1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanAsia

Sederet Rintangan Peluncuran Vaksin COVID-19 di Jepang

27 Januari 2021

Peluncuran program vaksinasi Jepang menghadapi serangkaian rintangan yang berpotensi mengganggu penyelenggaraan Olimpiade Tokyo. Mulai dari staf medis, kebutuhan lemari pendingin, hingga urusan transportasi.

https://p.dw.com/p/3oSty
Petugas tengah mengecek kelengkapan freezer
Freezer dengan suhu sangat rendah di gudang di Sagamihara, barat TokyoFoto: Eugene Hoshiko/AP Photo/picture alliance

Rintangan logistik yang dihadapi oleh Jepang dalam peluncuran vaksinasinya dimungkinkan akan memperumit rencana pemberian inokulasi skala besar yang diharapkan dapat selesai tepat waktu jelang gelaran Olimpiade.

Sebagai negara industri besar terakhir yang memulai vaksinasi massal, Jepang kemungkinan akan terhambat akibat kurangnya wadah penyimpanan vaksin dan stok es kering, serta kesulitan dalam merekrut staf medis, demikian disampaikan oleh belasan orang yang terlibat dalam kegiatan inokulasi di Jepang kepada reuters.

Perdana Menteri Yoshihide Suga sebelumnya telah mengatakan bahwa vaksin sangat penting dalam penyelenggaraan Olimpiade yang sempat mengalami penundaan tahun lalu. Namun suntikan pertama untuk petugas medis rencananya baru akan dilakukan pada akhir Februari mendatang, hanya 145 hari sebelum dimulainya Olimpiade pada 23 Juli 2021.

Untuk dapat melakukan vaksinasi terhadap setengah populasi Jepang di periode tersebut, maka Jepang akan membutuhkan sekitar 870 ribu suntikan dalam sehari , di mana setiap orang mendapatkan dua kali suntikan vaksin.

Koji Wada, penasihat kebijakan pemerintah tentang COVID-19 mengatakan bahwa rencana pemerintah dalam program vaksinasi mungkin memunculkan beban yang berbeda-beda di setiap kota.

Visaualisasi data kasus baru COVID-19 per kapita

"Wilayah metropolitan besar seperti Tokyo mungkin memiliki infrastruktur untuk melakukan vaksinasi dengan lancar, tetapi di sejumlah wilayah pedesaan ... dapat mengalami lebih banyak kesulitan," kata Koji Wada.

Di sisi lain, perusahaan yang biasa memindahkan obat-obatan mengatakan mungkin tidak ada cukup wadah khusus untuk mengangkut vaksin Pfizer, yang harus disimpan pada suhu minus 75 derajat celcius, suhu yang jauh lebih dingin daripada freezer standar.

Sebuah sumber pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa hingga akhir tahun lalu, para pejabat memang tidak cukup mengantisipasi ketersediaan wadah atau es kering untuk menyimpan vaksin COVID-19.

Menteri Reformasi Administratif, Taro Kono yang juga menjabat sebagai koordinator vaksinasi di Jepang telah menguraikan skala tantangan peluncuran vaksinasi pada pekan lalu. Koordinasi pekerja medis, transportasi, produksi freezer, pembuangan jarum suntik, dan urusan dengan pemerintah daerah ditangani oleh kementerian yang berbeda, katanya di Twitter.

Selain itu, staf medis yang sudah kelelahan karena merawat gelombang ketiga infeksi juga perlu dimobilisasi untuk memberikan suntikan. Sementara, vaksin yang akan digunakan saat ini masih belum mendapat persetujuan, meski diperkirakan akan diumumkan pada pertengahan bulan depan. Meski begitu, sebagai langkah antisipasi, Kementerian Kesehatan pada Rabu (27/1) telah melakukan latihan inokulasi tiruan di gym kampus di Kawasaki, 27 km selatan Tokyo.

