1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Yaman Tolak tandatangani Kesepakatan Dengan Oposisi

1 Mei 2011

Kesepakatan rumusan Dewan Kerja Sama Negara Teluk (GCC)untuk akhiri krisis politik di Yaman gagal karena Presiden Saleh menolak manandatanganinya. Belum jelas apakah penantanganan akan dijadwal kembali.

https://p.dw.com/p/RLLY
Yemeni President Ali Abdullah Saleh reacts during a rally supporting him, in Sanaa,Yemen, Friday, April 22, 2011. Opponents and supporters of Yemen's embattled president are marching in cities and towns across the nation for rival rallies after Friday prayers. (Foto:Muhammed Muheisen/AP/dapd)
Presiden Yaman Ali Abdullah SalehFoto: AP

Upaya mediasi Dewan Kerja Sama Negara Teluk (GCC) untuk peralihan kekuasaan secara damai di Yaman, gagal. Presiden Yaman, Ali Abdallah Saleh yang berkuasa di negeri itu sejak 32 tahun terakhir, menolak menandatangani kesepakatan yang dirumuskan GCC, ujar jurubicara pihak oposisi, Mohamed Kahtani.

Presiden Saleh menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal GCC Abdul Latif al Sajjani Sabtu malam (30/4) di ibukota Yaman, Sanaa bahwa seorang penasehat senior akan mewakilinya menghadiri acara terkait yang dijadwalkan untuk dilaksanakan di Riyadh, Arab Saudi hari Senin ini (2/5). Demikian diumumkan partai yang dipimpin Presiden Saleh.

Kubu oposisi menerangkan tidak akan menandatangani kesepakatan bila Presiden Saleh juga tidak menandatanganinya. Jurubicara oposisi Mohamed Kahtani mengatakan, penandatanganan kesepakatan oleh Saleh dalam kapasitasnya sebagai presiden merupakan bagian dari rencana yang harus dilaksanakan, dan oposisi tidak bisa membatalkannya. Sekretaris Jenderal GCC, Abdul Latif al Sajjani akhirnya meninggalkan Sanaa tanpa mencapai hasil positif.

Kehilangan Kredibilitas

Rencana yang diajukan GCC mencakup pembentukan pemerintah kesatuan nasional di bawah pimpinan oposisi, pengunduran diri Saleh dalam kurun waktu 30 hari dan penyerahan kekuasaan kepada wakil presiden serta mengakhiri demonstrasi yang berlangsung sejak Januari. Dan sebagai imbalannya, Saleh dan keluarganya akan mendapat imunitas.

Mohamed Qubaty, bekas penasehat perdana menteri Yaman mengatakan hari Minggu (1/5) kepada program bahasa Inggris pemancar televisi Al Jaziraa bahwa Presiden Saleh kini kehilangan kredibilitas, dan mempertaruhkan kepercayaan dunia barat kepadanya: "Kredibilitas pria ini lenyap secara keseluruhan. Sekarang giliran dunia barat untuk menunjukkan kredibilitasnya. Sebenarnya kini giliran teman-teman di barat untuk menggunakan pengaruhnya terhadap pria itu (Saleh)."

Selanjutnya Mohamed Qubaty mendesak negara-negara barat untuk membekukan aset milik Presiden Saleh: "Hingga sekarang kami belum pernah mendengar sesuatu dari barat. Selama tiga pekan terakhir kami mencoba menanyakannya kepada mereka. Mereka harus mulai membekukan aset Saleh. Mereka harus mulai menunjukkan kepadanya bahwa ia tidak dapat memeras dunia."

Militer Tembaki Demonstran

Sementara itu, saat anggota partai dan kabinet Yaman melakukan perundingan dengan Sekjen GCC di Sanaa, angkatan bersenjata menembaki penentang Presiden Saleh dengan peluru tajam di kota pelabuhan Aden. Menurut seorang aktivis, empat demonstran tertembak mati dan sejumlah menderita luka tembakan.

Saksi mata melaporkan, pasukan pemerintah membubarkan demonstran yang melakukan aksi duduk dengan menggunakan kekerasan. Militer Yaman mengggunakan senjata berat dan panser untuk membubarkan demonstran yang sejak dua bulan tidak beranjak dari lokasi tersebut.

Presiden Saleh sebelumnya menyatakan akan menandatangani kesepakatan kompromi usulan GCC. Setelah penolakan Saleh, oposisi Yaman mengumumkan akan meningkatkan aksi protesnya untuk menekan Saleh untuk mundur. Seorang pemimpin oposisi mengatakan kepada kantor berita Reuters, mereka saat ini mengkaji kemungkinan peningkatan tekanan sambil menunggu sikap Amerika Serikat dan Eropa mengenai penolakan Saleh.

Christa Saloh/dap/afpe/rtre
Editor: Renata Permadi