1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Yudhoyono Mengaku Puas

26 Agustus 2014

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan segera meninggalkan jabatannya, mengatakan dirinya meninggalkan kursi kepresidenan dengan perasaan puas setelah memperkuat demokrasi dan ekonomi selama kekuasaannya.

https://p.dw.com/p/1D173
Foto: picture-alliance/dpa

Bekas jenderal itu akan turun pada Oktober mendatang ketika Joko Widodo, gubernur Jakarta berhaluan reformis yang memenangkan pemilihan presiden Juli lalu, mengambil kendali atas negara kekuatan terbesar Asia Tenggara.

Dalam wawancara dengan harian The Australian, Yudhoyono mengakui masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, namun ia mengatakan telah mencapai banyak hal.

”Saya meninggalkan jabatan dengan sebuah perasaan puas bahwa saya telah mencoba melakukan yang terbaik untuk melayani bangsa ini, dan bahwa di akhir 10 tahun kekuasaan saya, Indonesia menjadi bangsa yang lebih kuat, demokrasi lebih kuat dan ekonomi lebih kuat,“ kata dia.

Yudhoyono memulai jabatannya ketika bangsa ini sedang menderita akibat meluasnya korupsi, pemberontakan di Aceh dan berbagai aksi pemboman yang dilakukan jaringan Jamaah Islamiyah, ketika ia terpilih sebagai presiden pertama yang dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilu 2014.

“Kami memiliki banyak tantangan tapi, satu per satu, kami membenahi masalah kami,” kata dia.

”Kami menyelesaikan konflik separatis yang telah berlangsung lama di Aceh. Kami menstabilkan situasi di Papua. Kami berhasil mengatasi krisis tsunami (tahun 2004) dan banyak bencana alam lainnya.

“Kami memerangi korupsi dengan keras, tidak selamanya berhasil. Kami menetralisir dan menghancurkan kelompok-kelompok teroris. Kami mencari kerjasama internasional yang lebih aktif di dunia yang bergolak,“ tambah dia.

Yudhoyono mengatakan Indonesia, di mana setengah dari populasi Muslim hidup dalam kemiskinan, juga melewati krisis keuangan global dan menuntaskan pemilihan umum langsung untuk memilih kepala daerah.

Pertumbuhan ekonomi sehat, dengan rata-rata pertumbuhan 5,9 persen selama periode 2009 hingga 2013, kata dia.

Dan meskipun itu turun menjadi 5,2 persen pada paruh pertama 2014, Indonesia masih mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding banyak negara-negara lain.

“Faktanya, di G20, Indonesia masih merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi nomor dua tertinggi setelah Cina,“ kata dia, menambahkan bahwa dirinya mengharapkan pertumbuhan mencapai 6 persen atau lebih dalam dua tahun.

Presiden mengatakan bahwa meski ia telah mengambil keputusan tidak populer untuk menaikkan harga BBM tahun lalu, dan tahun ini menaikkan tarif listrik dan gas, namun biaya subsidi harus kembali disesuaikan.

“Harapan saya adalah bahwa pemerintahan batu akan memberikan subsidi kepada orang miskin. Kita seharusnya tidak mensubsidi komoditas tapi rakyat yang membutuhkannya: orang miskin,” kata dia.

ab/hp (afp,ap,rtr)