1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pusat Bisnis Bangkok Diawasi dengan Ketat

19 April 2010

Tentara masuk ke pusat kota di Bangkok dan siap mengamankan kawasan bisnis, jika perlu dengan senjata. Demonstran baju merah masih tunggu perkembangan.

https://p.dw.com/p/N0Jt
Seorang karryawati melewati para serdadu yang istirahat di pusat bisnis di BangkokFoto: AP

Para pegawai kantor-kantor di Bangkok yang memakai pakaian rapi, hari Senin (19/04) ini harus melewati kawat berduri dan tentara bersenjata dalam perjalanan ke kantor, seiring masuknya ribuan anggota pasukan keamanan ke jantung kota untuk menjaga pusat bisnis di jantung Bangkok.

"Orang takut akan terjadi perang", kata Chanalai Chatniramon yang berusia 26 tahun sambil memotong-motong kecil sosis di sebuah cafe di pusat bisnis Silom, dimana tentara sudah didatangkan untuk menghentikan rencana demonstrasi anti pemerintah. "Banyak orang takut dan tidak mau datang ke pusat kota," ujar Prom Lavoix, perempuan berusia 61 tahun sambil makan siang. Kebanyakan perusahaan di pusat kota tetap buka, walaupun ada pasukan militer yang tampak menakutkan.

Setelah kekecauan besar-besaran di Bangkok selama sebulan, dimana para aktivis baju merah berdemonstrasi terus-terusan, pihak lain juga mulai kesal, karena krisis sekarang juga mengganggu operasi bank-bank dan kantor pusat perusahaan. "Militer brutal sekali," keluh seorang dokter dari mobil BMW-nya ketika ia berangkat kerja ke Rumah Sakit Silom. "Kenapa para tentara ini ada di jalan? Ini merupakan pamer kekuasaan tanpa alasan. Mereka hanya melindungi aset-asetnya."

Dekat gedung-gedung tinggi perusahaan di distrik Silom, ada pusat kehidupan malam Patpong. Tetapi sekarang tempat ini sepi, yang terlihat adalah tentara dengan senjata yang datang dalam sebuah aksi pagi untuk mencegah penyebaran para demonstran di wilayah ini. Para prajurit yang terlihat waspada duduk di jalan utama yang ramai di Silom siap menopang senjata. Beberapa prajurit berlindung di tempat teduh, di pinggir jalan.

Militer sudah memperingatkan, bahwa pasukan ini membawa amunisi. Ini memperbesar ketegangan di kota. Sembilan hari lalu bentrokan antara aparat keamanan dan demonstran mengakibatkan 25 orang tewas. Ini merupakan kerusuhan sipil terburuk di Thailand dalam dua dekade terakhir. Puluhan ribu demonstran baju merah, kebanyakan datang dari wilayah utara yang miskin, menyerbu ibukota Bangkok untuk menuntut diadakannya pemilu baru, menggantikan pemerintahan yang mereka kecam sebagai tidak demokratis dan alat bagi kaum elit.

Basis demonstrasi mereka sekarang adalah wilayah perbelanjaan dan hotel , tidak jauh dari Silom, yang sudah mereka umumkan akan menjadi target selanjutnya dalam sebuah aksi yang memicu digerakannya pasukan militer. Pemimpin kelompok baju merah, Nattawut Saikuar, menuding pasukan membuat sebuah "medan tempur" di Silom dan mengatakan, bahwa kelompoknya akan membuat keputusan di menit-menit terakhir, mengenai kemana ribuan suporter ini bisa diarahkan hari Selasa (20/04).

Para demonstran tampak dapat mengendalikan tempat mereka berkemah. Ada banyak barisan panjang tenda-tenda - ini merupakan tempat tinggal mereka, tempat perawatan medis dan bantuan pakaian. Ketika tidak terlihat ada polisi, kelompok kaos merah menjalankan patroli di pos-posnya dan mengarahkan lalu lintas di sekeliling blokade yang mereka dirikan di sepanjang jalan-jalan paling ramai di Bangkok.

"Jika tentara datang ke markas kami, maka akan terjadi pertempuran," kata salah satu demonstran baju merah yang berkemah di Taman Lumpini, yang terletak diantara markas protes dan distrik Silom. Sebuah suara muncul lewat pengeras suara di taman tersebut: "Kita semua warga Thailand. Jangan gunakan senapanmu, kami ingin demokrasi!"

Anggatira Gollmer / afp, rtr
Editor: Hendra Pasuhuk