1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rusia Semakin Kritis Terhadap Suriah

20 Maret 2012

Rusia sepertinya mulai melunakkan sikap ngotot mereka dalam tema sanksi bagi Suriah. Pemerintah di Moskow semakin tajam mengkritik rezim Assad.

https://p.dw.com/p/14O68
Foto: picture-alliance/dpa

Menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov, akhir pekan lalu mengaku heran dengan sikap Suriah. Kepada televisi Rusia, ia mengatakan, Suriah mulai menjalankan reformasi politik, namun pertempuran antara tentara pemerintah dan kelompok oposisi terus berlangung. "Kekerasan sangat sering digunakan pada situasi yang tidak sepatutnya", tambah Lavrov.

UN-Sicherheitsratssitzung zu Syrien
DK PBBFoto: dapd

Pernyataan Lavrov menjadi perhatian dunia internasional. Menurut menlu Jerman Guido Westerwelle, kritik Lavrov menandakan "dimulainya perubahan politik di Moskow" berkaitan dengan presiden Suriah Bashar al Assad. Menteri luar negeri Perancis Alain Juppe juga memastikan adanya "perubahan kecil" pada strategi politik Suriah pemerintah Rusia.   

Moskow jauhkan diri dari Damaskus

Memang ada beberapa petunjuk, Rusia bisa memperlunak sikapnya dalam konflik Suriah. Baru-baru ini, Lavrov menyesalkan pemerintah di Damaskus tidak segera menerapkan saran dari Rusia. Negaranya tidak mendukung rezim Assad, melainkan prinsip keadilan, tegas Lavrov. Rusia seakan semakin mengambil jarak dengan rezim Assad.

Kini Moskow juga medukung misi mantan sekjen PBB Kofi Annan, yang mencoba menjadi mediator antara pemerintahan Suriah dan kelompok pemberontak. Sebelumnya, diplomat Rusia menolak menghadiri pertemuan delegasi 60 negara yang menamakan diri kelompok "sahabat Suriah" yang memilih Annan sebagai utusan khusus urusan Suriah.

Rusia berada di pihak yang salah

Fjodor Lukjanow / Russland / Moskau
Fyodor LukyanovFoto: DW

Para pengamat menganggap sikap keras Rusia dikarenakan masalah dalam negeri. Sekarang, hanya beberapa minggu setelah pemilihan presiden awal Maret lalu, Moskow tampak mulai mau bergerak 'menangani' konflik Suriah.

Fyodor Lukyanov, penerbit majalah politik di Rusia, juga memiliki pendapat yang sama. Tetapi ia tidak melihat kaitannya dengan pemilihan presiden. "Pemerintah mulai sadar, bahwa rezim Assad tidak lagi punya masa depan", ujar Lukyanov.

Tekanan bagi presiden Suriah terlalu besar dan ia melakukan terlalu banyak kesalahan. Pakar politik ini juga mengatakan, sikap negara barat, khususnya Amerika Serikat, telah berubah. "Kini muncul kekhawatiran, apa yang akan terjadi setelah Assad jatuh." Sikap ini memudahkan Rusia untuk lebih mendekat ke posisi negara barat.

Margarete Klein, pakar Rusia dari yayasan ilmu pengetahuan dan politik di Jerman, berpendapat, kini penting agar negara barat dan Arab menunjukkan kepada Rusia, bahwa negara itu juga bisa terisolasi jika berpendirian terlalu keras. Rusia akan sadar, "bahwa mereka berada di pihak yang salah dalam sejarah", begitu kalimat menlu Jerman Westerwelle. Namun, Klein yakin Rusia sudah merasakan 'bahaya' tersebut.

Mencari kompromi dalam DK PBB

Margarete Klein
Margarete KleinFoto: M. Klein

Sekarang Moskow masih melindungi rezim Assad. Rusia dengan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB tidak akan pernah menyetujui intervensi militer ke Suriah. Rusia dan Cina sudah dua kali memblokir usulan resolusi di Dewan Keamanan PBB, karena menurut mereka tidak adil bagi pemerintah Suriah.

PBB kini membahas rancangan resolusi baru. Jika ada bukti baru atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan militer Suriah terhadap warga sipil, maka akan semakin sulit bagi Rusia untuk membenarkan sikap blokadenya.  

Pakar Rusia Margarete Klein yakin, sebuah kompromi di Dewan Keamanan PBB adalah hal yang mungkin tercapai. "Mereka misalnya bisa sepakati akses bagi seluruh bantuan kemanusiaan." Klein juga tidak menutup kemungkinan, Rusia bisa menyetujui pergantian kekuasaan di Damaskus. Syaratnya, hal itu jangan kentara dipaksakan dari luar. 

Pakar politik asal Rusia Lukyanov juga optimis Rusia dan negara barat bisa menemukan posisi yang sama. Bagaimanapun juga, pemerintah di Moskow telah mencapai sasaran akhir dengan sikap kerasnya : "Rusia menegaskan, bahwa tanpa adanya persetujuan Moskow, tidak akan ada solusi legitim bagi konflik Suriah."

Roman Goncharenko / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Agus Setiawan