1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pilih Minuman dan Makanan Apa Bila Naik Pesawat?

29 Desember 2010

Mengapa banyak orang yang memesan jus tomat ketika berada dalam pesawat terbang? Ini merupakan salah satu pertanyaan para peneliti di Institut Fraunhofer jurusan Ilmu Fisika Bangunan di Holzkirchen, dekat München, Jerman

https://p.dw.com/p/zrDC
Penganan dan minuman apa yang cocok di pesawat?Foto: dapd

Bagaimana persepsi indera pengecap berubah dalam penerbangan? Sejak awal tahun ini, fasilitas penelitian itu melakukan berbagai ujicoba untuk mengetahui bagaimana kondisi penerbangan mengubah rasa makanan dan minuman. Ujicoba ini dilakukan atas permintaan maskapai penerbangan Lufthansa. Namun sebelumnya para ilmuwan di Institut Fraunhofer menyelidiki apa yang terjadi pada indera pengecap selama penerbangan.

Semua yang pernah berada dalam pesawat terbang sudah mengetahui bagaimana ketika tingkat kelembaban udara hanya 15 persen, suara pesawat yang menyelimuti seluruh indera pendengaran dan tekanan udara yang tiba-tiba turun, sehingga menaikkan paksa tingkat cairan tubuh. Ketika tingkat kelembaban udara menurun, rasa haus meningkat. Atau, ketika udara yang mengalir ke dalam saluran pernapasan berkurang, tingkat kepekaan indera penciuman pun berkurang.

Dr. Florian Mayer adalah kepala departemen Kimia, Biologi dan Kesehatan Bangunan di Holzkirchen, Jerman. Saat ini Dr. Mayer sedang melakukan percobaan bagaimana kondisi penerbangan mengubah persepsi indera penciuman dan pengecap: “Seperti halnya kena pilek, karena jika sedang pilek, selaput lendir hidung akan bengkak, dan persepsi terhadap bau dan rasa pun berkurang, dan kondisi tersebut juga mempengaruhi pada penerimaan kedua indera ini.”

Karena itulah maskapai penerbangan Lufthansa dan perusahaan kateringnya LSG meminta Institut Fraunhofer untuk menemukan apa yang enak dan tidak enak ketika mengudara di ketinggian 10 ribu meter di atas permukaan laut.

Untuk mewujudkan ujicoba tersebut, Institut Fraunhofer membangun ruangan bertekanan udara rendah berbentuk tabung sepanjang 30 meter. Menyerupai bentuk bagian depan sebuah pesawat Airbus jenis A310: “Kita memiliki ruangan dengan tingkat kelembaban 10 hingga 15 persen dan juga punya ruangan dengan tekanan udara tinggi – semua ini dikondisikan sesuai dengan lingkungan dalam ruangan pesawat terbang yang sedang mengudara. Dan yang penting, kami mengurangi tekanan udaranya. Misalnya di darat, tekanan udaranya sekitar 950 hecto pascal. Tapi ketika penerbangan, tekanan udaranya adalah sekitar 750 hingga 800 hecto pascal.”

Di dalam ruangan itu, semuanya dibuat menyerupai kondisi dalam pesawat terbang yang mengudara. Kursinya bergetar, suara mesin yang menderu-deru dan orang-orang yang membaui, mengecap, dan merasakan sajian makanan di pesawat. Sebagian peserta mencoba makanan yang disiapkan seperti di darat dan sebagian lainnya mencoba makanan yang serupa dengan yang disajikan saat penerbangan. Sejauh ini, para peneliti sudah menemukan bahwa sajian dalam penerbangan harus diberi lebih banyak bumbu dari yang disajikan di darat: “Masakan pedas seperti masakan Thailand dan India sangat sesuai, karena pedasnya tidak berubah dan sangat stabil, jika masakan ikan dengan saus putih, bumbunya harus ditambah untuk menambah rasanya.”

Tapi itu bukan berarti menu makanan Lufthansa hanya menyajikan kari. Perusahaan katering Lufthansa saat ini sudah membubuhi lebih banyak garam dalam roti yang mereka produksi.

Pertanyaan lainnya para peneliti adalah mengapa begitu banyak penumpang yang memesan jus tomat ketika dalam pesawat terbang. Selama ini, Lufthansa menyajikan 1,7 juta liter jus tomat per tahunnya.

Satu alasannya, mungkin rasa jus tomat menjadi bumbu penambah rasa seperti garam dan merica. Tapi Mayer mengungkapkan alasan lain: “Profil rasa jus tomat akan berubah jika tekanan udara berubah. Jadi ketika orang mengecap rasa tomat di darat, pasti tidak akan suka. Tapi jika mereka mengecapnya ketika kondisi tekanan udaranya berubah, maka rasa jus tomat akan lebih enak, karena rasanya lebih baik dalam kondisi tekanan rendah."

Banyak maskapai penerbangan telah menghentikan layanan makanan sama sekali dan menjual hanya roti isi daging atau sayuran yang biasa-biasa saja serta menawarkan minuman dengan pilihan terbatas.

Dr. Mayer mengatakan, kopi seringkali terasa lebih pahit dan penganan penutup perlu lebih banyak gula dalam keadaan tekanan udara yang rendah di kabin pesawat.

Jus tomat akan tetap populer dalam penerbangan, kecuali jika para ilmuwan dapat menemukan pilihan lain yang rasanya lebih enak. Rangkaian percobaan mengenai rasa makanan dalam penerbangan akan dirampungkan akhir tahun ini.

Mariana Schroeder / Luky Setyarini

Editor :Agus Setiawan