1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pidato Gaddafi Mengerikan

23 Februari 2011

Dalam pidatonya yang ditayangkan di televisi Selasa (22/2), Muammar Gaddafi mengatakan para penentangnya layak mati.

https://p.dw.com/p/10NLd
Muammar Gaddafi bersama PM Silvio Berlusconi ketika mengunjungi Italia Agustus 2010Foto: AP

Akhir tahun 90an pemerintah Libya menyatakan bertanggung jawab atas tragedi pesawat Lockerbie dan meyerahkan dua terdakwa peledakan pesawat serta membayar ganti rugi pada tahun 2003. Atas langkah ini Dewan Kemanan Persikatan Bangsa-Bangsa mencabut sanksinya terhadap pemerintah itu dan didukung oleh Amerika Serikat. Sejak itu, hubungan AS-Libya dan Eropa membaik. Pemerintah Perancis misalnya memasok Libya dengan pesawat tempurdan senjata. Atau Jerman membantu Libya membangun industri Kimia. Dalam pidatonya yang ditayangkan di televisi Selasa (22/2), Muammar Gaddafi mengatakan para penentangnya layak mati. Sejumlah media masih menyoroti situasi di Libya dan pidato Gaddafi.

Harian liberal kiri Italia La Republica yang terbit di Roma menulis: pidato itu membuktikan bahwa Muammar Gaddafi semakin kehilangan kekuasaan. Isi pidatonya tidak bermartabat. Teman dan penganggumnya sudah tidak ada dan tidak akan ada lagi. Apapun yang terjadi di Libya saat ini, ada satu hal yang pasti akan terjadi. Tidak akan ada pihak yang mau berhubungan lagi dengan Gaddafi. Dan ini akan berlaku bagi setiap pemerintah dan pemimpin yang berwibawa.

Sementara harian Spanyol El Ps yang juga berhaluan kiri menulis di dalam tajuknya: terkait kekejaman yang dilakukan oleh diktator Libya, Eropa juga melakukan kesalahan yang tidak dapat dimaafkan. Hal utama yang saat ini diupayakan oleh Uni Eropa adalah mengusahakan agar warga Libya tidak melintasi perbatasan negaranya. Padahal seharusnya kekuatiran mereka, bagaimana mengakhiri kejahatan rezim Libya dan menyelamatkan nyawa manusia. Eropa tidak boleh melanggar prinsipnya sendiri yang merupakan landasan UE. Warga yang berani mengangkat suara menentang diktatornya harus mendapat pesan dari UE bahwa tuntutan mereka legitim.

Kemudian harian Perancis Le Journal de la Haute Marne juga menyoroti krisis Libya. Komentarnya terfokus pada kerja-sama Eropa-Libya. Harian itu menulis: guyonan dan pelecahan berdarah yang dilakukan pemimpin Libya itu membayangi simpati Eropa pada Gaddafi. Setiap orang yang bukan ahli kejiwaaan bisa melihat bahwa Gaddafi mengalami gangguan jiwa. Dulu, duta besar Perancis di Tunisia pernah melontarkan pernyataan yang sangat mendukung Gaddafi. Kini katanya, sikapnya sudah berubah. Dan dampak dari perubahan itu nampak jelas. Gerakan revolusi yang terjadi di berbagai negara Arab menunjukkan, bila melakukan perjanjian dengan setan, akan membuahkan hasil yang tidak baik maupun tidak efisien.“

Terakhir, komentar yang ditulis oleh harian Perancis lainnya Libération. Harian itu menulis: kini Gaddafi bahkan tidak dapat mempercayai militernya sendiri. Dulu, prajurit menjaga keamanan di istananya. Kini menindas gerakan revolusi dengan melancarkan aksi kekerasan yang sangat brutal. Di masa lalu Presiden Perancis Nicolas Sarkozy serta mitra barat lainnya menyambut Gaddafi dengan penghormatan besar dan memasok negara itu dengan senjata atau menjual pembangkit listrik tenaga atom. Mantan perdana menteri Inggris Tony Blair dan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi harus mengakui kesalahan mereka dan menuntut kemunduran diktator itu, yang bersedia membunuh seluruh rakyat Libya demi kekuasaannya. Di sebuah negara dimana tidak ada masyarakat sipil dan partai politik, berakhirnya era Gaddafi menyimpan risiko dan ancaman besar. Di luar itu, tidak ada yang dapat membenarkan kekuasannya tetap dipertahankan.“

AN/HP/dpa/afpd