1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

010710 Petraeus NATO

Edith Koesoemawiria2 Juli 2010

Sehari setelah ditetapkan sebagai panglima ISAF baru, Jendral David Petraeus kunjungi markas NATO di Brussel. Ungkapnya, tak ada perubahan strategi

https://p.dw.com/p/O8dx
Panglima Tinggi Jenderal David Petraeus, kiri, bersama Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen, kanan, di markas NATO di Brussel.Foto: AP

Skandal seputar mundurnya Jenderal Stanley McChrystal sebagai Panglima Tinggi NATO untuk Afghanistan menimbulkan ketegangan tersendiri pekan lalu di Washington. Namun di Brussel, Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen mengikuti perubahan itu dengan tenang.

Sikap itu juga mengemuka saat kunjungan Panglima ISAF yang baru, Jendral David Petraeus. Rasmussen menanggapinya sebagai hal rutin dan mengingatkan bahwa tidak akan ada perubahan besar, "Ini merupakan perubahan komando, bukan perubahan strategi. Strateginya adalah untuk menyerang Taliban secara politis dan militer di wilayah kekuatan mereka. Strateginya adalah secara bertahap mengalihkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Afghanistan. NATO serta mitra-mitranya akan berpegang pada komitmennya sebagaimana diperlukan untuk memenuhi tugas itu.“

Kapan tugas itu akan terpenuhi tidak disebutkan oleh Rasmussen. Namun „kapan“ semakin hari menjadi poin yang kian sensitif. Pasalnya, kini semakin banyak negara anggota NATO yang menghadapi tekanan besar rakyat untuk secepatnya menarik pasukan dari Afghanistan.

Bagi pasukan-pasukan asing ini, Juni lalu merupakan bulan paling berdarah dengan jumlah korban tertinggi sejak awal operasi militer ISAF pada 2001. Lebih dari 100 tentara tewas. Oleh sebab itu, semakin gencar tuntutan agar adanya perubahan dalam aturan pertempuran, yang akan memudahkan para tentara untuk membela diri. Petraus menolak tuntutan itu. Karena menurut dia, perubahan seperti itu bisa menimbulkan masalah besar, yakni melejitnya jumlah korban sipil Afghanistan.

Kepercayaan terhadap NATO sempat goyah di Afghanistan akibat masalah itu, dan baru belakangan membaik kembali, setelah dalam 12 minggu terakhir ada penurunan jumlah korban sipil sampai 50%.

"Dalam melawan pemberontak, rasa kemanusiaan sangat menentukan. Dan karena itu, sejauh dimungkinkan kita harus berupaya untuk melindungi penduduk dan mengurangi jatuhnya korban-korban yang tidak bersalah“, demikian ungkap Petraeus.

Seperti halnya McChrystal yang sebelumnya mendukung strategi keseluruhan, yang meliputi aksi militer dan penguatan sipil. Namun untuk itu, pemerintah Afghanistan harus melakukan lebih banyak lagi. Petraeus menjelaskan, "Di kawasan-kawasan, yang sudah mulai aman kita akan perhatikan agar kegiatan pemerintah Afghanistan digalakkan kembali atau dikuatkan. Dalam hal itu, inklusivitas dan tranparansi harus diperhatikan. Masyarakat Afghanistan harus lebih banyak diikutkan dan harus diterangkan dengan jelas, bagaimana pengambilan keputusan dilakukan dan bagaimana dana dapat dibagikan.“

Pesan kunjungan Petraeus tampaknya jelas: meski Presiden Obama memecat Jendral McChrystal, misi Afghanistan berlangsung seperti sedia kala.

Christoph Hasselbach / Edith Koesoemawiria
Editor: Marjori Linardy