1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bentrok di Brussels, Petani Protes Anjloknya Pendapatan

27 Februari 2024

Petani bentrok dengan kepolisian di Brussels. Mereka menuntut kelonggaran regulasi dan pembatasan produk impor dari negara non-Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/4cvfz
Protes petani di Brussels
Aksi protes petani di depan gedung Dewan Eropa di Brussels, BelgiaFoto: Nicolas Maeterlinck/BELGA MAG/AFP/Getty Images

Sebanyak 900 unit traktor dikerahkan serikat petani untuk memblokade jalan-jalan utama di pusat kota Brussels, Belgia, menurut kepolisian setempat. Mereka berkumpul di depan kantor Dewan Eropa, di mana para menteri pertanian dari seluruh negara Uni Eropa sedang berkumpul, Senin (26/2).

Kepulan asap membumbung dari sebrang barikade kepolisian anti huru-hara, di mana petugas berusaha menghalau demonstran dengan tembakan meriam air dan gas air mata. Sejumlah traktor dikabarkan menerobos barikade dan memaksa kepolisian untuk menghindar. Buntutnya, Menteri Dalam Negeri Belgia Annelies Verlinden menuntut polisi menindak  "para perusuh".

"Hak berdemonstrasi bernilai tinggi dan sebabnya harus digunakan dengan rasa hormat," tulisnya di X, dulu Twitter.

Luapan amarah di Brussels bersahutan dengan aksi protes di tempat lain. Petani Polandia memblokade jalur perlintasan penting menuju perbatasan Jerman. Hingga Senin siang, traktor, truk hingga mesin panen berbendera Polandia dikerahkan menutupi jalan. Adapun di Madrid, petani dari penjuru Spanyol datang untuk berdemonstrasi sembari meniupkan pluit secara serempak.

Hari Sabtu (24,2) lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron disambut aksi protes ketika hendak membuka Festival Agrikultur Paris. Demonstrasi juga dikabarkan terjadi di Belanda dan Bulgaria dalam beberapa pekan terakhir.

Protes petani di Polandia
Protes petani di PolandiaFoto: Lisi Niesner/REUTERS

Regulasi lingkungan dan liberalisasi pasar

Kegusaran petani secara umum bersumber pada pengetatan regulasi lingkungan di tengah lesunya harga pasar.

Prahara melonjak ketika pasar Eropa mulai dibanjiri gandum Ukraina dan produk pertanian dari luar UE. Karena selain tidak harus menaati regulasi Uni Eropa, produk pangan dari negara berkembang seperti Brasil atau Maroko juga diuntungkan oleh pembebasan bea masuk sebagai bagian dari liberalisasi perdagangan. Sebab itu pula petani Polandia turun ke jalan, karena tidak lagi mampu menjual tanpa merugi.

"Aksi ini adalah bagian dari solidaritas bersama," kata Adrian Wawrzyniak, juru bicara serikat buruh Polandia, "bahwa baik petani Polandia atau Jerman tidak mengizinkan masuknya komoditas dari Ukraina ke pasar Eropa," imbuhnya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Anjloknya harga bahan pangan akibat banjir produk impor terjadi ketika Uni Eropa sedang giat memacu dekarbonisasi di sektor pertanian. Di Jerman, misalnya, petani memrotes pemotongan subsidi diesel agrikultur sebagai bagian dari komitmen iklim. Secara umum, pengetatan regulasi menyaratkan kerja birokrasi yang semakin membebani petani.

Namun sejauh ini, aksi jalanan berhasil memaksa Uni Eropa mencoret sasaran pengurangan emisi dari sektor pertanian atau klausul yang membatasi penggunaan pestisida. Namun hal itu dianggap belum cukup.

"Kami memproduksi bahan pangan tapi kami tidak bisa hidup dari pekerjaan kami. Kenapa begitu?," kata Morgan Ody dari serikat buruh Eropa La Via Camnpesina kepada Reuters. "Penyebabnya adalah perjanjian perdagangan bebas, deregulasi, dan karena harga makanan lebih rendah dari ongkos produksi."

Farmers protest in Brussels as EU agriculture ministers meet

Solusi cepat dan sederhana

Di balik barikade polisi di tengah aksi protes di Brussels, semua menteri pertanian Uni Eropa berkumpul untuk menggodok solusi, termasuk dengan mengajak perwakilan petani. Belgia, sebagai pemangku Kepresidenan Uni Eropa, mengakui bahwa protes disebabkan beban kebijakan lingkungan, berkurangnya subsidi pertanian dan impor gandum Ukraina sebagai dampak invasi Rusia.

"Kami memahami betapa sulit situasinya bagi petani," kata David Clarinval, Menteri Pertanian belgia. "Ke27 negara anggota sepakat mengatakan bahwa situasinya tidak boleh dibiarkan berlarut," ujarnya kepada reporter usai pertemuan. "Adalah penting untuk mengambil langkah cepat dan juga strategi jangka panjang di level Eropa."

Menteri Pertanian Prancis Marc Fesneau juga menyuarakan sentimen serupa, betapa Dewan Eropa sebagai perwakilan pemerintahan UE "harus mengirimkan sinyal sesegera mungkin untuk meyakinkan petani bahwa perubahan sedang terjadi, tidak hanya untuk jangka pendek tapi juga untuk jangka menengah dan jangka panjang."

Rekan sejawatnya dari Irlandia, Charlie McConalogue, menilai prioritas terbesar adalah memangkas hambatan administratif. Menurutnya, UE harus memastikan kebijakan yang diambil bersifat "langsung, proporsional dan sangat mudah untuk diimplementasikan oleh para petani," kata dia. "Kami sangat menghormati pekerjaan penting yang dilakukan para petani setiap hari dalam memproduksi bahan pangan."

rzn/hp (ap,rtr,dpa)

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!