1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Proyek Pembersihan Bom Curah di Selatan Libanon Terancam

3 Desember 2008

Dua setengah tahun pasca perang Libanon, para ahli masih berkutat membersihkan sisa-sisa bom curah yang masih berceceran. Celakanya dana pembersihan sudah habis dan negara donatur tidak bersedia membiayai proyek tersebut

https://p.dw.com/p/G8fb
Seorang penjinak bom menginspeksi sisa-sisa bom curah di selatan Libanon

Sepuluh ribu bom aktif, masih tertanam di Lebanon Selatan. Bom-bom kecil yang tersebar dari unit bom curah ini, bagaikan ranjau yang mengancam kehidupan warga sipil yang berusaha hidup normal.

Dalam perang Lebanon 2006, baik Israel maupun kelompok Hisbullah menggunakan bom curah dalam pertempuran. Mereka meluncurkannya melalui meriam atau menjatuhkannya dari pesawat udara. Bom yang berbentuk rudal itu membuka di udara, untuk kemudian mencurahkan sekitar 2000 bom-bom mini pada areal yang luas.

Tertiup angin, lalu meledak

Militer Israel mengaku telah menjatuhkan total sekitar 4 juta bom mini tapi berbahaya, ke wilayah Lebanon. Meskipun sebagian besar meledak, sebagian besar masih aktif.

Bom-bom inilah yang tersembunyi menunggu mangsa, siapa saja yang tak sengaja menyentuh atau menginjaknya. Korbannya, hampir selalu warga sipil. Pasalnya dengan detonator yang lebih kecil dari cangkir kopi, bom-bom mini ini sering tidak terlihat.

"Kita bahkan tak perlu menginjak atau menyentuhnya, bom-bom ini begitu ringan, sehingga dia bisa terbang di bawa angin. Lalu bila meledak, maka si korban termutilasi atau bahkan mati”, ujar Marc Garlasco dari organisasi bantuan Human Rights Watch.

Di Israel, penggunaan bom curah di Lebanon sempat menjadi kontroversi yang medesak presiden Peres untuk mengaku salah. “Mengenai bom curah ini, saya hanya ingin menerangkan dengan jelas dan singkat. Kami telah melakukan kesalahan dan kami menyesalinya”, tandasnya.

Percikan bom curah, memang terutama menyelakai warga yang sedang mengungsi atau melarikan diri. Selain itu, warga yang usai perang pulang ke wilayah tinggalnya. Bom-bom kecil itu terdapat di mana-mana. Tertanam di kebun dan di ladang, berserakan di dalam rumah dan tersangkut di ranting-ranting pohon.

Kekurangan dana

Sejak perang berakhir, sudah sekitar 40 orang yang tewas akibatnya. Hampir 300 orang cedera akibatnya. Kebanyakan korban ini adalah anak-anak, imbuh Chris Clark dari Pusat Penjinakan Ranjau PBB.

„Bom-bom ini tidak tampak berbahaya. Anak-anak, biasanya penuh rasa ingin tahu dan tak punya pengalaman. Mereka melihat benda-benda kecil yang berserakan tanpa tuan ini dan tertarik ingin melihatnya. Tanpa menyadari bahaya, merekapun kemudian mengangkat bom mini itu dan naas“, katanya.

Sebuah perusahaan khusus yang bekerjasama dengan organisasi bantuan telah ditugaskan oleh PBB untuk membersihkan kawasan itu. Namun baru 40% dari wilayah itu yang bebas ranjau dan kini 11 dari 44 tim penjinak rantau itu harus berhenti bekerja.

Alasannya: banyak negara donatur yang sudah tak siap membiayai pembersihan itu. Dananya habis. Masalah ini merupakan salah satu hal yang dibahas dalam konferensi anti bom curah di Oslo. Sebuah tema yang penting karena semakin lama bom mini itu tergerai, semakin sulit pula menemukan dan membersihkannya dari lahan itu.(ek)