1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Putin Dituntut Bebaskan "Pussy Riot"

11 April 2012

Minggu, 15 April, aktivis HAM serukan aksi solidaritas bagi "Pussy Riot". Tiga aktivis perempuan dalam kelompok musik itu ditahan sejak awal Maret. Mereka terancam hukuman penjara tujuh tahun.

https://p.dw.com/p/14bVx
Aktion zur Freilassung von Pussy Riot vor der russischen Botschaft in Berlin am 28.3.12. Autor: Michael Fleischer Rechte: Für die einmalige Nutzung steht der russischen Redaktion der DW frei und kostenlos zur Verfügung Eingereicht von Oxana Evdokimova am 10.4.2012
Aksi menuntut pembebasan "Pussy Riot" di depan Kedutaan Besar Rusia di Berlin (28/03/2012)Foto: Michael Fleischer

Vladimir Putin tidak bisa dikritik di Rusia. Terutama jika aksi protes lewat seni terhadap perdana menteri, yang akan menjadi presiden berikutnya Rusia itu, diadakan di gereja ortodoks terpenting Rusia. Maria Aljochina, Nadeshda Tolokonnikova dan Jekaterina Samusevitsh harus merasakan akibat aksi protes mereka.

Sejak awal Maret tiga anggota kelompok musik punk "Pussy Riot" itu mendekam di tahanan. Kemungkinan mereka akan dijatuhi hukuman penjara tujuh tahun. Hukuman itu mengancam mereka, karena tampil dengan lagu protes mereka tanggal 21 Februari 2012 di katedral Moskow. Setelah penampilan mereka dinyatakan, mereka hendak menuding hubungan erat antara politik Rusia dengan gereja ortodoks di negara itu.

ITAR-TASS: MOSCOW, RUSSIA. FEBRUARY 21, 2012. Masked members of Pussy Riot feminist punk group perform during their 'flashmob'-style protest inside Moscow's Cathedral of Christ the Savior. The girls were marched by guards out of the cathedral. (Photo ITAR-TASS/ Mitya Aleshkovsky)
"Pussy Riot" ketika tampil di katedral MoskowFoto: picture-alliance/dpa

Kasus "Pussy Riot" kini memecah-belah masyarakat Rusia. Banyak warga Rusia yang taat beragama menganggap aksi mereka di gereja tidak pantas dan merasa terhina. Penghinaan terhadap Tuhan seperti itu tidak dapat dianggap sepele, demikian diutarakan pemimpin gereja ortodoks tertinggi, Patriark Kirill. Dalam sebuah jajak pendapat, sekitar 46% rakyat Rusia menyatakan hukuman yang mengancam ketiga penyanyi punk tersebut layak dijatuhkan.

Tetapi aktivis HAM tidak sependapat. Kepala Kelompok Helsinki di Moskow, Ludmila Alexejeva, berpendapat, kasus "Pussy Riot" berlatarbelakang politik. Organisasi HAM Amnesty International mengecam kehakiman Rusia dan menuntut pembebasan segera ketiga aktivis perempuan itu. Tuduhan mengadakan kekacauan tidak membenarkan penahanan. Itu bukan reaksi yang tepat bagi pernyataan damai tentang keyakinan politik. Demikian dinyatakan dalam pernyataan pers dari Amnesty International. Oleh sebab itu ketiga perempuan muda itu menjadi tahanan politik. Tetapi Amnesty International membenarkan, bahwa aksi seni yang ditampilkan di gereja tersebut "sama dengan penghinaan bagi banyak orang".

Members of the Russian radical feminist group Pussy Riot give an interview to the Associated Press in a break during their rehearsal in Moscow, Friday, Feb., 17, 2012. Members of the group stage performances against the policies conducted by Prime Minister Vladimir Putin. (Foto:Sergey Ponomarev/AP/dapd)
Anggota "Pussy Riot" dalam wawancara dengan wartawan AP (17/02/2012)Foto: dapd

Menentang Putin dengan Jeritan Gitar

Bagaimana tampilan "Pussy Riot" di katedral Moskow dapat dilihat sebagai video di YouTube. Dalam rekaman yang berdurasi tidak sampai dua menit dapat dilihat bagaimana mereka menari dan melompat-lompat di depan altar, dengan mengenakan topeng berwarna-warni, rok mini dan kaus kaki panjang. Rekaman penampilan mereka di katedral kemudian diseling rekaman lagu di mana mereka berseru kepada Bunda Maria untuk mengusir Putin. Video semacam itu adalah tujuan "Pussy Riot" sesungguhnya, demikian dikatakan pendiri kelompok itu dalam wawancara dengan Deutsche Welle sebelum ditangkap.

"Bagi kami video adalah yang terpenting," demikian dikatakan salah seorang dari mereka, yang namanya tidak ingin disebut. Mereka ingin agar tidak hanya orang-orang di Moskow saja yang dapat melihat produk media tersebut, melainkan juga di kota-kota lain.

Flashmob in Berlin zur Freilassung der russischen Künstlerinnen Pussy Riot Aufgenommen 9.4.12, Berlin Eingereicht von Oxana Evdokimova am 10.4.2012
Salah satu aksi bagi pembebasan "Pussy Riot" di BerlinFoto: DW/Evdokimova

Musim Semi Arab sebagai Inspirasi

Band "Pussy Riot", yang menggambarkan diri sebagai "band punk rock politis", baru terbentuk akhir tahun 2011. Kelompok itu dibentuk menjelang pemilu di Rusia. Sejak saat itu mereka berusaha menggalakkan perasaan anti Perdana Menteri Vladimir Putin dan partai yang berkuasa di Kremlin "Rusia Bersatu". Mereka mendapat inspirasi dari apa yang disebut musim semi Arab. "Udara Mesir bagus untuk paru-paru, jadikan Lapangan Merah seperti Lapangan Tahrir!" Demikian kutipan dari salah satu lagu mereka.

Sejauh ini, aktivis perempuan tersebut hanya dapat melaksanakan sedikit aksi. Misalnya di Lapangan Merah, di stasiun kereta bawah tanah Moskow atau di atap sebuah penjara. "Yang penting bagi kami adalah tampil di lokasi-lokasi terlarang," demikian dikatakan para anggota band. Aksi mereka mengingatkan pada kelompok asal Ukraina, FEMEN, yang menarik perhatian sejak beberapa tahun lalu. Tetapi berbeda dengan kelompok feminis dari Ukraina, yang berusaha menyampaikan pesan politik dengan tampil berdada telanjang, anggota "Pussy Riot" tidak pernah menanggalkan baju. Kelompok itu menyatakan tidak ingin menggunakan "ciri khas perempuan" dan lebih suka memainkan musik punk rock daripada menanggalkan rok mereka.

Minggu, 15 April 2012 Rusia merayakan Paskah. Pada hari itu, dan tanggal 21 April aktivis HAM menyerukan aksi solidaritas bagi "Pussy Riot". Mereka juga menyebarkan seruan lewat situs internet (www.freepussyriot.org). Hingga akhir April ketiga aktivis perempuan itu ditahan. Apakah setelah itu mereka dibebaskan atau divonis hukuman penjara, belum jelas.

Roman Goncharenko / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk