1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi Pemimpin Dunia terhadap Rusuh di Gedung Capitol AS

7 Januari 2021

Para pemimpin dunia menyebut tindakan rusuh pendukung Trump di Gedung Capitol AS sebagai aib dan serangan terhadap demokrasi. Mereka mendesak agar para perusuh menahan diri dan menyerukan penegakkan hasil pilpres AS.

https://p.dw.com/p/3ncKa
Kerusuhan di Gedung Capitol
Massa pendukung Trump menerobos masuk Gedung Capitol AS berupaya membatalkan kekalahan Trump Foto: Samuel Corum/Getty Images

Para pemimpin dunia pada Rabu (06/01) menyatakan terkejut dan prihatin atas tindakan kerusuhan yang ditimbulkan oleh massa pendukung Presiden Donald Trump yang menyerbu masuk ke Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) untuk membatalkan pengesahan kemenangan hasil pilpres AS.

Jerman

Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan insiden kerusuhan di Gedung Capitol merupakan penghinaan terhadap demokrasi.

"Musuh-musuh demokrasi akan bersukacita atas insiden tak terbayangkan dari #WashingtonDC," cuit Mass di Twitternya. "Kata-kata menghasut berubah menjadi tindakan kekerasan - di tangga Reichstag (gedung parlemen Jerman), dan sekarang di #Capitol. Penghinaan terhadap institusi demokrasi memiliki efek yang menghancurkan."

"Trump dan pendukungnya harusnya menerima keputusan pemilih Amerika dan berhenti menginjak-injak demokrasi," tambah Maas.

Inggris

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam twitnya menggambarkan insiden kerusuhan di Gedung Capitol sebagai "aib". Johnson menambahkan bahwa Amerika Serikat adalah penjunjung demokrasi di seluruh dunia dan maka dari itu demokrasi sangat "penting", sehingga harus ada transfer kekuasaan secara damai.

Sementara, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menambahkan dalam twitnya: "AS sangat menjunjung dengan demokrasi, dan tidak ada pembenaran atas upaya kekerasan untuk menggagalkan transisi kekuasaan yang sah dan tepat."

Prancis

Presiden Prancis Emmanuel Macron menanggapi insiden kerusuhan di Gedung Capitol dengan mengatakan bahwa dia percaya pada kekuatan demokrasi di AS.

"Apa yang terjadi di Washington bukanlah (representasi) orang Amerika," kata Macron dalam pidato video singkat yang diposting di Twitter.

Macron berbicara dalam bahasa Inggris dan Prancis di video yang diunggah di Twitter-nya. Macron menuliskan tagar "#WeAreOne".

"Saya hanya ingin mengungkapkan persahabatan dan keyakinan kami terhadap Amerika Serikat. Apa yang terjadi hari ini di Washington DC bukanlah (representasi) orang Amerika, saya yakin. Kami percaya pada kekuatan demokrasi kami. Kami percaya pada kekuatan demokrasi Amerika," kata Macron, berbicara dalam bahasa Inggris.

Uni Eropa

"Di mata dunia, demokrasi Amerika malam ini tampak terkepung," cuit kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell.

Borrell menyebut tindakan tersebut sebagai "serangan terhadap demokrasi AS, institusi dan aturan hukum." Dia juga menambahkan: "Ini bukan Amerika. Hasil pemilu 3 November harus dihormati sepenuhnya."

Para pemimpin Uni Eropa seperti Ursula von der Leyen dan Charles Michel juga mencuit di Twitter untuk mengutuk kerusuhan tersebut, sambil mendesak transformasi kekuasaan secara damai. 

Kanada

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan negaranya "sangat terganggu dan sedih" atas insiden kekerasan di Washington.

"Kekerasan tidak akan pernah berhasil mengesampingkan keinginan rakyat," cuitnya.

Menteri Luar Negeri Kanada Francois-Philippe Champagne menyatakan keprihatinan yang mendalam atas situasi tersebut. "Peralihan kekuasaan secara damai adalah fundamental bagi demokrasi - harus berlanjut dan akan terus berlangsung. Kami mengikuti perkembangan dengan cermat dan pikiran kami bersama rakyat Amerika.'' 

Mantan Presiden AS

Mantan Presiden AS George W. Bush dan istrinya Laura mengatakan mereka muak dan patah hati melihat insiden kerusuhan Gedung Capitol AS. Bush mengatakan tindakan itu "dilakukan oleh orang-orang yang hasratnya telah dibakar oleh kepalsuan dan harapan palsu.''

Sedangkan, Bill Clinton mengatakan serangan itu dipicu oleh "politik racun" Trump.

"Kerusuhan itu disulut oleh Donald Trump dan pendukungnya yang paling bersemangat, termasuk banyak orang di Kongres, untuk membatalkan kekalahannya dalam hasil pemilu," kata Clinton.

Pendahulu Trump, mantan Presiden Barack Obama, menyalahkan Trump karena menghasut kekerasan, dan menyebut insiden kerusuhan sebagai "momen penghinaan dan aib besar bagi bangsa."

pkp/rap (dpa, AP, Reuters)