1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

17110 Afghanistan Taliban

19 November 2010

Bertahun-tahun, taktik hati-hati yang menahan diri dari militer Jerman Bundeswehr merupakan salah satu alasan mengapa Taliban awalnya dapat meluaskan diri secara besar-besaran di Kundus. Kini, situasinya sedikit berbeda.

https://p.dw.com/p/QCTk
Serdadu Bundeswehr Jerman yang tergabung dalam ISAFFoto: AP

Kadang-kadang, bisa dibilang jarang, di markas besar polisi di Char Darah, kawasan yang tak pernah tenang, tercium aroma daging panggang dari api unggun dan terdengar sura gitar. Seorang tentara Amerika memetik gitar, sementara daging yang mendesis terbakar api siap disantap. Di sini, pos di luar kamp di Kundus, lebih dari 100 tentara Jerman bersama serdadu Amerika dan polisi Afghanistan, siaga hingga berhari-hari. Mereka menjaga pos polisi, juga disebut PHQ, dari serangan Taliban.

"Kami simpulkan, juga dari pengalaman, bahwa pada saat saya tidak banyak berbuat atau beraktivitas atau beroperasi, maka saya lebih membahayakan pasukan saya karena saya membuat mereka lebih mudah diserang, daripada jika saya sedang beroperasi. Tidak berbuat apa-apa, di sini bukan berarti tidak terjadi apa-apa," terang wakil komandan batalion pelindung dan pelatihan, Matthias L.

Di kawasan berbahaya seperti Char Darah pun, tentara Jerman melakukan patroli dalam frekuensi tinggi ke desa-desa. Tak ada yang tahu pasti, apa yang menanti mereka di sana, tetua kampung yang ramah atau muntahan peluru Taliban.

"Kami tidak berburu resiko, tapi kami sudah banyak belajar. Sejak berada di Afghanistan tahun 2002, militer Jerman melakukan perubahan menentukan. Terutama pasukan tempur, juga berbagai pendukungnya, mencetak kemajuan besar," kata Michael L.

Baru-baru ini mereka melakukan operasi yang semula direncanakan kecil-kecilan tetapi kemudian diperbesar, dengan nama Halmasag, atau Petir. Bersama tentara Amerika, Belgia dan Afrika, serdadu Jerman melawan Taliban dan mengusir mereka dari banyak desa di kawasan Char Darah.

Menjawab pertanyaan tentang keberhasilan operasi, komandan tim pembangunan kembali di Kundus, Kolonel Rainer Grube mengatakan, istilah 'perubahan tren' terlalu tinggi. "Jika orang memberi penilaian awal tahun depan, istilah perubahan tren tidak bisa digunakan. Tapi sementara ini kami mengalami perbaikan yang obyektif, dan saya optimis mengenainya.“

Bertahun-tahun, taktik hati-hati yang menahan diri dari militer Jerman Bundeswehr merupakan salah satu alasan mengapa Taliban awalnya dapat meluaskan diri secara besar-besaran di Kundus. Tapi situasinya kini sedikit berbeda, karena keberadaan tentara AS. Setiap malam helikopter mengelilingi Kundus dan menerjunkan pasukan di desa-desa, yang diduga sebagai lokasi para komandan Taliban.

Kepala Polisi Provinsi Kundus, Abdul Rahman Sayeed Khili, menilai ada tiga alasan lain bagi membaiknya situasi keamanan, "Pertama, banyaknya operasi kami yang terus berlanjut. Kedua, pembicaraan dengan pejuang dan komandan Taliban untuk merangkul mereka ke pihak kita. Ketiga, cuaca dingin."

Biasanya, kelompok militan mengurangi aktivitas di bulan-bulan dengan cuaca terdingin. Mereka mundur ke tempat persembunyian, juga di Pakistan. Kini, dengan kerjasama penduduk desa Afghanistan, hal itu akan menjadi sulit. Setelah itu barulah terlihat apakah Char Darah tetap menjadi daerah Taliban, atau hanya pernah sebagai tempat Taliban.

Kai Küstner/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid