1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Piala Dunia Bawa Sejuta Harapan bagi Afrika

15 Mei 2010

Daya pikat Piala Dunia tidak hanya terasa di Afrika Selatan. Negara-negara jiran juga bersiap menghadapi perhelatan akbar tersebut dengan memoles diri dan membangun infrastruktur untuk menjaring wisatawan.

https://p.dw.com/p/NP0U
Windhoek, ibukota NamibiaFoto: RIA Novosti

Di sebuah gedung pekantoran Soccer House di Katutura, pemukiman terbesar di Namibia, Barry Rukoro duduk di ruangannya. Lemari yang berjejer dipenuhi piala-piala, gambar kesebelasan nasional menghiasi dinding ruangan. Sekretaris Jendral Federasi Sepakbola Namibia itu sendirinya gemar bermain bola dan ikut terjangkit demam Piala Dunia meskipun timnas Namibia tidak lolos kualifikasi.

Meski begitu Rukoro dapat merasakan gegap gempita Piala Dunia di negaranya. Ia misalnya berharap timnas Jerman akan pindah dari negeri Jiran dan memilih bermarkas di Namibia. Lagipula menurutnya hubungan antara Jerman dengan bekas negara jajahannya itu masih erat. "Tapi tentu Jerman memiliki pandangan berbeda," ujarnya.

Namibia ingin menjaring wisatawan Piala Dunia

Kementrian Pariwisata Namibia berharap mendapat percikan euforia Piala Dunia dalam bentuk serbuaan pelancong asing ke negaranya. Untuk itu Namibian Toursim Board menyebar brosur wisata di stadion-stadion selama jalannya pertandingan. Dengan moto Explore Namibia 2010. kementrian pariwisata berupaya memperkenalkan wajah negaranya yang ramah, santai dan tujuan wisata yang memesona.

"Kami cuma berjarak dua jam setengah dari Afrika Selatan. Iklimnya sama dan para turis dapat menggunakan mata uang Rand. Kami juga memiliki semua yang ditawarkan oleh Afrika Selatan", ujar Whitney Greyton, utusan khusus Piala Dunia.

Situasi serupa juga dapat dirasakan di Botswana. Jacob Raleru, Direktur perusahaan ennergi Botswana Power, ikut dijangkiti demam sepakbola menjelang perhelatan akbar sepakbola sejagad di negeri jiran. "Sangat menggembirakan bahwa Piala Dunia hadir di Afrika Selatan," ujarnya. Selain itu Piala Dunia juga memaksakan perbaikan infrastruktur, seperti pembangunan jalan empat jalur di pintu perbatas Tlokweng menuju Afrika Selatan.

Perhelatan besar padamkan listrik kota

Tapi saat yang bersamaan Piala Dunia dapat pula menimbulkan masalah lain. Pasalnya Botswana dengan jumlah penduduknya yang mencapai 1,8 juta orang sangat bergantung pada Afrika Selatan. Sektor pertanian yang babak belur memaksa negara yang dihimpit Afsel dan Namibia itu mengimpor sebagian besar kebutuhan pokok.

Celakanya warga Botswana juga terancam kekurangan pasokan energi dari tetangga selama penyelenggaraan Piala Dunia. Lagipula pembangkit listrik yang baru milik Botswana baru bisa berfungsi dalam satu atau dua tahun lagi. "Pasokan listrik akan menipis karena kami juga menghadapi musim dingin", ujar Raleru.

Tekanan terhadap pemerintah Zimbabwe

Di Zimbabwe situasinya juga tidak jauh berbeda. "Afrika Selatan saat ini sedang dalam gilirannya. Kami mendukung mereka," kata John Stanton, anggota gerakan Zimbabwe Democracy Now. Seperti halnya pegiat HAM lain, Stanton punya segudang harapan politik terhadap Piala Dunia.

Dengan perhelatan akbar internasional itu mereka berharap dunia ikut mengalihkan perhatiannya terhadap pelanggaran HAM di Zimbabwe. Terutama pemerintah Afrika Selatan diharapkan mau meningkatkan tekanan terhadap Zimbabwe dan mengakhiri era kediktaturan Robert Mugabe.

Katrin Gänsler/Rizki Nugraha

Editor: Yuniman Farid