1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Piringan Hitam Masih Diminati

Godehard Weyerer4 Juni 2015

Ternyata masih digunakan. Banyak orang beranggapan, piringan hitam sedang alami kebangkitan. Piringan sendiri sekarang hanya diproduksi di beberapa tempat. Misalnya di perusahaan Pallas, di Diepholz.

https://p.dw.com/p/18dWL
Foto: Fotolia/marsaxlokk

Di depan gedung pabrik bertingkat dua, berdiri tempat penampungan setinggi delapan meter. Isinya bahan mentah untuk membuat piringan hitam. Demikian kata pemimpin pabrik, Holger Neumann. Ia menjelaskan, setiap empat minggu, tempat penampungan itu diisi. Bahan itu kemudian dibawa ke tempat pengolahan selanjutnya, dan dipres menjadi piringan hitam. Pembuatan itu sudah dilakukan sejak 1960. Kakek Holger Neumann mendirikan pabrik itu tahun 1949. Ketika itu yang dibuat baru piringan hitam tipe kuno.

Sebuah Musium Teknik

Holger Heumann melangkah ke dunia galvanisasi. Mesin-mesin yang digunakan masih berasal dari tahun 1970-an. Teknik tua, bukan elektronik, dan dioperasikan secara manual. Kakek Holger Heumann menamakan perusahaannya Pallas. Untuk logo perusahaan digunakan gambar dewi Pallas Athena.

Pertengahan tahun 19080-an, ketika CD menggeser piringan hitam dari bisnis musik dan studio, perusahaan Diepholz juga menambah jenis produknya dengan CD dan DVD, tetapi juga tetap memproduksi Vinyl. Begitu sebutan singkat piringan hitam, berdasarkan bahan yang digunakan: polivinil klorida. Dari 140 pekerja Pallas, 60 bekerja di bidang vinyl. Holger Neumann bercerita, permintaan pertama datang dari Love Parade yang pertama di Berlin, untuk scratching yang dilakukan para DJ. Karena pabrik-pabrik lain tidak memproduksi piringan hitam lagi, pesanan terus meningkat.

20.000 Piringan Setiap Hari

Musik yang diberikan kepada mereka oleh studio atau pelanggan tertentu, awalnya ditempatkan pada lembaran stensil, kemudian diolah lewat proses galvanisasi. Holger Neumann, yang berusia 52 tahun mengenal mesin pres untuk membuat piringan sejak ia kecil. Jika piringan yang masih kosong sudah diukur tepat, bagian tengahnya dilubangi, dan pinggirannya dipotong hingga ukurannya seragam. Bagian belakangnya kemudian diamplas. Terakhir, stensil dan piringan kembali ditempatkan pada mesin pres.

Di pabrik itu, mesin berfungsi sejak jam enam pagi hingga jam sebelas malam. Untuk itu jam kerja pegawai dibagi dua. Setiap harinya dihasilkan 20.000 piringan. Neumann menyebut tempat pres sebagai jantung perusahaan. Ia menjelaskan, jika pelanggan menginginkan warna merah, mereka akan membuat piringan berwarna merah.

Piringan Terus Berputar

Setiap piringan harga rata-ratanya dua Euro, tergantung ukuran, warna dan ketebalan. Di ruang sebelah warna dicampur. Di sebuah tong terdapat material butiran berwarna kuning dan hitam. Di tong kedua terdapat campuran merah dan putih. Semuanya dibuat manual, dan setiap campuran warna punya ciri tersendiri yang tidak dapat diduplikasi.

"Berapa lama permintaan masih sebanyak ini, tidak ada yang bisa memperkirakan. Tetapi selama diperlukan, hanya lima pabrik di Eropa, dan sembilan di seluruh dunia, yang mempu membuatnya," papar Holger Neumann. Jadi ia yakin, bisnis masih akan berjalan untuk beberapa waktu. 40% keuntungan perusahaan yang berjumlah delapan angka, berasal dari piringan vinyl yang diduga sudah ketinggalan jaman. Bertahun-tahun lalu, Holger Neumann, sudah merasa sedih, karena terpaksa menghentikan produksi kaset audio. Tetapi piringan hitam tetap berputar.