1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

261009 Marwa Prozess Auftakt

26 Oktober 2009

Juli lalu dunia dikejutkan dengan kasus pembunuhan perempuan asal Mesir, yang terjadi di sebuah ruang sidang dikota Dresden. Sekarang pelakunya kembali ke tempat kejadian.

https://p.dw.com/p/KFtt
Terdakwa memasuki ruang sidang pengadilan negeri Dresden yang dijaga ketat dengan menyambunyaikan wajahnya.Foto: AP

Ini merupakan sidang pengadilan yang lain daripada yang lain. Pengadilan negeri di Dresden terlihat seperti benteng dan dijaga ketat oleh sekitar 200 polisi. Mereka mengontrol kartu tanda pengenal dan menggeledah tas setiap orang. Bahkan sepatu harus dilepas untuk diperiksa. Tidak boleh terjadi lagi kesalahan dalam perkara pengadilan terhadap Alex W., warga Jerman keturunan Rusia ini.

1 Juli lalu Alex melakukan pembunuhan berdarah di gedung pengadilan yang sama. Alex dan Marwa El-Sherbini berdiri berhadapan dalam ruang pengadilan. Tahun 2008 lalu Alex yang tidak punya pekerjaan dan hidup dari tunjangan sosial mengumpat dan mengancam perempuan asal Mesir itu dan anaknya di sebuah tempat bermain. Karena memakai jilbab, Marwa dicaci dengan kata-kata ‘teroris', ‘Islamis' dan ‘pelacur'. Ketika itu Marwa meminta bantuan polisi. Disusul dengan gugatan terhadapAlex. Di ruang pengadilan Alex tiba-tiba menikam Marwa yang sedang hamil tiga bulan dengan pisau, setidaknya 16 kali. Marwa tewas seketika.

Sekarang Alex dituntut karena membunuh Marwa El-Sherbini yang berusia 31 tahun, dengan alasan benci terhadap warga non Eropa dan muslim. Dilaporkan, Alex menyerang Marwa memang dengan tujuan untuk membunuhnya. Sekarang dia harus mempertanggungjawabkan tindakannya itu dan terancam hukuman penjara seumur hidup. Karena banyaknya saksi mata, posisinya sangat buruk. Alasan kondisi psikis Alex yang dipakai pengacaranya untuk membatalkan sidang, ditolak oleh pengadilan.

Alex memasuki ruang pengadilan dengan muka ditutupi topi dan kacamata hitam. Permintaan hakim untuk mencopot kacamata hitam ditolak Alex. Ia juga tidak bereaksi terhadap pertanyaan mengenai identitasnya. Memang perhatian media terhadap kasus ini besar. Lebih dari 20 wartawan asing, antara lain dari Rusia dan Mesir, meliput langsung dari pengadilan Dresden. Kasus ini sempat membuat tegang hubungan Mesir-Jerman karena lambatnya pemberitaan di Jerman sendiri. Jerman dituduh menyembunyikan kekerasasan terhadap Islam yang terjadi di negaranya. Sekarang situasinya sudah lebih baik. Reda Sheta, ketua organisasi persahabatan Mesir-Jerman, berharap kejadian ini tidak meninggalkan pengaruh buruk bagi kedua negara. Ia mengatakan: “Itu adalah kejadian individual dan harus dilihat seperti itu. Masyarakat Jerman dan Mesir mengecam tindakan itu. Serangan teror terjadi di berbagai belahan dunia dan ini tentu saja harus ditanggulangi. Terorisme tidak punya agama dan tanah air.”

Namun begitu ayah Marwa, Ali el-Sherbini, masih terpana jika mengingat hari, dimana ia kehilangan anak perempuannya.

“Bayangkan, kalau itu adalah anaknya Angela Merkel, apa yang akan dia lakukan? Atau anak dari perempuan Jerman lainnya? Apa yang bermasalah dari jilbab Marwa? Bunda Maria kan juga memakai kerudung. Begitu pula para biarawati di biara. Apa sih yang buruk kalau seseorang menutupi kepalanya?”

Semua pihak mengharapkan perkara pengadilan yang adil. Hakim ketua dalam kasus ini, Birgit Wiegand, menekankan, ini bukanlah perkara pengadilan yang bersifat politis antara Jerman dan Mesir. Ditambahkannya, fokusnya adalah untuk menyelesaikan kasus pembunuhan terhadap seorang perempuan, yang kehormatannya tetap harus dijaga dalam perkara ini.

Esther Saoub/dpa/epd/ Anggatira Rinaldi
Editor: Dewi Gunawan-Ladener