Kebutuhan es kering

Jepang telah membeli cukup banyak vaksin Pfizer untuk menginokulasi 72 juta orang, jumlah yang mencakup lebih dari setengah populasi. Pemerintah juga telah membeli sekitar 20 ribu pendingin khusus dan mencari es kering dalam jumlah besar untuk digunakan dalam pendistribusian vaksin.

Jepang menghasilkan sekitar 350 ribu ton es kering per tahun, tetapi sebagian besar digunakan untuk pengawetan makanan, demikian menurut seorang pejabat yang juga merupakan salah satu produsen utama.

Untuk mengangkut vaksin, pemerintah membutuhkan es jenis butiran atau bubuk, yang dapat menjaga suhu lebih dingin dibanding balok es kering standar yang digunakan untuk makanan.

"Ini bukan hanya perihal bisa mengganti bagian pada mesin saja, tetapi metode produksi (untuk es-nya) berbeda," kata pejabat tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. "Butuh beberapa bulan untuk melengkapinya kembali", tambahnya.

Sementara itu, perusahaan transportasi Nippon Express yang terlibat dalam pendistribusian vaksin Pfizer, justru bergantung pada pembuat obat untuk menyediakan wadah khusus, kata seorang juru bicara.

Perusahaan sedang membangun empat gudang khusus di seluruh Jepang untuk menyimpan produk medis. Tetapi gudang tersebut tidak akan siap hingga Februari dan tidak dirancang untuk suhu super dingin yang dibutuhkan vaksin Pfizer.

Kebutuhan lemari pendingin

Nihon Freezer, perusahaan pembuat lemari es khusus industri, tengah membuat 2.300 lemari pendingin untuk pemerintah. Namun seorang pejabat perusahaan mengungkapkan pembuatan tersebut tidak dilengkapi kontrak resmi sampai vaksin pertama disetujui.

Lemari pendingin itu dilaporkan dapat dicolokkan ke stop kontak 100V manapun. Meski begitu, pusat vaksinasi sementara seperti sekolah mungkin membutuhkan instalasi listrik baru.

Freezer baru khusus penyimpanan vaksin COVID-19
Vaksin Pfizer harus disimpan pada suhu minus 75 derajat celciusFoto: Eugene Hoshiko/AP Photo/picture alliance

"Kami telah membuat sekitar setengahnya dan sisanya akan selesai pada Juni," kata pejabat itu tentang freezer, yang diproduksi di Denmark. "Untuk menemukan cukup komponen sulit dilakukan, karena produksi yang tiba-tiba meningkat."

Sementara itu, produsen peralatan medis PHC, yang telah dipilih oleh pemerintah untuk freezer suhu sangat rendah, mengatakan sedang mengoperasikan pabrik utamanya selama 24 jam nonstop.

Tenaga medis diprioritaskan

Setelah dikirim, vaksin harus segera diberikan kepada petugas medis yang sejatinya sudah kewalahan. Survei Kyodo News menunjukkan sekitar 80 persen pemerintah prefektur khawatir tentang jumlah staf yang akan memberikan suntikan.

Beberapa dokter di garda terdepan mengatakan mereka kekurangan tenaga untuk menghadapi krisis ini.

Perawat dari Self-Defense Forces (Pasukan Bela Diri) telah dikerahkan ke beberapa kota yang dilanda pandemi, kata seorang pejabat pertahanan. SDF memiliki sekitar 2.000 dokter dan perawat yang memenuhi syarat untuk memberikan suntikan.

Jepang juga telah mengontrak ratusan juta lebih dosis vaksin dari beberapa perusahaan farmasi di luar negeri, tetapi vaksin itu tidak akan langsung datang.

Ketersediaan vaksin berpotensi menambah keraguan tentang penyelenggaraan Olimpiade, tapi mempercepat prosesnya pun akan menjadi lebih buruk, kata Yoshihito Niki, spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Universitas Showa.

"Lebih baik hati-hati dengan vaksinasi daripada membuat pemerintah kota setempat terburu-buru melakukan persiapan," katanya.

ha/gtp (Reuters)