1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Separatis Pro Rusia Klaim Menang Referendum

12 Mei 2014

Kelompok separatis di Ukraina timur menyatakan mereka menang referendum di Donetsk dan Luhansk. Jerman dan Perancis menyebut referendum itu tidak sah dan memperingatkan Rusia.

https://p.dw.com/p/1By5w
Foto: Reuters

Setelah referendum dinyatakan selesai hari Minggu malam, panitia langsung melakukan perhitungan suara. Ketua komisi referendum di Donetsk, Roman Lyagin kemudian menerangkan, tingkat partisipasi mencapai 75 persen dan sekitar 90 persen setuju kawasan Donetsk merdeka dan melepaskan diri dari Ukraina.

"Ini bisa dianggap sebagai hasil final", kata Lyagin dua jam setelah tempat pemungutan suara ditutup.

Setelah perhitungan suara awal, panitia kini menyebutkan partisipasi mencapai 89 persen dan 96 persen setuju kemerdekaan. Masih belum ada keterangan dari Luhansk tentang hasil referendum.

Donetsk dan Luhansk adalah dua provinsi yang menyatakan akan melepaskan diri dari Ukraina. Kedua provinsi ini berpenduduk sekitar lima juta orang, sedangkan penduduk Ukraina seluruhnya 46 juta orang.

Pelaksanaan referendum dilakukan tanpa pengamat internasional. Surat suara tidak diberi amplop sehingga pilihan pemilih bisa terlihat jelas. Tidak ada daftar pemilih resmi, sehingga pemilih bisa memilih di beberapa tempat. Media juga menunjukkan ada pemilih yang mengisi beberapa surat suara sekaligus.

Rusia "pelajari" hasil referendum

Referendum kemerdekaan itu tetap dilaksanakan, walaupun Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya mengimbau agar referendum ditunda untuk membuka kesempatan dialog dengan pemerintah pusat di Kiev.

Kiev sebelumnya menyebutkan pelaksanaan referendum itu sebagai "tindakan kriminal". Uni Eropa dan Amerika Serikat juga menyatakan menolak referendum itu.

Jurubicara Putin, Dmitry Peskov sekarang menerangkan, pemerintah Rusia akan mempelajari laporan tentang referendum itu. Tapi ia menegaskan, penduduk di Ukraina timur memang tidak punya pilihan lain, setelah Kiev melanjutkan operasi militer.

Eropa tolak referendum

"Angka-angka dari referendum di Ukraina timur kemungkinan besar palsu. Tidak ada orang yang tahu, bagaimana hasilnya", tulis Menlu Swedia Carl Bildt lewat akun Twitter.

Presiden Perancis Francois Hollande menyebut referendum itu sebagai "nihil dan tidak berlaku". Kanselir Jerman Angela Merkel menolak rerendum itu dan menyerukan agar semua kelompok yang bertikai di Ukraina melakukan "dialog nasional".

Para menteri luar negeri Uni Eropa hari Senin (12/05) melakukan pertemuan di Brussel untuk membahas sanksi baru terhadap Rusia.

Kantor-kantor berita melaporkan, pertempuran pecah lagi di Slavyansk. Suara tembakan dan ledakan granat terdengar di luar kota. Menteri dalam negeri Ukraina Arsen Avakov menulis di Facebook, kelompok separatis menyerang stasiun TV dan pasukan pemerintah membalas serangan itu.

hp/ml (afp, rtr)