1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikRusia

Putin Sambut Baik Tekad Cina Bantu Akhiri Perang di Ukraina

20 Maret 2023

Presiden Rusia Vladimir Putin menulis sebuah artikel untuk surat kabar Cina pada malam kunjungan Xi Jinping ke Moskow. Dalam tulisan tersebut, ia menyambut baik sikap “seimbang” Beijing dalam konflik perang di Ukraina.

https://p.dw.com/p/4Ov68
Foto Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Cina Xi Jinping (kanan)
Presiden Cina Xi Jinping (kanan) memulai kunjungan tiga harinya ke Moskow pada hari Senin (20/03)Foto: Alexandr Demyanchuk/Sputnik/AFP

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Minggu (19/03) menyambut baik kesediaan Cina untuk memainkan "peran konstruktif" dalam mengakhiri perang di Ukraina, dan mengatakan bahwa hubungan antara Moskow dan Beijing "berada pada titik puncak."

Dalam sebuah artikel yang dirilis pada malam kunjungan Xi Jinping ke Moskow, Putin mengatakan bahwa Rusia menaruh harapan besar pada kunjungan "teman lamanya" itu.

Perjalanan selama tiga hari yang dimulai dari hari Senin (20/03) ini, merupakan kunjungan pertama pemimpin Cina Xi Jinping ke Rusia, sejak Putin meluncurkan invasi Rusia ke Ukraina pada bulan Februari tahun lalu.

Cina secara terbuka tetap memilih bersikap netral atas konflik tersebut, sembari mengkritik sanksi-sanksi yang diberikan oleh Barat terhadap Rusia. Kunjungan pemimpin Beijing itu juga menegaskan kembali hubungan erat antara Cina dengan Moskow.

Beijing mengatakan bahwa Xi berharap dapat memberikan terobosan solusi di tengah konflik yang memanas antara Rusia dan Ukraina tersebut, di mana Xi berusaha untuk memposisikan dirinya sebagai pembawa perdamaian.

Apa lagi yang disampaikan Putin?

Presiden Rusia mengatakan bahwa kualitas hubungan antara Moskow dan Beijing "lebih tinggi daripada serikat politik dan militer era Perang Dingin."

"Kami tidak ragu bahwa [diskusi] akan memberikan dorongan baru yang kuat untuk seluruh kerja sama bilateral," tulis Putin dalam sebuah artikel untuk surat kabar di Cina.

Menanggapi peristiwa yang terjadi di Ukraina, Putin menambahkan bahwa "kami berterima kasih atas sikap seimbang dari (Cina) sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Ukraina, karena telah memahami latar belakang dan penyebab yang sebenarnya.”

"Rusia terbuka untuk penyelesaian krisis Ukraina dengan cara-cara diplomatik-politik," tulis Putin meyakinkan.

Namun, pemimpin Rusia itu bersikeras bahwa Kyiv telah mengakui "realitas geopolitik barunya", yakni aneksasi Rusia tahun lalu atas empat wilayahnya di Ukraina, serta semenanjung Krimea sejak tahun 2014 silam.

"Sayangnya, ultimatum kepada Rusia menunjukkan bahwa (penulisnya) jauh dari realitas itu dan tidak tertarik untuk mencari solusi," tambah Putin.

Tanggapan Xi di surat kabar Rusia

Presiden Cina mengatakan pada hari Senin (20/03) bahwa proposal Beijing mengenai bagaimana solusi untuk mencapai penyelesaian konflik Rusia di Ukraina itu mencerminkan pandangan global dan berfungsi untuk menetralisir konsekuensi-konsekuensi dari krisis ini. Namun, Xi mengakui bahwa solusi-solusi tersebut mungkin tidak akan mudah.

"Masalah yang kompleks tidak memiliki solusi yang sederhana," tulis Xi dalam sebuah artikel di Rossiiskaya Gazeta, sebuah harian yang diterbitkan oleh pemerintah Rusia.

Bulan lalu, Beijing juga telah menerbitkan sebuah makalah berisi 12 poin yang menyerukan dialog dan penyelesaian perang di Ukraina. Sayangnya, seruan itu tidak memiliki proposal konkrit mengenai bagaimana perang yang telah berlangsung selama setahun ini dapat diakhiri.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina Wang Wenbin mengatakan pada hari Jumat (17/03), bahwa Beijing akan "memainkan peran konstruktif dalam mendorong perundingan perdamaian itu."

Minggu lalu, Xi juga telah diangkat kembali untuk masa jabatan ketiganya atas kepemimpinannya di Cina, di mana hal itu mendorong perannya yang lebih besar bagi Beijing di panggung global. Xi juga memainkan peran penting dalam memediasi pemulihan hubungan yang mengejutkan antara rival Timur Tengah, Iran dan Arab Saudi, yang diumumkan bulan ini.

Ukraina dengan hati-hati juga menyambut baik solusi penyelesaian dari Cina, tetapi Kyiv bersikeras bahwa setiap penyelesaian akan mengharuskan Rusia untuk menarik diri dari semua wilayah yang telah dicaploknya, termasuk Krimea.

Washington meragukan rencana perdamaian

Amerika Serikat (AS), bagaimanapun, justru bereaksi dengan sangat skeptis, mengingat penolakan Cina yang tidak mengutuk invasi Rusia di Ukraina tersebut.

Washington berpendapat bahwa gencatan senjata akan dapat mengunci perolehan teritorial Rusia saat ini dan juga memberikan lebih banyak waktu bagi pasukan Putin untuk bersatu kembali.

Para pejabat AS khawatir Cina mungkin akan memberikan bantuan senjata untuk Rusia, yang hal itu telah dibantah tegas oleh Beijing.

kp/gtp (AFP, Reuters)