1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Science Film Festival Ajak Lebih Peduli Alam

24 Oktober 2017

Untuk yang ke-8 kalinya Science Film Festival kembali hadir di Indonesia. Tema yang diusung tahun ini adalah “Antoposen”. Diputar di 38 kota di Indonesia dari 24 Oktober sampai 23 November 2017.

https://p.dw.com/p/2mPwZ
Science Film Festival Goethe in Jakarta 2017
Foto: DW/Y. Pamuncak

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan pesan kepada para penontonnya. Dengan kelebihan audio visual tersebut, film mampu menerjemahkan tema yang kompleks seperti sains dengan cara edukatif juga menghibur, sehingga memberikan pengalaman rekreasi tersendiri dan tidak membosankan bagi para penontonnya.

Goethe-Institut dengan misinya memperkenalkan sains sedini mungkin bagi anak-anak dan menerapkannya pada praktik sehari-hari menghelat Science Film Festival 2017. Acara tersebut diadakan pada 24 Oktober hingga 23 November 2017 di 38 kota di Indonesia.

Science Film Festival Goethe in Jakarta 2017
Foto: DW/Y. Pamuncak

Kota-kota tersebut antara lain: Aceh, Ambon, Bandung, Banjar, Belitung
Timur, Biak, Bogor, Ciamis, Demak, Jakarta, Kupang, Makassar, Malaka, Malang, Manado, Manggarai Barat, Medan, Pangandaran, Salatiga, Sidoarjo, Soe, Sorong, Surabaya, Tangerang, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Tomohon, Waibakul, Waingapu dan Yogyakarta.

Festival ini, yang pertama kali digelar Goethe-Institut pada tahun 2005 di Thailand, merupakan acara tahunan dari Goethe-Institut. Setelah Indonesia, festival akan diestafet ke negara-negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika dan Timur Tengah. Sebanyak 67 film pilihan telah diadaptasikan ke setiap bahasa masing-masing negara peserta dan dikurasi dengan cara yang menyenangkan dan menghibur bagi anak-anak, untuk memahami hubungan ilmiah dan hubungannya dengan tema utama.

Festival ini bertema Anthropocene - Era manusia, yaitu perubahan-perubahan apa saja yang telah manusia lakukan terhadap alam di bumi ini. Seperti yang diungkapkan Direktur Regional Goethe-Institut Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru, Dr. Heinrich Blömeke.

"Fokus kami pada antropochene adalah kita mendapati dampak perilaku manusia pada alam, pada perkembangan alam, dan juga masa depan planet semakin penting. Dan berdampak pada iklim. Tentu  saja kita mencoba mencari solusi dengan energi biologi artifisial. Kami ingin menunjukannya pada anak-anak, yang merupakan target utama SFF, dampak manusia pada masa depan planet.”

Heinrich berharap generasi muda dapat menganggap sains sebagai pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Juga diharapkan mereka bisa melibatkan diri dalam isu-isu yang menyangkut kelestarian alam.

Film mengenai alga, organisme hijau yang memiliki permukaan licin, dan berbau aneh namun memiliki manfaat begitu besar karena menyerap karbondioksida, menjadi film favorit bagi kebanyakan peserta yang hadir.

"SFF ini seru banget bisa banyak ngajarin hal yang belum aku tahu!" papar Raisa Nurlatiefa, peserta festival yang duduk di bangku kelas 5 SD.

Yusuf Pamuncak (yf)