1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

060211 Berlusconi Italiener

7 Februari 2011

Semua mata memandang Mesir, padahal di Italia perdana menteri Berlusconi tak mau mundur meski diprotes kaum intelektual dan rakyat .

https://p.dw.com/p/10CXU
Foto: Picture-Alliance/dpa

Perdana Menteri Silvio Berlusconi tampaknya imun terhadap segala serangan politik maupun hukum. Kini para penentang Berlusconi, yang termasuk kaum kiri, kaum intelektual dan serikat buruh menggunakan kekuatan kata-kata untuk menekannya. Penulis Italia Umberto Eco berada di barisan paling depan, "Saya datang ke mari dengan rasa skeptis, karena saya mendapat kesan bahwa kita bisa berteriak sebanyak dan sekeras apapun dan Berlusconi tidak akan mundur."

Silvio Berlusconi vor Gewinn der Vertrauensfrage
Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi tak mau mundurFoto: AP

Di depan ribuan orang dalam sebuah bangsal di Milano, Umberto Eco berpidato. Pada dinding di belakangnya tertulis satu kalimat perintah: "Letakkan Jabatan". Bagi semua yang hadir perintah mundur itu jelas ditujukan kepada Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi.

Pihak kejaksaan sudah berminggu-minggu melancarkan investigasi terhadap Berlusconi, karena terlibat dalam hubungan prostitusi dengan seorang perempuan di bawah umur. Selain itu menyalah gunakan jabatan karena menggunakan kekuasaannya untuk mengeluarkan anak perempuan itu dari tahanan polisi.Ketika itu, Berlusconi berbohong, mengatakan bahwa gadis itu adalah keponakan Presiden Mesir, Hosni Mubarak.

"Kami pikir, hubungan Perdana Menteri Italia dengan Mubarrak adalah keponakannya. Tapi sebenarnya, yang menghubungkan kedua orang itu adalah penolakan mundur mereka", begitu Umberto Eco.

Umberto Eco
Umberto EcoFoto: Léa Crespi, 2009

Eco tidak mau berdiam diri. Ia merasa harus bicara untuk membela kehormatan bangsa Italia. Pasalnya, di luar negeri ia selalu saja dihadapi pertanyaan, mengapa bangsa Italia tidak melakukan sesuatu mengenai Berlusconi. Pertanyaan-pertanyaan ini kerap membuatnya kesal. dikatakannya, "Di sini ada surat-surat kabar, yang setiap hari mengritik politik pemerintah dan sikap perdana menteri. Di sini ada penulis yang menulis buku mengenainya. Tapi hal itu tidak dikenal di luar negeri. Sebuah BH yang jatuh ke lantai, lebih menarik perhatian daripada sebuah artikel"

Salah seorang pengritik Berlusconi yang paling lantang adalah penulis Roberto Saviano. Bukunya "Gomorra" membongkar kegiatan kriminal keluarga mafia Camorra. Berlusconi justru menuding dia telah merusak citra Italia di luar negeri. Roberto Saviano, "Kini semua orang tahu bahwa para pengritik pemerintah dibenci dan akan harus membayar mahal dengan nama baik yang dirusak dan hak yang dilucuti.“

Demonstrasi akhir pekan lalu tidak hanya berlangsung di Milano. Di banyak kota Italia, perempuan turun ke jalan membela kehormatan, memrotes Berlusconi. „Italia bukan bordel" begitu seruannya, mengritik pesta-pesta yang kerap berlangsung di rumah Berlusconi, Villa Arcore.

Tapi bukan hanya kelemahan Berlusconi yang melumpuhkan Italia, melainkan kelemahan seluruh politik negara itu. Begitu tutur filsof dan mantan walikota Venezia, Massimo Cacciari, "Saya tidak akan memusatkan perhatian hanya pada apa yang berlangsung di Villa Arcore. Itu bukan alasan lumpuhnya Italia, masalahnya lebih pada kedua penopang politik. Yang satu tidak bisa memerintah dan yang satu tidak mampu beroposisi. Keduanya berada dalam krisis"

Semua kritik ini tidak ditepis oleh Silvio Berlusconi. Komentarnya pun hanya sekedar saja, "saya berkulit tebal". Begitu kata Berlusconi.

Tilmann Kleinjung / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk