1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Salamworld, Jawaban Muslim untuk Jejaring Sosial

Matthew Brunwasser/ Hiltrud Schoofs8 Maret 2012

Sebuah perusahaan di Turki ingin mengisi lubang di pasar dengan menyediakan jejaring sosial untuk muslim.

https://p.dw.com/p/14Huy
Foto: SalamWorld

Boleh jadi tak ada nama yang lebih baik bagi sebuah jaringan sosial muslim daripada Salamworld.com. Salam, semoga kedamaian bersamamu. Salamworld ingin menjadi plattform untuk berbagai tema yang menarik bagi umat muslim, dan menampilkannya dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam, dengan kata lain 'halal'.

Di balik Salamworld berdiri sebuah perusahaan di Istanbul, yang ingin menawarkan alternatif islami jejaring sosial dimana umat muslim dari seluruh dunia dapat bertemu di internet. Salamworld.com sudah menjadi pembicaraan hangat di Turki. Terutama sejak pendiri Salamworld memperkenalkan rencana mereka kepada publik, akhir Februari 2012.

Dalam sebuah klip iklan, para penggagas menyebutkan apa yang mereka pahami sebagai 'halal'. "Kami ingin menyaring isi yang merugikan dan meyiapkan isi situs sedemikian rupa sehingga nilai-nilai tradisional dihormati. Dengan demikian kami memenuhi kebutuhan umat Muslim di seluruh dunia." Selain itu, "merupakan tujuan Salamworld untuk mengatasi semua kendala politik, budaya dan bahasa, guna membuka dunia bagi umat muslim."

Alternatif bagi muslim

Sejumlah aktivis muslim dari berbagai negara hadir saat peluncuran Salamworld di Turki. Banyak yang sependapat dengan Fouzan Akhmed Khan, seorang aktivis dari Kanada, yang memuji upaya kaum muslim untuk mengenal teknologi baru dan bukan mengutuknya. "Semua yang tidak mereka kenal, mereka kritik, karena rasa takut."

Nihad Awad dari Dewan untuk Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengatakan, jaringan sosial dari dan untuk muslim juga memudahkan aktivitas politik. "Saya juga berharap, Salamworld akan meningkatkan mutu media sosial. Apa yang kita butuhkan adalah kemungkinan bagi kaum muslim untuk menampilkan visinya kepada dunia." Tentu saja berdasar pada martabat manusia, saling menghormati, dan zona bebas haram.

Ide bisnis berpotensi

Abdulvakhed Niyazov, Direktor von Salamworld
Yavuz Selim Kurt, Direktur PR dan Hubungan Media, Salamworld Inc.Foto: SalamWorld

Visi Salamworld dikembangkan di gedung perkantoran yang baru dan mewah di Istanbul, dengan pandangan ke arah Selat Bosporus. Para pengusaha muda di balik Salamworld menargetkan 50 juta pengguna dalam waktu tiga tahun. Ambisius, namun didukung oleh fakta bahwa 54 persen dari muslim di seluruh dunia, berusia di bawah 25 tahun. Dan jaringan sosial adalah bisnis besar.

Facebook memiliki lebih dari 800 juta pengguna dan sangat mungkin menghasilkan miliaran dolar di bursa saham dunia. Tapi Facebook bukan pemain tunggal. Sina Weibo dari China punya 227 juta pengguna, plattform Rusia Vkontakte 100 juta pengguna. Dan Salamworld didukung pendana swasta dari Rusia dan Kazakhstan.

Namun apa tujuan para investor, menyajikan plattform sesuai ajaran Islam bagi muslim di seluruh dunia, atau menghasilkan keuntungan dengan model bisnis semacam ini? Keduanya, kata Said Saidov, penanggungjawab komunikasi di Salamworld. "Bagi muslim, agama dan bisnis tidak terpisah. Jika orang ingin memajukan bisnisnya, maka harus ia lakukan sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip agama", kata Saidov dalam pembicaraan dengan DW.

Tak yakin bertahan

Salamworld bukan situs internet pertama bagi kaum muslim. Selain situs pemesanan baju dan bahan makanan, juga situs pencari lokasi mesjid, dalam satu dekade terakhir muncul sejumlah situs untuk mencari jodoh sesama muslim. Tak heran ada juga suara skeptis yang tak yakin Salamworld akan bertahan. Salah satunya Omar Chatriwala, jurnalis online dari Qatar.

Ia menilai, kaum muda muslim hampir tak ada bedanya dengan kaum muda di manapun di dunia. "Mereka suka Facebook", kata Chatriwala. "Mereka senang dapat bertemu secara online dengan orang lain, juga dari jenis kelamin lain." Ide jaringan sosial yang 'halal' juga dapat dilihat sebagai sensor. Selain itu Chatriwala yakin, bukan kaum muda melainkan mereka yang lebih tua yang berupaya menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional Islam.