1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTimor Leste

Timor Leste Gelar Putaran Kedua Pemilu Kepresidenan

19 April 2022

Permusuhan CNRT dan Fretilin mengerucut pada pencalonan Jose Ramos-Horta dan Fransisco Guterres. Pada saat pilpres, kedua bekas pejuang kemerdekaan itu berjanji keluarkan Timor Leste dari kebuntuan politik antarpartai.

https://p.dw.com/p/4A5nU
Antrian di TPS di DIli,Timor Leste, Selasa (19/4).
Warga Timor Leste mengantri untuk mencoblos di DIli, Selasa (19/4).Foto: Lirio da Fonseca/REUTERS

Pada Selasa (19/04), sebanyak 860.000 dari 1,3 juta penduduk Timor Leste kembali menyambangi tempat pemungutan suara di seantero negeri untuk memilih presiden baru. Pilihan dalam pemilu penentuan putaran kedua ini antara dua kadidat peraih suara terbanyak pada pemilihan putaran pertama. Yakni pemenang Nobel Perdamaian, Jose Ramos-Horta dan presiden petahana, Fransisco "Lu Olo” Guterres.

Pilpres Timor Leste tidak mengenal penghitungan cepat. Hasil pencoblosan, baru akan diumumkan secara resmi dalam beberapa hari ke depan. Selama itu pula kebuntuan politik antara kedua parpol  masih akan bertahan.

Kandidat Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste (CNRT) yang diunggulkan, Ramos-Horta, berjanji akan mengakhiri krisis politik yang mendekap Timor Leste sejak 2018. 

"Jika saya menang, saya akan berdialog dengan semua partai politik, termasuk Fretilin, agar mereka bisa bekerjasama merawat stabilitas dan perdamaian di Timor Leste,” kata Ramos-Horta setelah mencoblos.

Jose Ramos-Horta setelah mencoblos di Dili, Selasa (19/4).
Jose Ramos-Horta setelah mencoblos di Dili, Selasa (19/04)Foto: Lorenio Do Rosario Pereira/AP

Niat serupa diungkapkan pesaingnya, Guterres, yang menjanjikan "stabilitas nasional dan ketaatan penuh pada misi kepresidenan, yang tidak terpisahkan dari konstitusi,” tuturnya.

Para kandidat juga berkomitmen menghormati rekapitulasi suara terlepas dari siapa yang jadi pemenang pemilu presiden. Terakhir, kedua tokoh politik itu bersaing dalam Pilpres 2007, yang dimenangkan Ramos-Horta dengan 69 persen suara.

Perpecahan politik di Timor Leste perparah resesi

Kandidat CNRT, Ramos-Horta, memenangkan putaran pertama Pilpres 2022 pada 19 Maret lalu dengan 46 persen suara. Adapun Guterres hanya mendapat 22 persen. Kegagalan CNRT mengumpulkan mayoritas mutlak itu, memicu digelarnya pemilihan susulan antara kedua kandidat terkuat.

Pemenang pemilu akan dilantik pada 20 Mei mendatang, untuk masa jabatan selama lima tahun. Tanggal itu dipilih bertepatan dengan 20 tahun kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia. Presiden yang baru, dipastikan bakal berhadapan dengan pertikaian politik yang kian sengit di Dili.

Presiden Petahana, Fransisco "Lu Olo" Guterres (Ki.) bersama Ibu Negara, Cidalia Lopes Guterres, di DIli, Selasa (19/04).
Presiden Petahana, Fransisco "Lu Olo" Guterres (Ki.) bersama Ibu Negara, Cidalia Lopes Guterres, setelah mencoblos di DIli, Selasa (19/04)Foto: Valentino Dariel/Sousa/AFP

Karena itulah, Pilpres kali ini diharapkan bisa mengakhiri kebuntuan politik antara CNRT dan Front Revolusioner untuk Kemerdekaan Timor Leste alias Fretilin.

Pencalonan Ramos-Horta dan Guterres

Guterres (67) memenangi pilpres pada 2017 silam berkat dukungan bekas pejuang kemerdekaan lain, Xanana Gusmao, presiden pertama Timor Leste dan ketua umum CNRT. Keduanya kemudian bersitegang, setelah Guterres menolak nominasi kader CNRT untuk mengisi jabatan di kabinet pemerintahan pada 2018 silam.

Ramos-Horta sendiri mengindikasikan akan mengupayakan pembubaran parlemen demi melerai kebuntuan.

Tokoh politik kawakan berusia 72 tahun itu, selamat dari percobaan pembunuhan saat menjabat perdana menteri pada 2008 silam. Tahun lalu, dia memutuskan menyudahi masa pensiunnya dan mencalonkan diri lagi dalam pilpres 2022, setelah menuduh Guterres melanggar konstitusi.

Krisis politik di Timor Leste dipandang eksistensial, karena diperburuk dampak pandemi Covid-19 sudah melumpuhkan perekonomiannya. Menurut Bank Dunia, sebanyak 42 persen penduduk Timor Leste kini hidup di bawah garis kemiskinan.

Ramos-Horta menjanjikan reformasi sosial untuk mengurangi angka kemiskinan, menyediakan jaminan kesehatan bagi ibu dan anak, serta membangun rantai komunikasi antara partai politik untuk menjamin stabilitas politik.

"Rakyat Timor Leste membutuhkan pemimpin baru untuk mengentaskan masalah perekonomian di negeri ini,” kata dia.

rzn/as (ap,afp)