1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

070709 Uiguren Kadeer

8 Juli 2009

Rebiya Kadeer yang hidup di Amerika Serikat merupakan salah satu wakil terpenting dari warge Uigur yang berada di pengasingan. Ia dituding menyulut kerusuhan di Xinjiang oleh Media pemerintah Cina.

https://p.dw.com/p/IjiB
Rebiya Kadeer mengalihkan perhatian dunia ke penindasan kaumnya di Cina.Foto: AP

“Saya Rebiya Kadeer. Saya seorang Uigur," demikian dikatakan perempuan berperawakan kecil berumur 62 tahun. Rebiya Kadeer berdiri diatas panggung, di sebuah ruangan yang dipenuhi pendengar. Ia ingin bercerita tentang dirinya sendiri dan tentang kaumnya. Selama bertahun-tahun perempuan ini bepergian ke seluruh dunia untuk menarik perhatian akan nasib kaum etnis Uigur.

Kaum Uigur hidup di Cina seperti di dalam sebuah penjara besar, demikian Kadeer. Dan kaumnya merupakan korban "pemusnahan etnis“, lanjut Rebiya, menggunakan istilah yang dipakai Dalai Lama untuk menggambarkan situasi di Tibet. Rebiya dianggap sebagai musuh negara dan teroris oleh pemerintah Cina karena mengeluarkan pernyataan-pernyataan seperti ini. Padahal Rebiya dulu merupakan warga Uigur yang disenangi pemerintah.

Ia tumbuh di keluarga miskin dan bekerja keras sampai mendapatkan posisi tinggi di sebuah perusahaan dan menjadi anggota kongres. Namun ketika kritiknya atas perlakuan pemerintah Cina terhadap kaum Uigur semakin tajam, ibu dari 11 anak ini tidak disukai lagi. Tahun 1999 Rebiya ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Ia mendekam di penjara hampir enam tahun dan sejak itu ia memberitakan tentang perlakuan pemerintah Cina yang melanggar hak asasi manusia. Hal yang ia lihat di penjara.

Setelah mendapat dukungan dari dunia internasional, antara lain pemerintah Amerika Serikat, Rebiya dibebaskan tahun 2005 dan sejak itu ia tinggal di Amerika Serikat. Juga di dalam pengasingan perempuan ini selalu berbicara dengan Bahasa Uigur dan memakai pakaian tradisional kaumnya.

Sebagai ketua Kongres Dunia Kaum Uigur, Rebiya berjuang bagi kepentingan kaum Uigur. Ia pernah bertemu dengan Mantan Presiden George W. Bush dan mantan Sekjen PBB Kofi Annan. Sekarang televisi nasional Cina menyatakan bahwa Kadeer dan Kongres Dunia ini bertanggung jawab atas terjadinya kerusuhan di wilayah Uigur yang menelan banyak korban.

Di luar negeri Kadeer mendapat banyak simpati. Tetapi ia juga harus mendengar pertanyaan-pertanyaan kritis, seperti apakah ia menghasut pendukungnya untuk memulai kerusuhan ini. Dengan mengadakan konferensi pers dan beberapa wawancara, Rebiya menepis tudingan pemerintah Cina dan menyatakan bahwa pemerintah Cina sendiri lah yang menyulut aksi protes ini.

Dalam waktu yang bersamaan Rebiya Kadeer juga mengecam kekerasan yang dilakukan oleh beberapa demonstran Uigur. Organisasinya hanya mendukung aksi protes damai. Karena kerusuhan berdarah di Xinjiang ini, nasib kaum Uigur dan juga usaha Rebiya kembali menjadi fokus khalayak umum. Aktivis ini sudah beberapa kali dibicarakan sebagai kandidat penerima Nobel Perdamaian. Tahun 2009 ini pasti Rebiya kembali diperhitungkan.

Hans Sproß / Anggatira
Editor: Asril Ridwan