1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Revolusi di Jalan-Jalan Cina

2 September 2010

Mobil bertenaga listrik sudah dikenald alam diskusi mengenai perlindungan iklim dan lingkungan hidup di Eropa. Sementara itu, sepeda bertenaga listrik atau e-bikes sudah sangat populer di Cina.

https://p.dw.com/p/P2no
E-bikes sudah hampir mendesak sepeda biasa dari jalan-jalan Cina.Foto: DW

Sepeda bertenaga listrik atau e-bikes hampir tidak mengeluarkan suara apapun jika roda-rodanya bergulir di jalan-jalan kota Shanghai. Itu sebenarnya berbahaya, karena sepeda ini dapat bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan bisa ditemukan di mana-mana. Di jalan-jalan Cina sekarang berlalu-lalang lebih dari 140 juta e-bikes.

Revolusi di Dunia Mobilitas

Ini revolusi dalam dunia mobilitas, yang sangat menggembirakan Ye Jian. Pria berusia 40-an itu adalah pemilik toko sepeda Kai-Kai, yang terletak di bagian utara Shanghai. Penampilan e-bikes bermacam-macam. Ada yang hanya sepeda biasa yang dipasangi motor, ada yang tampak sangat mewah dan hampir seperti Vespa. Ye Jian menjual rata-rata sepuluh sepeda setiap harinya.

E-Bikes Lastentransporter
E-bikes yang juga dapat digunakan untuk mengangkut barang.Foto: DW

Ia menjelaskan, "Harganya mulai sekitar 200 sampai 420 Euro. Ada yang kekuatannya 24 Volt, ada juga yang 48. Berat sepeda mulai dari 35 sampai 50kg. Masa depan terletak pada baterai litium. Jenis baterai ini sangat ringan, bersih, mudah digunakan dan ditransportasikan."

Keuntungan Baterai Litium

Sekarang 95% sepeda bertenaga listrik di Cina menggunakan baterai dengan timah hitam, seperti pada aki mobil. Ye Jian mengatakan, baterai jenis ini memungkinkan sepeda berjalan lebih jauh, mengangkut beban lebih berat dan tampak lebih mewah.

Dengan sekali mengisi penuh baterai, e-bikes dapat berjalan sejauh 50 sampai 60 km. Untuk keperluan sehari-hari di kota, itu sudah cukup. Zhang Ping sudah memiliki sebuah sepeda bertenaga listrik, tetapi sekarang ia ingin membeli satu lagi yang menggunakan baterai litium, untuk anak perempuannya. Ia menceritakan, jika anaknya menggunakan sepeda, perjalanannya ke tempat kerja akan lebih nyaman. Ia juga dapat menggunakan sepeda sebagai alat olah raga dengan menginjak pedal.

Dreimillionstes Biria-Fahrrad Produktion
Sepeda bertenaga listrik bermerek Biria, yang diproduksi di Neukirch, Jerman, khusus berwarna kuning untuk digunakan tukang pos.Foto: ZB - Fotoreport

Tersebarluasnya e-bikes di Cina bukan hasil penggalakan perlindungan lingkungan. Ini adalah reaksi produsen dan konsumen atas imbalan yang dijanjikan oleh negara. Di 90 kota besar Cina penjualan sepeda motor dilarang atau dibatasi. Guo Jianrong, Sekjen Persatuan Pengguna Sepeda Shanghai menilai itu langkah bagus. Menurutnya, sepuluh tahun lalu Shanghai dipenuhi sepeda motor. Sebagian tidak membakar bensin dengan baik sehingga polusi udara sangat tinggi, dan langitpun tidak dapat terlihat.

Memperluas Pasar

Sepeda yang menggunakan tenaga listrik tidak dilarang, karena dianggap sepeda dan boleh lewat di jalanan khusus untuk sepeda. Di samping itu orang tidak memerlukan surat ijin mengemudi dan tidak harus mendaftarkan kendaraannya. Jadi tidak heran, kalau di tahun lalu pabrik-pabrik Cina memproduksi 24 juta e-bikes. Setelah menguasai pasaran dalam negeri, Cina ingin menjangkau dunia.

E-Bike Händler Ye Jian
Pemilik toko sepeda Ye Jian dengan e-bikes yang dijualnya.Foto: DW

Menurut Sekjen Persatuan Pengguna Sepeda Guo Jianrong, Cina telah mengeskpor 650.000 e-bikes. Ia mengatakan, di bidang itu negaranya yang nomor satu, karena teknik produksinya lebih baik. Jadi harganya juga lebih murah. Sebuah sepeda hanya berharga 300 Euro, sementara di Jerman harganya antara 1.000 sampai 1.500 Euro.

Walaupun tren menuju mobilitas massal dengan tenaga listrik ini awalnya patut dipuji, harus dilihat terlebih dahulu, bagaimana Cina memproduksi listrik. Martin Lockström dari China-Europe International Business School di Shanghai mengatakan, "Kendaraan ini memang tidak mengeluarkan gas beracun CO2. Tetapi sampai sekarang 70% listrik Cina dihasilkan lewat batu bara." Dengan kata lain, pencemaran lingkungan tetap ada, hanya tempatnya saja yang berbeda.

Matthias von Hein / Marjory Linardy

Editor: Asril Ridwan