1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

251109 Mumbai Anschläge Folgen

26 November 2009

Rabu (25/11), pengadilan anti rerorisme Pakistan telah menetapkan tujuh orang sebagai tersangka serangan Mumbai. Keputusan pengadilan ini bisa dianggap sebagai langkah penting menandai satu tahun serangan di Mumbai ini.

https://p.dw.com/p/Kgsz
Pasukan kemanan India mengepung Hotel Taj Mahal, yang menjadi salah satu target serangan teror di Mumbai yang menewaskan setidaknya 166 orangFoto: AP

Setelah serangan teror di Mumbai, makan waktu berminggu-minggu sampai Pakistan mau mengakui bahwa para pelaku berasal dari Pakistan dan aksi direncanakan di wilayah negara itu. Sampai sekarang New Delhi menuduh Islamabad tidak bertindak cukup untuk menghindari peristiwa serupa di masa depan. Dan karena itulah semua perundingan dengan Paksitan ditangguhkan.

India juga mencermati hubungan Pakistan dengan organisasi yang dituduh melakukan serangan Mumbai, yaitu Lashkar-e-Taiba, disingkat LeT. Sudah diketahui umum bahwa di masa lalu tentara dan dinas rahasia Pakistan melatih pejuang LeT untuk menyerang sasaran India, terutama di Kashmir.

Sementara ini Pakistan secara resmi mengambil jarak dengan LeT. Tetapi struktur organsiasi tersebut tampaknya secara luas tetap utuh. Dari Pakistan sering terdengar alasan bahwa jika LeT berjuang di bawah tanah, akan semakin sulit untuk mengawasinya. Pakar LeT, Stephen Tankel dari Washington punya pemahaman tertentu bagi sikap ini.

“Saya pikir ada pemikiran yang logis kenapa orang tidak ingin kelompok ini merajalela di bawah tanah atau membentuk kelompok pecahan. Tapi di luar soal kemampuan untuk bertindak ada masalah tentang keinginan politik. Sejarah mencatat, Lashkar-e-Taiba adalah wakil yang dapat diandalkan oleh Pakistan untuk melawan India. Apakah sementara ini Pakistan menggunakan mereka untuk tujuan itu, masih diperdebatkan, tapi jelas Pakistan ingin tetap membuka opsi itu,“ dikatkan Stephen Tankel.

Bagi Sundeep Waslekar, mentalitas ini mencerminkan persoalan mendasar di Pakistan. Waslekar dari Strategic Foresight Group yang mengamati hubungan India dan Pakistan menilai, pemerintah sipil di Islamabad terlalu lemah.

“Masalah strukturalnya adalah, Pakistan dikontrol oleh militer dan militer punya kepentingan sendiri untuk memperbesar konfrontasi. Tambahan lagi, 10-15 tahun lalu, kelompok-kelompok teror ini merupakan bagian dari aparat pemerintah Pakistan. Mereka juga punya kepentingan sendiri untuk mendorong konflik dan kekerasan. Dari pihak India, birokrasi takut dan sangat ragu untuk bertindak berani, dan itu sifat alami birokrat," papar Sundeep Waslekar.

Masalahnya, bagaimana blokade semacam itu dapat ditembus. Amerika Serikat sangat berkepentingan pada normalisasi hubungan India-Pakistan, karena dengan demikian Pakistan terutama, dapat berkosentrasi pada perang melawan Taliban dan Al Qaida. Sebagian pihak skeptis, tekanan terhadap kedua negara yang merupakan musuh bebuyutan itu bisa membawa hasil. Sundeep Waslekar, pakar politik di Mumbai tidak begitu pesimis. Ia yakin, jika masyarakat internasional mengubah politik terhadap Pakistan, hal itu dapat mengubah sesuatu.

Thomas Bärthlein/Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk