1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Douma Kembali Dihujani Serangan

7 April 2018

Serangan darat dan udara untuk ambil alih kekuasaan di kawasan terakhir yang dikuasai pemberontak di dekat Damaskus dimulai. Kini waktu makin mendesak bagi kesepakatan pengungsian warga yang masih berada di Douma.

https://p.dw.com/p/2vdpE
Syrien Assad kündigt Fortsetzung der Angriffe auf Ost-Ghuta an
Foto: picture alliance/AA/A. Sab

Sedikitnya 40 warga sipil tewas Jumat ketika serangan udara besar-besaran meluluh-lantakkan Douma, Suriah. Kawasan ini adalah daerah terakhir yang dikontrol pemberontak, di dekat ibukota Damascus.

Baca juga:

Pasukan Suriah Lanjutkan Gempuran di Ghouta TimurPBB Peringatkan, Aksi Militer Suriah di Ghouta Timur Jadi Kejahatan terhadap Kemanusiaan

Ratusan serangan udara dilancarkan di kawasan itu, demikian dilaporkan organisasi HAM, Syrian Observatory for Human Rights, yang berbasis di Inggris. Serangan udara tersebut disertai serangan darat dari barat daya dan tenggara Douma, yang dikuasai Jaysh al-Islam.

Evakuasi tertunda

Televisi negara Suriah menyatakan, pasukan elit Penjaga Republik berhasil menerobos kota, ketika evakuasi warga sipil dan pemberontak dihentikan sehari sebelumnya.

Jaysh al-Islam menyebut serangan Jumat kemarin sebagai pembantaian, setelah beberapa hari sebelumnya hanya terjadi sedikit pertempuran atau tidak ada pertempuran sama sekali.

Tenaga medis di Douma menyatakan kepada kantor berita AFP, rumah sakit lokal kewalahan, dan korban-korban yang diangkut menderita luka sangat berat sehingga "tidak dapat dikenali lagi."

Dalam beberapa pekan belakangan ini, pasukan Suriah berhasil menguasai sebagian besar kawasan Ghouta timur, dengan kombinasi antara serangan darat dan kesepakatan evakuasi yang digagal Rusia. Kawasan yang jadi markas oposisi, selama ini tidak berhasil dikuasai sepenuhnya oleh Bashar al Assad.

Sebuah kelompok pemberontak menolak pergi

Sejumlah kelompok pemberontak sudah menyetujui kesepakatan evakuasi pejuangnya, dan ratusan warga sipil dari Ghouta, ke kawasan Suriah utara yang dekat dengan perbatasan dengan Turki. Namun Jaish al-Islam menolak kesepakatan tersebut.

Jumat kemarin, sejumlah pimpinannya menyerukan diadakannya pembicaraan, untuk mencegah korban sipil berikutnya. Namun kelompok itu tetap percaya, pejuangnya dan keluarga mereka lebih selamat jika tetap berada di mana mereka sekarang, bersama puluhan ribu warga sipil lainnya.

The Observatory menyatakan, pemisahan diri Jaysh al-Islam berarti, walaupun sejumlah anggotanya ingin meninggalkan Douma, warga garis keras tetap tidak ingin meninggalkan Douma.

Abdel Rahman dari Syrian Observatory for Human Rights mengatakan, jika diskusi dengan Rusia gagal, Douma kemungkinan akan mengalami operasi militer besar-besaran.

Penguasaan kembali kawasan pemberontak dekat Damaskus akan menjadi kemenangan terbesar presiden Suriah sejak 2016.

ml/ap (AFP, AP, dpa, Reuters)