1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Semakin Banyak Pasien Alzheimer Eropa Dirawat di Asia

cp/ml (ap, afp)31 Desember 2013

Dengan biaya perawatan sepertiga dari biaya di Eropa, semakin banyak keluarga yang mengambil keputusan berat untuk mengirim anggota keluarga mereka yang menderita Alzheimer untuk dirawat di Asia.

https://p.dw.com/p/1AjTe
Foto: picture-alliance/dpa

Jumlah penderita Alzheimer di negara-negara barat terus meningkat dan biaya perawatannya juga semakin mahal. Jumlah tenaga perawat yang berkualitas serta fasilitas perawatan tidak mampu mengikuti.

Negara-negara Asia menawarkan perawatan yang lebih murah, dan banyak yang bilang, dengan perhatian lebih banyak bagi mereka yang kehilangan memori.

Tren ini mengkhawatirkan sejumlah pakar yang mengatakan, penderita Alzheimer harus dekat dengan rumah atau merasa tambah gelisah dan tidak tahu tempat. Namun ada juga yang menilai kualitas perawatan lebih penting ketimbang lokasi.

Media Jerman menyebut praktek semacam ini sebagai 'ekspor nenek-nenek.'

Penderita Alzheimer di Jerman selama ini telah dikirim ke bagian timur Eropa, Spanyol, Yunani dan Ukraina. Kini pasien-pasien mulai pergi dari Swiss, yang mendapat peringkat satu untuk perawatan kesehatan warga lansia dalam sebuah indeks yang disusun HelpAge International dan Dana Penduduk PBB (UNFPA).

Filipina menawarkan perawatan kesehatan bagi warga Amerika per bulan antara 1.500-3.500 Dolar. Ini jelas lebih murah dibandingkan 6.900 Dolar yang menurut Organisasi Riset Perawatan Lansia Amerika (AECRO) merupakan tagihan bulanan untuk sebuah kamar privat di fasilitas dengan perawat berkualitas di negeri Paman Sam.

Seorang pasien Alzheimer beserta anak lelaki dan perawatnya di Maroko
Seorang pasien Alzheimer beserta anak lelaki dan perawatnya di MarokoFoto: Mohamed Ouaddi

Turisme medis terus melambung

Di Chiang Mai, ada Baan Kamlangchay, sebuah fasilitas yang terletak di tengah komunitas Thailand. Pasien dibawa ke pasar lokal, candi dan restoran. Setiap pasien mendapatkan tiga perawat yang bekerja 24 jam sehari. Biayanya per bulan 3.800 Dolar.

Di fasilitas lain di Doi Saket, pasien yang disebut 'tamu' dapat menikmati ruang pijat dan salon kecantikan, toko roti Swiss serta paviliun-paviliun dengan langit-langit tinggi yang bermandikan cahaya matahari dari skylight. Semua ini susah ditemukan di fasilitas perawatan kesehatan di Eropa.

Fasilitas-fasilitas serupa tengah dipersiapkan, seraya Thailand berambisi untuk menjadi pemain nomor satu turisme medis.

Sebagai perbandingan, seorang suster bersertifikat di Thailand mendapat upah kurang dari 700 Dolar per bulan, sedangkan di Swiss 7.000 Dolar. Selain itu di banyak pusat perawatan di Swiss, satu suster bertanggung jawab atas 10 pasien.

Perawatan di Doi Saket biayanya 6.000 Dolar per bulan, kurang lebih dana pensiun yang didapat pegawai level menengah di Swiss.

Perawatan yang lebih murah

Jumlah warga berusia di atas 60 tahun di seluruh dunia diperkirakan naik tiga kali lipat antara tahun 2000 hingga 2050 menjadi dua miliar orang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dan semakin banyak yang memilih pensiun di negara-negara yang tidak terlalu mahal.

Menurut Patients Without Borders, kurang lebih 8 juta orang per tahun mencari perawatan kesehatan di luar negeri.

Alzheimer Disease International (ADI) menyatakan ada lebih dari 44 juta pasien Alzheimer di dunia, dan angkanya diprediksi naik tiga kali lipat menjadi 135 juta pada tahun 2050. ADI memperkirakan di Amerika Serikat sendiri, penyakit tersebut menelan biaya 203 miliar Dolar sepanjang tahun 2013 dan akan naik menjadi 1,2 triliun Dolar tahun 2050.

Tahun 2050 diperkirakan 1 dari 85 orang di dunia menderita Alzheimer
Tahun 2050 diperkirakan 1 dari 85 orang di dunia menderita AlzheimerFoto: picture-alliance/dpa

Mendapat perhatian lebih

Di pinggir kolam renang Baan Kamlangchay, Madeleine Buchmeier sibuk mengambil foto dan tertawa saat melihat suaminya bercanda layaknya anak kecil dengan perawatnya.

"Ini sebuah keajaiban," katanya. Geri dulu suka membenturkan kepalanya ke dinding di fasilitas perawatan di Swiss, ingatnya, "seakan-akan ia ingin melakukan sesuatu, ingin pergi ke suatu tempat."

Suami Madeleine Buchmeier langsung tenggelam begitu masuk ke air. Namun dalam 3 minggu sejak mereka tiba di Chiang Mai, suaminya mulai tenang dan bisa berenang lagi, sementara obat-obatannya jauh dikurangi.

Tak jauh, Manfred Schlaupitz, seorang mantan insinyur Daimler-Benz, duduk santai di sebuah kursi sembari menimang boneka domba. Perawatnya, Kanokkan Tasa, duduk di atas rumput sambil memijat kaki Schlaupitz dan menggelitik dagunya. Tasa sudah merawat Schlaupitz selama 6 tahun, 8 jam sehari.

"Kalau melihatnya sebagai pekerjaan, tentu sangat sulit," katanya, "tapi kalau datangnya dari hati, menjadi mudah."

cp/ml (ap, afp)