1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikPakistan

Shahbaz Sharif Terpilih Sebagai PM Pakistan

11 April 2022

Parlemen Pakistan memilih Shahbaz Sharif untuk menggantikan Imran Khan sebagai perdana menteri baru. Pemilihannya sekaligus menempatkan dua dinasti politik terkuat kembali ke pusat kekuasaan di Islamabad.

https://p.dw.com/p/49mTY
Shahbaz Sharif
Shahbaz SharifFoto: Anjum Naveed/AP/picture alliance

Shahbaz Sharif merupakan satu-satunya kandidat perdana menteri, setelah partai pemerintah pimpinan Imran Khan melakukan aksi keluar sidang dan membatalkan pencalonan kadernya, Shah Mehmood Qureshi.

Sharif akhirnya terpilih dengan 174 suara di parlemen. Jumlah itu dianggap sudah memenuhi kuorum di lembaga yang beranggotakan 342 orang tersebut.  

"Dengan ini kami mendeklarasikan Shahbaz Sharif sebagai perdana menteri Republik Islam Pakistan,” pekik ketua umum parlemen, Asad Sadiq.

Drama politik di Islamabad bermula pada 3 April silam, ketika Khan berusaha mencegah sidang mosi tidak percaya dengan membubarkan parlemen dan mengumumkan pemilihan umum baru. Menyusul gugatan oposisi, Mahkamah Konstitusi membatalkan keputusan tersebut dan memerintahkan parlemen agar kembali bersidang.

Imran Khan menuduh oposisi berkolusi dengan Amerika Serikat untuk menjatuhkannya, karena dia giat mendekati Cina dan Rusia. 

Menjelang sidang pemilihan di parlemen, dia mengajak ratusan ribu pendukungnya untuk turun ke jalan demi menolak "pemerintahan impor” di Islamabad.

Kelompok oposisi sebaliknya menuduh pemerintahan Khan melakukan wanprestasi di bidang ekonomi. Kritik tersebut menguat ketika Imran Khan urung membatalkan perjalanannya ke Moskow seusai invasi Rusia terhadap Ukraina. 

Kembalinya dinasti Bhutto dan Sharif

Selama berpuluh tahun, supremasi sipil di Pakistan didominasi oleh dua keluarga paling berpengaruh, yakni Sharif dan Bhutto. Kedua partai terbesar, Liga Muslim Pakistan dan Partai Rakyat Pakistan masing-masing dipimpin oleh kedua klan.

Catatan politik dinasti Bhutto dan Sharif dipenuhi dugaan korupsi atau nepotisme. Pada 2015 silam, Perdana Menteri Nawaz Sharif dijatuhkan oleh Mahkamah Agung karena kedapatan menyimpan uang gelap di negara surga pajak.

Adapun Asif Ali Zardari, suami mendiang Benazir Bhutto, bekas perdana menteri Pakistan, mendekam selama tujuh tahun setelah divonis bersalah dalam delik korupsi pada 2008 silam.

Meski demikian, klan Bhutto atau Sharif mampu menepis citra korup dari nama keluarga dan mengamankan dukungan elektoral. Ketika Imran Khan mendobrak kekuasaan kedua dinasti saat menjadi perdana menteri 2018 silam, tidak sedikit yang mencibir kemenangannya didapat dari dukungan militer.

Sejak berpisah dari kolonialisme Inggris 75 tahun silam, separuh usia kemerdekaan Pakistan dihabiskan di bawah kekuasaan militer. Terakhir, para jendral mengkudeta Nawaz Sharif pada 1999. Nasib serupa dialami Benazir Bhutto yang sudah berulangkali dijatuhkan oleh dukungan militer terhadap oposisi.

Kedua klan kini bersatu di barisan oposisi dan menempatkan Shahbaz Sharif, adik bekas PM Nawaz Sharif, sebagai calon perdana menteri untuk menggantikan Imran Khan.

Shahbaz memenuhi kriteria untuk menduduki kursi nomer wahid di Islamabad. Dia beretnis Punjab dan pernah tiga kali menjabat gubernur di provinsi paling padat di Pakistan itu. Putranya, Hamza, dipilih parlemen mengantikan sang ayah sebagai pemimpin PUnjab dalam sebuah pemilihan pekan lalu. 

Pelantikann Shahbaz Sharif sejauh ini tertunda akibat gugatan hukum yang dilayangkan partai Imran Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI).

rzn/hp (rtr,afp)