1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sedikit Kemajuan di KTT Tianjin

7 Oktober 2010

Amerika Serikat dan Uni Eropa menyesalkan sedikitnya kemajuan yang tercapai dalam perundingan iklim di Tianjin, sementara Cina bersikukuh bahwa tanggung jawab penanganan perubahan iklim ada di pundak negara maju.

https://p.dw.com/p/PXtV
LSM di Konferensi Iklim TianjinFoto: DW

Para negosiator dari 177 pemerintahan yang berhimpun di Tianjin, Cina pekan ini masih berkutat untuk mencapai kesepakatan pengganti Protokol Kyoto yang akan habis tenggat waktunya tahun 2012 mendatang. Namun babak perundingan terperangkap pada perselisihan sejauh mana negara-negara kaya dan ambang industri mengambil alih tanggung jawab dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dan bagaimana mengecek sukses satu sama lain dalam usaha tersebut. Para negosiator beranggapan, perbedaan pandangan antara negara-negara ini, dapat menghancurkan prospek negosiasi penting selanjutnya yang akan berlangsung di Cancun, Meksiko, pada akhir tahun ini. Padahal dalam Konferensi Tingkat Tinggi di Meksiko itulah diharapkan tercapainya kesepakatan baru yang mengikat secara legal dalam penanganan perubahan iklim.

Cina yang menjadi tuan rumah babak perundingan persiapan KTT di Cancun, ingin menunjukan sukses usahanya mengatasi perubahan iklim, dan pemerhati lingkungan mengakui adanya kemajuan yang dicapai oleh negara yang merupakan penyumbang polusi terbesar di dunia itu.

Di tengah tekanan AS agar Cina bertindak lebih banyak dalam mengatasi perubahan iklim, negara tirai bambu itu menggarisbawahi mereka telah menyiapkan seperangkat tindakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, yang oleh para pengamat lingkungan dikatakan dapat membantu posisi tawar Cina dalam negosisasi iklim internasional.

China UN-Klimakonferenz NGOs in Tianjin
Suasana di konferensi iklim di TianjinFoto: DW

Investasi Besar Cina untuk Iklim

Tahun lalu Cina menanamkan modal 34,6 milyar dollar AS untuk inisiatif energi bersih, 30 persen dari total dana dunia untuk mengatasi perubahan iklim, dan angka itu juga mendekati hampir dua kali lipat dana yang dikucurkan AS. Pemerintah Cina mengatakan masih menyiapkan 738 milyar dollar AS lagi untuk dekade berikutnya. Ambisi untuk mencapai tujuan energi terbarukan ini, didukung dengan insentif dan target yang ditetapkan, menunjukan bahwa Cina menjadi yang terdepan dalam produksi pembangkit turbin angin pemerintah tahun lalu. Ini menjadikan negara tirai bambu itu sebagai yang ketiga di dunia dalam pencapaian kapasitas energi angin, yang diperkirakan akan menyusul AS dan Jerman, tahun ini.

Laboratorium Nasional Lawrence Barkeley memperkirakan, jika Cina dapat mencapai efisiensi energi pada tahun ini, maka akan dapat dikurangi emisi sebesar 4,3 milyar ton karbon dioksisda antara tahun 2006-2010. Pada tahun 2007 emisi CO2 Cina masih 6,5 milyar ton. Greenpeace Cina mengakui Cina sudah melakukan sesuatu di dalam negeri untuk pengurangan emisi dan harus dihargai, terutama bila AS terlihat mengalami kemunduran.

Kesepakatan Mengikat Masih Menanti Cina

Namun bagaimanapun, kebijakan energi Cina saat ini masih mengundang kritik, karena emisinya diperkirakan akan semakin membumbung di tahun-tahun mendatang, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang membutuhkan energi, dimana 70 persennya hingga saat ini masih diperoleh dari pembangkit listrik tenaga batu bara.

AS dan negara-negara maju lainnya masih frustasi karena Cina tetap menolak berkomitmen lewat proses PBB dalam target pengurangan emisi.

Ayu Purwaningsih / rtr/AFP

Editor :Agus Setiawan