1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pidato Kenegaraan Obama tentang Perkembangan di Arab

20 Mei 2011

Presiden AS, Barack Obama sampaikan pidato kenegaraan di Washington. Warga Arab menuntut agar Obama tidak hanya memberikan janji kosong.

https://p.dw.com/p/11K1f
President Barack Obama delivers a policy address on events in the Middle East at the State Department in Washington, Thursday, May 19, 2011. (AP Photo/Pablo Martinez Monsivais)
Barack Obama Rede Grundsatzrede Mittlerer Osten NordafrikaFoto: AP

Presiden AS, Barack Obama menyatakan dalam pidato kenegaraannya, bahwa AS dan Afrika Utara serta Timur Tengah memiliki nasib yang hampir sama. AS dan kedua kawasan itu terkait satu sama lain melalui kepentingan ekonomi dan keamanan. Juga lewat sejarah dan nasib. Demikian dikatakan Obama Kamis (19/05) di Departemen Luar Negeri, di Washington.

Obama menyatakan besarnya kepentingan AS secara politis, untuk mendukung perubahan demokratis di seluruh kawasan itu. Dukungan bagi pembelaan hak asasi manusia yang universal di negara-negara tersebut bukan urusan sampingan bagi AS, melainkan prioritas utama.

Perubahan Besar

President Barack Obama delivers a policy address on events in the Middle East at the State Department in Washington, Thursday, May 19, 2011. (AP Photo/Charles Dharapak)
Barack Obama ketika menyampaikan pidatonya (Kamis, 19/05)Foto: AP

Obama mengatakan, "Dalam enam bulan terakhir kita telah menyaksikan sebuah perubahan besar yang berlangsung di Timur Tengah dan Afrika Utara. Dari setiap lapangan, dari satu kota ke kota berikutnya, dari satu negara ke negara selanjutnya, orang sudah mengangkat suara dan menuntut hak-hak asasi dasarnya.

Obama menambahkan, "Dua pemimpin telah jatuh, mungkin lebih banyak lagi yang akan menyusul. Dan walaupun negara-negara ini jauh dari batas negara kita, kita menyadari bahwa masa depan kita terikat pada daerah-daerah ini akibat masalah ekonomi dan keamanan, karena alasan sejarah dan kepercayaan."

Perdamaian Timur Tengah

Berkaitan dengan perkembangan terakhir di negara-negara Arab, Obama menuntut Presiden Suriah, Bashar al Assad secara eksplisit untuk memulai masa peralihan menuju demokrasi atau menyerahkan kekuasaan. Dalam konflik antara Israel dan Palestina, ia mendukung tuntutan rakyat Palestina untuk dapat mendirikan negara berdaulat, berdasarkan perbatasan yang ditetapkan sebelum Perang Enam Hari yang berlangsung tahun 1967.

Eigentümer der zerstörten Häuser im israelischen Krieg in Gaza schöpfen Hoffnung, dass ihre Häuser wieder gebaut werden nach der Einigung zwischen Fatah und Hamas. (Datum 21-8-2010). Fotografer ist Shawki Al-Farra, DW-Arabisch Korr. in Gaza. hier ist sein Erlaubnis: "Shawki Al-Farra - Gaza - allows for Deutsche Welle publishing".
Pemilik bangunan di Jalur Gaza berharap rumahnya dapat dibangun kembali jika Palestina bersatu.Foto: DW/Al-Farra

Obama juga mengatakan, keikutsertaan gerakan radikal Hamas dalam pemerintahan Palestina kemungkinan akan mempersulit perundingan perdamaian. Kepada Israel ia menyatakan, situasi seperti sekarang tidak dapat dipertahankan, dan pemerintah Israel harus mengambil langkah berani menuju perdamaian.

AS Dukung HAM

Obama mengatakan lebih jauh, "AS mendukung sejumlah hak asasi manusia, termasuk di dalamnya kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan untuk berkumpul dengan damai, kebebasan beragama, persamaan antara pria dan wanita di bawah kuasa hukum, dan kebebasan untuk memilih pemimpin, apakah orang tinggal di Bagdad, Damaskus, Sanaa atau Teheran."

Ia menekankan, "Kita juga mendukung reformsi politik dan ekonomi di Timur Tengah dan Afrika Utara yang sesuai dengan aspirasi legitim rakyat biasa di seluruh kawasan itu. Dukungan kami untuk prinsip-prinsip ini bukan masalah sampingan. Sekarang, saya ingin menyatakan dengan jelas, bahwa ini sudah menjadi prioritas utama yang harus dilaksanakan menjadi aksi kongkrit."

Pidato tersebut adalah pidato pertama Obama yang menyeluruh, tentang perubahan dan pergolakan di negara-negara Arab. Ia menyatakan, negaranya menyambut baik semua perubahan di Timur Tengah, yang mendorong kebebasan untuk menentukan diri sendiri dan kesempatan di masa depan.

President Barack Obama delivers a policy address on events in the Middle East at the State Department in Washington, Thursday, May 19, 2011. (Foto:Charles Dharapak/AP/dapd)
Foto: AP

Di samping itu, Obama juga menyambut baik serangan terhadap pemimpin organisasi teror Al Qaida, Osama bin Laden, yang menyebabkan kematiannya. Obama menekankan, visi pembinasaan yang dimiliki bin Laden sudah pudar, bahkan sebelum pasukan khusus AS menembak mati pemimpin teroris itu.

Reaksi Warga Arab

Ketika Obama menyampaikan pidatonya berkaitan dengan situasi di Timur Tengah dan Afrika Utara, sejumlah warga Arab mengatakan, Obama memberikan reaksi terlalu lambat bagi perubahan. Sebagian lainnya menyambut baik kata-kata Obama yang dianggap indah, tetapi mereka tetap menginginkan lebih banyak tindakan. Sebagian lagi terlalu sibuk dengan situasi di wilayah itu untuk mendengarkan pidato Obama.

Mohsen Sehrawy, konsultan pemasaran di Mesir yang berusia 36 tahun mengatakan, Obama berusaha memperbaiki citranya yang mulai pudar di mata rakyat Arab dengan menyampaikan kata-kata kosong, yang dampaknya tidak terlalu banyak. Menurutnya, Obama harus melakukan lebih banyak lagi, jika benar-benar mendukung hak asasi di kawasan itu dan masa transisi menuju demokrasi.

cnn/afp/rtr/Marjory Linardy

Editor: Edith Koesoemawiria