1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sistem Mikroskopi Percepat Diagnosa Malaria

Brigitte Osterath 12 Maret 2014

Mendiagnosa malaria menggunakan mikroskop tidaklah mudah. Tak hanya makan waktu, namun juga perlu keahlian. Sebuah tim riset Jerman membuat mesin yang dapat membantu.

https://p.dw.com/p/1BNj3
Foto: Fraunhofer IIS

Institut Fraunhofer untuk Sirkuit Terpadu telah mengembangkan sebuah prototipe sistem mikroskopi otomatis untuk mendiagnosa malaria. Bentuknya : sebuah kotak putih yang memuat sebuah mikroskop yang terhubung dengan komputer, dan seorang asisten medis hanya tinggal memasang kartrid berisi sepuluh slides.

Sistem kemudian memindai slides, satu per satu, demikian penjelasan Andreas Reimann, kepala proyek malaria untuk Yayasan Masa Depan Fraunhofer, kepada DW.

Sulit mendiagnosa malaria dengan mikroskop

Periset mengembangkan sebuah mesin yang membantu memudahkan mikroskopi malaria
Periset mengembangkan sebuah mesin yang membantu memudahkan mikroskopi malariaFoto: BNI

Untuk mencari tahu apakah seorang pasien menderita malaria, dokter meneteskan sampel darah pasien ke pelat kaca untuk mikroskop, mewarnainya dengan bahan kimia dan kemudian diamati melalui mikroskop

Parasit malaria tampak seperti titik-titik berwarna ungu tua. "Namun tak jarang parasitnya sulit ditemukan", ujar Sabine Nachtsheim, seorang asisten medis di RS Universitas Bonn. “Terkadang hanya ada sedikit dan jaraknya jauh satu sama lain sehingga butuh waktu untuk menemukan mereka,” ungkapnyaDan tidak semua orang dapat melakukan metode ini.

Teknologi menggantikan para ahli

Setetes darah pada kaca mikroskop akan mengungkap apakah seorang anak terjangkit malaria
Setetes darah pada kaca mikroskop akan mengungkap apakah seorang anak terjangkit malariaFoto: Getty Images

Untuk memeriksa sampel darah secara menyeluruh, pelat kaca sampel mikroskop bergerak ke kanan kiri dan atas bawah. Mikroskop secara otomatis terfokus ke wilayah target. Sebuah kamera mengambil gambar yang terlihat di mikroskop dan menyimpannya dalam komputer. Menggunakan algoritma, sebuah peranti lunak mencari gambar yang memuat fitur tipikal parasit malaria.

“Pada akhirnya, sistem akan berkata, iya, terdapat parasit dalam darah dan berapa banyak. Seorang dokter hanya perlu mengontrol dan mengonfirmasi bahwa diagnosa telah dijalani,” kata Reimann.

Mikroskopi ban berjalan

Analisa satu pelat kaca mikroskop membutuhkan sekitar 10 menit. Sehingga sistem dapat menghemat waktu asisten medis, tutur Reimann.

“Asisten mempersiapkan dengan menaruh pelat kaca mikroskop berisi sampel darah pada malam hari, sistem memindai sepanjang malam dan pada pagi hari sudah terlihat ada berapa parasit yang terkandung dalam darah setiap pasien,” lanjutnya.

Ini terutama membantu uji klinis di Afrika yang mengetes vaksin malaria baru misalnya, tambah Reimann.

Alternatif murah dan mudah digunakan

Namun menurut Andrea Bosman, koordinator program malaria global WHO, kemungkinan besar sistem mikroskopi otomatis tidak akan populer di Afrika karena sudah tersedia alternatif.

Tes alternatif mendeteksi zat yang diproduksi oleh parasit malaria
Tes alternatif mendeteksi zat yang diproduksi oleh parasit malariaFoto: picture-alliance/dpa

Tes menggunakan strip-strip plastik kecil yang menyerupai tes kehamilan juga dapat dipakai untuk mendiagnosa malaria. Dengan setetes darah, tes ini dapat mengungkap apakah pasien mengidap malaria hanya dalam hitungan menit. Tes mendeteksi zat yang diproduksi oleh parasit malaria.

Tes ini mudah digunakan dan biayanya sekitar 30-40 sen Dolar, menurut Bosman. Para dokter relawan organisasi Dokter Tanpa Perbatasan hampir bergantung sepenuhnya pada tes semacam ini untuk mendiagnosa malaria. Jarang mereka menggunakan mikroskop.

Namun dokter Ernst Molitor punya pendapat berbeda, "Kepekaan tes ini lebih rendah dari mikroskopi. Hasil negatif bisa didapat saat malaria masih dalam tahap awal dan konsentrasi parasit dalam darah belum terlalu tinggi. Dari 100 pasien malaria, rata-rata lima diantaranya mendapat hasil tes negatif,” ucapnya.

"Tak ada yang mau salah diagnosa, dan tentu saja termasuk di antaranya lima pasien tadi," pungkas Molitor.