1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sebuah Teologi Liar dari Köln?

Kersten Knipp26 Januari 2016

Komentar seorang ustadz di Köln tentang serangan seksual masssal saat malam tahun baru memicu kegemparan di Jerman. Isu ini menegaskan kembali adanya masalah mendasar dengan Islam. Opini Kersten Knipp.

https://p.dw.com/p/1HjXz
Symbolbild Sexuelle Belästigung
Foto: picture-alliance/reality/F. May

Pernyataan ustadz Sami Abu-Yusuf dari kota Köln dalam wawancara dengan televisi Rusia REN TV yang diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia, memicu bara baru dalam kasus serangan seksual massal oleh orang muda bertampang Arab dan Maghrib pada malam tahun baru silam. "Jika wanita muda itu berkeliaran setengah telanjang dan memakai minyak wangi, tidak mengherankan jika kasus itu terjadi" ujar ustadz asal Köln itu sesuai terjemahan hasil riset DW.

Dalam penjelasan pembelaan diri kepada koran kuning Express yang terbit di Köln, ustadz itu menyalahkan terjemahan dalam bahasa Rusia yang membuat orang salah paham kepadanya. Abu-Yusuf menegaskan, "Banyak perempuan berbusana seronok dan memakai parfum yang berjalan ke kerumunan orang mabok. Bagi kaum lelaki dari Afrika Utara atau Maghrib ini jadi alasan untuk melecehkan seksual kaum perempuan. Ustadz asal Köln ini menegaskan, ini tidak berarti perempuan tidak boleh berpakaian seperti itu. Semua harus menerima hal ini. Mereka yang tidak suka, harus pergi ke negara lain.

Setelah kasus serangan pelecehan seksual massal dibarengi perampasan barang berharga di Köln saat malam tahun baru, media-media Jerman memang berupaya menghidari tudingan secara pukul rata terhadap Islam. Sebab tidak semua umat Muslim salah. Dan masalahnya bukan pada filosofi seksisme dalam Isöam, melainkan akibat kurangnya struktur hierarki.

Gampangnya, mayoritas umat Islam mengutuk serangan pelecehan seksual massal di malam tahun baru di Köln. Tapi ini tetap jadi masalah. Pasalnya serangan seksual ini tidak dikecam oleh pimpinan tertinggi Islam dan juga tidak bisa.

Deutsche Welle Nahost Kersten Knipp Kommentar
Kersten Knipp, Redaktur DWFoto: DW

Sebab dalam Islam mazhab Sunni tidak ada pimpinan tertinggi yang punya otoritas layaknya Paus dalam agama Katolik. Juga tidak ada tafsiran yang mengikat bagi semua umat Muslim. Jika berbicara kaum Sunni, pandangan akan langsung tertuju ke Arab Saudi yang mengklaim sebagai pimpinan kaum Sunni.

Namun justru di negara itu, ulama terkemuka Muhammad Salih al-Munajjid yang mengelola situs web terkemuka Salafi saat ditanya user mengenai apakah seorang lelaki Muslim yang punya istri boleh berhubungan seksual dengan budak? Istilah budak biasanya ditujukan pada pembantu rumah tangga perempuan dari Asia. Jawaban ulama ini, Ya, tentu saja, tak ada keraguan mengenai hal ini!

Mungkin saja pernyataan ustadz Sami Abu-Yusuh diterjemahkan salah oleh stasiun televisi Rusia. Bahwa ia tidak berniat melegitimasi kejadian di malam tahu baru di Köln. Melainkan hendak menjelaskan agar rakyat Jerman mengerti dinamika dari kejadian tersebut. Inilah yang sedang diinvestigasi oleh kepolisian. Terutama sebagai sebuah negara hukum, Jerman tidak bisa memeberi toleransi kepada ustadz penyebar kebencian yang bersembunyi di balik topeng orang saleh dan beribadat.