Ritual Persiapan Imlek di Semarang

Sebelum memulai ritual, umat melangitkan doa diiringi alunan musik Mu’i dari pandita sambil membakar dupa. Prosesi menghantar Dewa Dapur dilakukan dengan membakar kertas kuning khusus yang bergambar kuda. Konon katanya, Dewa Dapur naik ke langit dengan menunggang kuda.

Lao Cu (pemimpin) dan Hu Lao Cu (pembantu) sedang melangitkan doa.

Umat sedang melangitkan doa bersama Lao Cu dan Hu Lao Cu.

Umat membakar kertas Ti Kong Kim sebagai sarana untuk menghantar Dewa Dapur (Toa Pek Kong) ke langit.

Kertas Ti Kong Kim yang dibakar dibawa ke tempatnya.

Setelah terbakar, abu kertas dituangkan ke tempatnya.

Upacara tahunan menyambut Imlek ini disaksikan umat yang hadir.

Ritual dimulai pukul 16.00 waktu setempat.

Hari berikutnya, 3 Februari 2016: Acara bersih-bersih klenteng adalah ritual tahunan untuk menyambut Imlek. Semua bagian klenteng dibersihkan, termasuk Kim Sin (patung) dewa-dewi dan tempat abu.

Abu di tempat dupa pun dibersihkan—abu dipisahkan dari sisa batang dupa (hio) dengan cara diayak.

Alat kebersihan yang digunakan adalah kuas, lap, dan kapas. Semua alat tersebut harus baru—belum pernah dipakai. Setelah dibersihkan, dewa-dewi pun dipakaikan “baju” baru. Proses mengembalikan Kim Sin pun tak boleh sembarang. Umat biasanya melakukan Pwak Pwee—menggunakan keping petunjuk untuk berkomunikasi dengan dewa-dewi.

Proses mengembalikan Kim Sin pun tak boleh sembarang. Umat biasanya melakukan Pwak Pwee—menggunakan keping petunjuk untuk berkomunikasi dengan dewa-dewi.Jika keping itu menunjukkan sisi yang berlawanan, dewa-dewi memberikan jawaban “iya”. Pwak Pwee dilakukan sampai dewa-dewi memberikan jawaban “iya”, artinya “posisi duduk” dewa-dewi itu sudah pas dan nyaman.