1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Rumah Sakit Indonesia di Myanmar Masuki Tahap Dua

24 November 2017

Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Mrauk U, Rakhine, Myanmar, kini telah memasuki tahap dua. Groundbreaking baru saja dilakukan, dan saat ini juga tengah dilakukan pembangunan rumah dokter, dan perawat.

https://p.dw.com/p/2oBxM
Pekerja sedang membangun fondasi Rumah Sakit Indonesia di Rakhine, Myanmar
Pekerja sedang membangun fondasi Rumah Sakit Indonesia di Rakhine, MyanmarFoto: MER-C

Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Mrauk U, Rakhine, Myanmar, kini telah memasuki tahap dua. Groundbreaking baru saja dilakukan, dan saat ini sedang dilakukan pembangunan rumah sakit, rumah dokter, dan perawat. Sejak awal pembangunan, tenaga kerja yang diambil merupakan penduduk lokal agar dapat menjembatani perdamaian antara masyarakat Budha dan Muslim.

"Jadi ada pekerja yang beragama Budha, Islam, sehingga proses trust building pada communa level dengan sendirinya bisa mencair. Bisa kuat trust-nya melalui kegiatan-kegiatan ekonomi seperti ini," ungkap Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi. 

Delegasi Indonesia saat melakukan groundbreaking Rumah Sakit Indonesia di Rakhine, Myanmar, 19 November 2017.
Delegasi Indonesia saat melakukan groundbreaking Rumah Sakit Indonesia di Rakhine, Myanmar, 19 November 2017.Foto: MER-C

Tahap satu sudah selesai dilakukan yaitu penimbunan tanah untuk menghindari banjir tahunan dan pemagaran serta survei air bersih. Retno mengungkapkan, pembangunan rumah sakit itu dilakukan bersama-sama. Bukan hanya pemerintah saja, tetapi juga dengan masyarakat, LSM, dan para donatur. 

Kendala dana untuk pembangunan

Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) adalah salah satu penggagas dibangunnya rumah sakit tersebut. "Bentuk bangunan kita rancang untuk tahan terhadap angin kencang yang juga sering melewati daerah tersebut," kata Presidium MER-C, Joserizal Jurnalis. Air tanah yang tidak sehat juga menjadi kendala maka diperlukan survei. 

"Penyelesaiannya memerlukan waktu satu sampai dua tahun," ungkapnya. Pembangunan tersebut menggunakan dana hasil sumbangan dari masyarakat Indonesia. Maka dari itu kendala utama pembangunan rumah sakit adalah dana. "Kendala utama adalah dana karena kita mengandalkan dana dari masyarakat," katanya.

Membangun lebih giat

Mengenai kesepakatan antara Pemerintah Bangladesh dan Pemerintah Myanmar untuk memulangkan ratusan ribu warga etnis Rohingya, Joserizal berpendapat bahwa proses tersebut harus memiliki jaminan keamanan. "Kalau perlu ada peace keeping force," katanya. Perlu ada proses pembangunan yang optimal mengingat kedatangan kembali ratusan ribu warga tersebut, maka MER-C akan berusaha lebih giat lagi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan Rumah Sakit Indonesia itu.

Saat ini MER-C terus mengirimkan bantuan kesehatan serta tenaga medis ke Rakhine. "Tapi kalau ada publik yang memberikan amanah di luar masalah kesehatan, kita akan laksanakan seperti pembangunan rumah dan lain-lain," tuturnya.

yp/yf  (Republika.co.id, MER-C)