1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pelumat Rantai Makanan Burung

29 Agustus 2017

Sekitar 40.000 ton pestisida digunakan petani Jerman setiap tahunnya, untuk perangi seranggga, tanaman liar dan jamur. Akibatnya: banyak burung tidak temukan apapun lagi untuk dimakan.

https://p.dw.com/p/2j0UD
Landwirt versprüht Pflanzenschutzmittel Pestizide
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul

Jika orang menatap lahan pertanian di Jerman, tanaman monokultur terlihat sejauh mata memandang. Agar tanaman tumbuh subur, lahan disemprot dengan pestisida. Yaitu insektisida untuk membasmi hama parasit, herbisida untuk memusnahkan gulma, dan fungisida untuk membunuh jamur. Begitulah cara kerja lebih dari 90 persen petani di Jerman, misalnya Klaus Münchhoff.

Ia yakin, tanpa racun, hama tidak bisa diatasi. Ia memaparkan, "Jika kami tidak menggunakan insektisida di kebun rapa, kami hanya akan memperoleh 20% sampai 30% hasil panen. Tanpa herbisida, 55% panen musnah, sementara tanpa fungisida, tak bisa ditaksir, mungkin 30% sampai 50%."

Dilemanya, penggunaan pestisida tidak hanya menjamin hasil panen petani, namun juga mengurangi drastis dua sumber makanan terpenting bagi burung: tumbuhan liar dan serangga. Karyawan Munchhoffs menyemprotkan fungisida, anti-jamur, yang cukup lama dianggap tak membahayakan populasi burung.

Pestisida kurangi populasi serangga

Tetapi studi teranyar menunjukkan, semua pestisida mengurangi populasi serangga. Dan pestisida disemprotkan dalam jumlah besar. Klaus Münchhoff menjelaskan, "Kami menyemprot gandum dan jelai empat kali. Sekali pada musim gugur, setelah menanam, herbisida untuk membunuh gulma, dan di musim semi, sekali lagi herbisida, jika gulma masih tumbuh. Selain itu, satu atau dua kali disemprotkan fungisida."

Sekitar 40.000 ton pestisida disemprotkan petani Jerman setiap tahunnya. Ini menimbulkan konsekuensi serius bagi populasi burung. Khususnya satu jenis insektisida yang mencemaskan para ilmuwan yakni: neonicotinoids - atau Neonics.

Mula-mula tidak ada yang mengamati, bahwa penggunaan pestisida ini kadang berakibat buruk pada kumbang. Namun ketika kerabat terdekatnya, lebah madu, menunjukkan simptoma aneh, kasus ini menarik perhatian. Peternak lebah langsung menduga, bahwa Neonics-lah biang keladinya. Pakar entomologi Inggris, Dave Goulson mencermati masalah ini.

Biang keladi: Neonicotinoids

"Kasus dimulai pada tahun 1990-an, segera setelah bahan kimia ini dipasarkan. Peternak lebah Perancis mengatakan lebahnya sekarat akibat bahan kimia baru. Tentu saja, tak ada yang memperhatikan  jika kawanan kumbang di alam liar mati, atau belalang atau kupu-kupu atau capung sekarat. Tak seorangpun yang segera menyadarinya. Meskipun dalam jangka panjang kita melihat, banyak serangga liar terus menurun populasinya." Demikian Goulson.

Dalam laboratoriumnya, Goulson memberi larutan nutrisi yang mengandung Neonics kepada kumbang. Dosisnya setara yang diserap hewan itu di alam bebas. Kumbang jadi sulit berorientasi, lemah dan rentan terhadap penyakit. Efek yang sama, juga ditunjukkan lebah madu. Tapi produsen Neonics menyangkal temuan tersebut. Mereka berkilah, situasi laboratorium tidak signifikan.

Sebaliknya para peneliti meyakini, bahwa insektisida bahkan menyebar jauh melampaui lahan dimana zat tersebut disemprotkan. Anggota tim peneliti Goulson menganalisa sampel yang dikumpulkan di sekitar lahan yang disemprotan. Hasilnya: Bahkan di tumbuhan liar, terdeteksi adanya jejak neonicotinoids. Hal ini tidak hanya merugikan lebah.

David Goulson menjelaskan, "Banyak burung tergantung pada serangga sebagai makanan mereka. Jika kita menyemprotkan insektisida yang sulit terurai, sangat beracun dan efektif menghancurkan populasi serangga, maka hal itu bakal mengurangi populasi burung, karena hewan ini tak memiliki apapun lagi untuk dimakan."

Pengurangan tajam populasi serangga

Kasus seperti ini tidak hanya ditemukan di Inggris. Peter Berthold, mantan Direktur pengawas burung Radolfzell, juga mengamati penurunan mencolok populasi serangga. "Dulu, jika kita berkendara, terutama di malam-malam yang hangat, kaca depan dipenuhi serangga, sehingga harus menepi ke pompa bensin. Bukan untuk mengisi bensin, melainkan membersihkan kaca.  Ada serangga kecil, ataupun terutama banyak serangga besar, yang kini sudah jarang ditemukan lagi: Kumbang, ngengat raksasa, yang bagaikan ledakan granat kecil."

Di mana tidak ada serangga yang terbang, maka berbagai spesies burung tak punya lagi makanan. Bukan hanya populasi serangga yang menurun. Burung-burung yang makan biji tanaman juga makin berkurang.

"Semprotan pestisida di ladang gandum juga menghancurkan semua tanaman dikotil, yaitu bunga poppy, cornflower, bunga pansy dan sekitar 200 spesies lainnya. Semua membentuk benih lebih awal. Di ladang gandum saja, pada tahun lima puluhan masih diproduksi sampai satu juta ton benih dari tanaman liar ini. Saya ulangi lagi, sampai satu juta ton. "

Kini semakin banyak burung kelaparan. Jadi Peter Berthold hanya melihat satu solusi saat ini: Kita harus memberi makan burung-burung. Tidak hanya di musim dingin, namun juga sepanjang tahun!

Thomas Wagner, Friederike Lorenz (ap/as)