavier Bertrand, ketua partai pemerintahan UMP, memilih kata-kata paling keras dengan mengatakan, bahwa kubunya dilawan dengan metode fasis. Ini merupakan kata-kata yang menurut banyak pengamat justru membeberkan suasana tidak tenang yang semakin meningkat di lingkungan pemerintahan Perancis.”

Harian Swiss “Neue Zürcher Zeitung” juga mengomentari tuduhan sumbangan ilegal untuk Presiden Perancis Nicolas Sarkozy. Harian yang terbit di Zürich ini menulis:

“Tidak ada yang boleh senang dalam tragedi ini, juga kubu sosialis yang beroposisi. Karena hanya berdasar dugaan belaka, bahwa kepala pemerintahan Perancis mendapatkan uang dengan metode ilegal seperti ini, dapat menghancurkan kepercayaan terhadap institusi-institusi negara ini dan tentu hal ini berlawanan dengan konsep bangsa tersebut. Tetapi sayangnya dugaan ini terlalu kuat. Termasuk ilusi politik Perancis, bahwa kekuatan korup dari uang bisa dihapuskan dari persaingan demokrasi. Realitasnya, skandal-skandal sumbangan dan korupsi sering berulangkali di negara ini. Yang pasti, biangnya tidak hanya bercokol di kubu kanan, seperti yang ditunjukkan dalam banyak kasus korupsi pada akhir era Mitterrand.”

Tema lain yang juga dikomentari harian internasional adalah pertemuan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dengan Presiden AS Brack Obama hari Kamis lalu (07/07) dikomentari berbagai harian internasional. Dalam tajuknya harian liberal kiri Spanyol “El Pais“, yang terbit di Madrid menulis:

“Terlepas dari tebar pesona yang simbolis, tidak banyak yang diketahui mengenai pembicaraan selama 80 menit antara Obama dan Netanyahu. Pada akhirnya keduanya mengekspresikan harapan, dalam waktu dekat akan dapat digelar dialog perdamaian langsung antara Israel dan Palestina. Tetapi pertemuan penting antara kedua musuh ini tidak akan terjadi, kalau Israel tetap tidak mau mengalah seperti sekarang ini, yang akan merusak citra internasionalnya, dan kalau Washington tidak memberikan dorongan yang menentukan.“

Tema yang sama juga dikomentari oleh harian Jerman ”Märkische Oderzeitung“. Harian yang terbit di Frankfurt an der Oder ini menulis: “Fasenya sudah berlalu, dimana Washington percaya, bahwa pemerintahan Netanyahu bisa ditekan. Israel mempunyai lobi yang kuat di Amerika Serikat. Menimbang pemilihan anggota kongres November mendatang, ikatan yang tidak bisa diputuskan dengan Israel lebih baik ditonjolkan. Selain itu konflik dengan Iran yang semakin meruncing juga memaksa presiden AS untuk bertindak pragmatis. Israel akan memainkan peranan utama jika Amerika Serikat memilih opsi militer.“

Sementara itu mengenai pertemuan Netanyahu dan Obama di Gedung Putih harian liberal Denmark “Politiken“, yang terbit di Kopenhagen berkomentar: “Apakah orang harus bersyukur kalau Israel dan Palestina mungkin kembali berunding, 28 tahun setelah perundingan resmi pertama mereka? Apakah diperlukan tekanan Amerika Serikat untuk menghentikan pemembangunan pemukiman Yahudi di daerah otonomi Palestina? Sayangnya iya. Di Timur Tengah orang percaya, bahwa situasinya tidak bisa lebih buruk lagi, walaupun nantinya mereka kecewa. Hal yang terbaik dari pertemuan antara Presiden AS Barack Obama dan PM Israel Benyamin Netanyahu adalah, bahwa mereka, mungkin, telah menyepakati perundingan-perundingan baru.“

AG/AS/dpa