1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

260110 Sri Lanka Rivalen

26 Januari 2010

Perang saudara selama lebih dari 35 tahun lamanya di Sri Lanka, yang telah menelan 100 ribu korban jiwa, telah berakhir. Kini, para pemenang perang bersaing untuk merebut kursi presiden.

https://p.dw.com/p/Lh2h
Presiden Sri Lanka Mahinda RajapakseFoto: AP

Dalam perang menghadapi pemberontak Macan Tamil Eelam mereka masih berkawan: Presiden Sri Lanka saat ini Mahinda Rajapakse dan Komandan militer tertinggi Sarath Fonseka. Sekarang, keduanya merupakan rival politik dalam memperebutkan jabatan presiden Sri Lanka.

Mahinda Rajapakse memulai karir politiknya di usia 24 tahun sebagai anggota parlemen termuda Sri Lanka. Pengacara yang kini berusia 64 tahun ini berasal dari keluarga politisi. Awalnya ia terkenal sebagai seorang idealis dan pegiat HAM. Tapi reputasi ini kini pudar.

Setelah perang saudara di Sri Lanka berakhir bulan Mei 2009, 300.000 warga sipil Tamil dipaksa tinggal di kamp pengungsi. Situasi mereka mengenaskan. Rajapakse berdalih, kebijakan ini terpaksa dijalankan karena banyak desa di utara dan timur Sri Lanka masih penuh ranjau dan harus dibersihkan dulu sebelum warga sipil dapat kembali ke desanya.

Program politik yang diusulkan Sarath Fonseka, rival politik Rajapakse, sebenarnya mirip dengan program Rajapakse. Fonseka juga berbicara soal rekonsiliasi dan reformasi ekonomi yang akan menjamin masa depan lebih baik bagi Sri Lanka. Tapi Fonseka didukung sejumlah partai oposisi dan politisi Tamil.

Dalam kampanye pemilu yang sangat populistis, Fonseka sering dilecehkan pendukung Rajapakse karena ia dikatakan kurang berpengalaman. Fonseka memang baru terjun ke kancah politik.

Sebaliknya, pendukung Fonseka justru menilai ini adalah kelebihan bekas komandan militer Sri Lanka ini. Sebagai orang baru ia diharapkan membawa angin segar dan mampu mendobrak struktur-struktur lama yang kaku.

Presiden Rajapakse, yang sebelumnya menjabat perdana menteri Sri Lanka, menang tipis dalam Pemilu Presiden tahun 2005. Saat itupun sudah muncul dugaan manipulasi pemilu dan intimidasi oleh pendukung Rajapakse. Lima tahun lalu, banyak warga Tamil memboikot pemilu.

Sebenarnya, masa jabatan Rajapakse baru habis dalam dua tahun. Tapi ia menetapkan agar pemilu dimajukan untuk memanfaatkan bonus popularisme setelah militer Sri Lanka berhasil mengalahkan pemberontak Macan Tamil Eelam. Tapi langkah ini mungkin menjadi bumerang bagi Rajapakse. Hasil resmi pemilu akan diumumkan Rabu (27/01).

Priya Esselborn/Ziphora Robina

Editor: Ayu Purwaningsih